Ruangan yang gelap nan pengap. Sinar matahari samar-samar menembus gorden masuk ke dalam kamar dimana ada seorang pria berbaring.
"Aghhhhh,"
suara gerangan yang agak jantan menggema lirih di dalam ruangan kamar. Suara yang muncul karena rasa sakit yang dialami si pria.
"Sakit sekali,"
si pria mengungkapkan apa yang dia rasakan. Bagaimanapun, tidak ada satupun orang lain kecuali dirinya sendiri di kamar itu.
Pria yang kesakitan itu adalah Tanaka. Sudah tiga hari dia menahan rasa sakit di perut dan sekujur tubuh lainnya.
Kondisi ini dipicu oleh tubuhnya yang terkejut karena perubahan kondisi.
Sebenarnya, gejala ini hanya perlu beberapa jam saja untuk sembuh dan normal. Namun, untuk Tanaka yang mana seorang hikikomori dengan kebiasaan yang tidak sehat, gejala itu masih ada dan justru semakin parah.
Perasaan lapar sekaligus mual dirasakan oleh Tanaka selama tiga hari. Hal ini diperparah dengan cadangan makanan di kamar yaitu cup mie. Makanan yang sangat tidak cocok untuk memberi makan seseorang yang sedang sakit.
Metabolisme tubuh Tanaka kacau. Dia tidak bisa menebak suhu, cuaca, ataupun keadaan sekitar. Satu-satunya informasi yang bisa dia ketahui hanyalah waktu. Terima kasih atas handphonenya yang selalu menemani.
Tanaka tidak memiliki kartu untuk mendapat pengobatan. Ditambah dengan keadaan monoter individu satu ini sedang sangat kritis.
Namun, hal paling utama yang membuat Tanaka tidak bisa pergi ke klinik jelas adalah tubuhnya. Tubuh Tanaka tidak mendukung dirinya untuk bisa bergerak banyak.
Satu hal yang tidak terpikirkan Tanaka adalah dia tidak menggunakan jaringan handphonenya untuk menelpon ambulan atau yang lainnya. Bagi Tanaka, dia hanya perlu menahan rasa sakit ini dan membiarkan tubuhnya memperbaiki secara mandiri.
Sayangnya hal itu tidak akan terjadi.
Nafas melemah, tubuh semakin lemas dan hampir seluruh indera Tanaka memudar.
"Tidur lagi sajalah!"
Pikir Tanaka tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimanapun, pikirannya melemah dan kesadarannya semakin menghilang.
...
...
...
...
"Eh!"
Ucap seorang pria yang baru terbangun dari kasurnya.
Dirinya merasa sangat aneh. Ada perasaan yang sangat jelas muncul sesaat, tetapi dalam interval waktu yang sangat sedikit, perasaan itu hilang.
"Apa ini?"
Perasaan itu muncul kembali. Rasanya sedikit berbeda, tetapi memiliki sensasi yang kurang lebih sama.
"Kenapa tubuhku tiba-tiba merasa sangat hebat?"
Tanya si pria. Perasaan yang dia rasakan mengalirkan energi yang sangat besar membuatnya menjadi merasa hebat.
"Suatu keajaiban?"
Dalam pikirannya, si pria mencoba menebak ada apa gerangan dirinya bisa mendapatkan sensasi langka seperti itu.
Si pria beranjak dari kasurnya. Saat kakinya mencapai lantai, ada perasaan yang tidak terdefinisi terlintas di indera si pria.
Walaupun itu terasa jelas, si pria mencoba mengabaikannya. Hal ini karena tujuan utama si pria adalah untuk mengecek apa yang terjadi di tubuhnya melalui kaca di dekat wastafel.
Si pria berhadapan dengan kaca yang cukup luas ukurannya. Terlihat wajah yang tidak asing baginya.
"Wajahku masih tetap sama... tapi, memangnya aku semulus ini?"
Itu adalah wajah dari Tanaka. Hikikomori yang menghuni kamar kos murahan ini.
Tanaka masih terus mengecek bagian tubuh lain. Baginya, semua terlihat sama walaupun terdapat sedikit perbedaan yang tidak disadari penuh oleh Tanaka.
Hal yang menjadi perhatian Tanaka adalah perbedaan signifikan di sensasi tubuhnya. Tanaka mengingat dengan jelas bahwa saat terakhir kali dia tidur, dirinya masih mengalami rasa sakit yang luar biasa.
Namun, saat bangun tadi tubuhnya memberi semacam informasi bahwa dirinya sedang dalam kondisi sangat fit dan sehat.
"Apakah aku mungkin sudah mati?!"
Sentak Tanaka terkejut ketika mencoba menarik kesimpulan dari anomali ini.
Terlintas di pikiran Tanaka soal dirinya menjadi seseorang yang sedang menunggu dewa penghakiman di alam kematian.
Tanaka langsung pergi menuju ke jendela di sisi lain kamar. Tangan kanannya mennggeser gorden yang menutupi.
Pemandangan sekitar masihlah sama. Tidak ada keanehan apapun kecuali suasana yang sangat sepi. Baginya, suasana seperti itu sduah biasa walaupun jarang terjadi.
"Kurasa bukan karena diriku mati,"
Tanaka menyimpulkan. Bagaimanapun, dirinya masih agak penasaran akan kejadian aneh di tubuhnya itu.
Namun, karena tidak memiliki petunjuk apapun selain perasaan dan sensasi yang berbeda, Tanaka memberi kesimpulan bahwa,
"Yah, anggap saja pemberian dewa,"
begitulah.
Tanaka dengan tubuh barunya ini kemudian mengambil handphone di balik selimut.
Jari si pria pemilik haandphone itu mengeklik tombol 'nyala' di sisi layarnya. Walaupun sudah diklik, handphonenya tidak bisa menyala.
"Ah, pasti bocor lagi,"
ucap Tanaka menganggapi hal yang dia alami. Handphone milik Tanaka memang kadang mengalami kebocoran baterai.
Karena hal itu, Tanaka menggapai charger handphonenya dan membiarkan fungsi isi daya terjadi secara otomatis. Sungguh dunia yang enak dimana tidak perlu bekerja keras untuk mendapat sumber energi listrik.
Tanaka yang menyadari bahwa dirinya lapar kemudian menyeduh cup mie. Itu adalah cup mie terakhir yang berada di lemari penyimpanannya.
Waktu berlalu beberapa menit, terlihat dari layar bahwa handphone sudah terisi tujuh persen dayanya. Tanaka yang terbiasa menggunakan handphone di saat sedang dicharge kini mencoba menyalakannya.
Tanaka hendak melihat hari apa sekarang. Terakhir kali dia mengingat, itu adalah hari Rabu.
Setelah menunggu beberapa detik, terlihat layar yang biasanya Tanaka lihat. Layar handphone yang menunjukkan cuaca, waktu dan beberapa hal lain di bagian start. Bagaimanapun, background layar Tanaka merupakan sesuatu yang agak aneh karena menunjukkan salah satu artis dewasa yang sedang bercosplay.
Hari Kamis. Itu artinya satu hari semenjak ia merasakan sakit dan lemas yang klimaks saat sakit.
Atau begitulah pikirnya hingga saat melihat bagian tanggal.
"Hughhppttt!"
Tanaka tersedak saat sambil memakan mie cupnya. Saat itu, Tanaka menyadari sesuatu di bagian tanggalan.
Itu adalah tanggal tiga Juni. Terakhir kali Tanaka mengingat, itu adalah tanggal tujuh belas Mei.
Lima belas hari terlewat sejak terakhir kali Tanaka mengingatnya. Itu adalah waktu yang sangat lama bagi seseorang yang hanya melakukan kegiatan tidur.
"Pasti ada kesalahan,"
pikir Tanaka. Namun, saat dipastikan, semuanya normal baik-baik saja kecuali fakta bahwa Tanaka bisa tiduran selama lima belas hari.
"Apakah aku sedang bermimpi. Tapi ini terasa terlalu nyata,"
Tanaka masih terlalu heran dengan situasi baru ini.
Tubuhnya tiba-tiba terasa sangat hebat dan ringan. Dia sudah tiduran selama lebih dari dua minggu dan bangun tanpa ada ketidaknyamanan apapun.
Tanaka memukul pipinya sendiri, memastikan apakah dia bisa sudah bangun atau masih berada di alam mimpi.
Tanaka dapat merasakannya, pukulannya terasa sakit. Atau begitulah yang diekspetasikan saat awal dimana kenyataannya hanya terasa panas.
Namun, hal yang penting disini adalah dirinya bisa merasakan efek dari pukulannya. Walaupun tidak terasa terlalu sakit, perasaan panas itu bisa menjadi bukti bahwa dirinya sudah bangun.
"Ini benar-benar nyata! Haha, aku bahkan bisa tidur selama lima belas hari tanpa makan bahkan tanpa minum!"
Tanaka sekali lagi terkejut dan mencoba menerima situasi terkininya. Dia menjadi manusia yang berbeda dari dia yang dulu saat menjadi hikikomori.
Walaupun Tanaka bisa menerima fakta aneh seperti itu, dia tetaplah orang yang ingin kejelasan lebih. Faktor internal yang masih tanda tanya dia abaikan sementara.
Tubuh Tanaka beranjak dari depan kaca menuju ke kursi duduk yang berhadapan dengan laptop. Tanaka ingin mencari informasi eksternal terkait situasi luar saat ini.
Mungkin saja hal ini tidak dialami oleh Tanaka sendirian. Atau mungkin terjadi sesuatu yang hebat di luar sana dimana ada orang-orang terpilih mendapat kekuatan seperti di cerita-cerita yang dia baca dulu.
Laptop menyala, mouse dikontrol oleh si pria yang bersemangat untuk mencari informasi. Kursor dengan akurat mengeklik browser dan menuju ke kolom pencarian dengan sangat cepat.
Ketikan Tanaka juga tidak kalah cepatnya. Kata kunci 'kekuatan supernatural' diketikkan disana. Tombol 'enter' ditekan.
Namun, yang muncul di layar bukanlah hasil dari pencarian kata kunci. Itu adalah pemberitahuan bahwa perangkat tidak terkoneksi dengan internet.
"Haaa, kenapa sambunganku diputus?"
Dengan agak kesal Tanaka mengatakan. Dirinya merasa bahwa dia sudah membayar dewa bulan Mei.
Namun, teringat bahwa hari ini sudah masuk ke bulan Juni.
"Apa mungkin karena aku lupa membayar sewa bulanan ke ibu kos. Tapi kenapa wifinya sama sekali tidak aktif. Sepertinya aku harus protes ke ibu kos nanti!"
Biasanya Tanaka akan ditendang keluar dari jaringan wifi jika tidak membayar. Namun, wifi kos akan selalu hidup.
Beda cerita dengan saat ini. Tidak ada satupun jaringan hotspot internet yang hidup. Bahkan beberapa yang dari tetangga tidak ada di daftar.
Satu-satunya cara Tanaka si hikikomori mendapat informasi dari dunia luar kini terputus. Tidak ada jalan lain untuk mencari informasi kecuali dengan keluar dari ruangan kamarnya.
Tanaka kini tiduran. Tidak ada yang bisa dilakukan selain melakukan aktivitas biasanya. Tidur, membayangkan sesuatu, melihat kumpulan video yang sudah didownload atau sekedar berlatih menggunakan aplikasi lain.
Dalam pikiran, Tanaka teringat akan sesuatu. Itu adalah kondisi perutnya yang masih bergeremucuk menandakan bahwa dirinya masih butuh lebih banyak makanan.
"Yah, kurasa keluar sore hari juga tidak apa,"
belajar dari pengalaman kemarin, Tanaka memutuskan untuk tidak keluar saat siang hari. Dia tidak ingin merasakan kondisi tubuh yang benar-benar tidak mengenakkan itu lagi.
Sambil membawa dompet dan dan beberapa alat lain, Tanaka keluar dari kamarnya. Satu hal yang tidak ada saat dia mencari adalah kostum oblong harian dan topeng plague doctornya.
"Entah kenapa, kaosku bisa berubah warna!"
Tanaka hendak menuju ke minimarket dimana dia biasanya membeli stok mie instan. Akan tetapi, sebelum dia pergi ke sana, Tanaka memutuskan untuk menemui ibu kos untuk membayar tagihan bulanan.
Hal ini karena rahasia dan identitas Tanaka sudah diketahui oleh ibu kos. Takutnya akan terjadi apa-apa jika dia tidak membayar tepat waktu.
"Permisi, ibu kos!"
Tanaka memanggilnya di depan pintu ruangan ibu kos. Setelah memanggil, Tanaka lalu mengetuk. Sebenarnya kebiasaan Tanaka agak berkebalikan dengan normalnya dunia itu bekerja.
"Ibu kos!"
Tanaka masih memanggil, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Bagi Tanaka, ini merupakan hal yang aneh.
Itu benar, biasanya ibu kos akan langsung membuka pintu dengan semangat saat mendengar suaranya. Hal ini bukan karena Tanaka tampan atau apa, tetapi karena dia tahu bahwa Tanaka pasti ingin membayar uang bulanan.
"Apa mungkin dia tertidur?"
Tanya Tanaka dalam hati.
"Kucoba sekali lagi saja,"
jawab Tanaka yang masih sama, tanpa terucap.
"Permisi, ibu kos!"
Masih sama. Tidak ada jawaban walaupun Tanaka sudah mengetok dengan lebih keras dari sebelumnya.
"Ah, mungkin saja ibu kos sedang pulang kampung!"
Itu adalah kesimpulan terakhir Tanaka. Setelah dipikir kembali, mungkin itu pula alasan kenapa wifi kosan dimatikan. Itu adalah untuk menghemat listrik.
"Yah, kalau begitu saatnya ke minimarket!"
Karena tidak bisa menemui ibu kos, Tanaka memutuskan untuk lanjut ke tujuan awalnya. Membeli stok makanan.
Tanaka keluar dari wilayah kosan. Saat menutup gerbang, Tanaka menyadari akan adanya beberapa kerusakan di wilayah kos. Tanaka tidak terlalu mempedulikan hal itu, tetapi jelas saat ibu kos kembali dia akan marah-marah.
Jarak antara kosan Tanaka ke minimarket adalah sekitar tiga kilometer. Jarak yang tidak terlalu jauh jika saja ditempuh dengan kendaraan. Namun, sayangnya Tanaka selalu berpergian dengan jalan kaki.
Di perjalanan, Tanaka menyadari sesuatu yang berbeda. Baginya, itu sangat aneh.
Banyak kendaraan yang tergeletak tanpa penumpang di jalanan. Beberapa bahkan keluar dari jalanan dan menabrak objek tertentu.
"Apa yang terjadi selama aku tidur hibernasi?"
Ucap Tanaka kebingungan. Dirinya tetap terus berjalan di trotoar yang terkadang ada noda jejak darah terlihat.
"Apakah mungkin terjadi kerusuhan?"
Tebak Tanaka dengan hipotesisnya dari bukti jejak darah dan keadaan kacau di sekitar. Dengan kondisi yang sepi, Tanaka memikirkan bahwa di tempat itu mungkin terjadi kerusuhan dan tempat ditutup sementara.
"Ini gawat. Apakah minimarket masih tetap buka?"
Tanaka khawatir bahwa toko tidak dibuka karena kondisi sekitar. Bergegas kakinya bergerak menuju ke minimarket yang kurang lebih tinggal dua kilometer.
Saat Tanaka tiba di dekat minimarket, bisa dibilang dia terkejut sekaligus terheran.
Hal pertama yang menjadi perhatiannya adalah kaca luar minimarket yang pecah dengan banyak jejak darah disekitarnya. Itu benar-benar darah yang mengering.
"Kurasa memang terjadi kerusuhan saat aku hibernasi,"
Tanaka mulai mengganti sebutan tidur panjangnya dengan hibernasi. Benar, tidur selama lebih dari dua minggu tanpa makanan ataupun minuman. Rasanya seolah dia melakukan hibernasi.
"Apa-apaan ini, apa yang dikerjakan pemerintah sampai bisa-bisanya ada kerusuhan seperti ini!"
Heran Tanaka sembari dia berjalan mendekati pintu minimarket. Bau darah yang sudah mengering bisa tercium oleh Tanaka yang mana melewatinya.
"Bagaimana dengan polisi, apa yang mereka lakukan? Mereka bahkan tidak memasang tanda olah TKP atau apalah. Apa karena mereka tidak dibayar untuk ini. Maksudku apa-apaan ini?"
Tanaka mencoba mengolah informasi. Namun, dari ucapannya itu dia mencoba menempatkan tanggung jawab langsung ke pemerintah.
"Apakah masih ada orang di sekitar sini?"
Tanya Tanaka dalam hati. Dia mencoba mencari informasi terkait hal yang terjadi di sekitar secara pasti.
Tanaka mengecek kanan kiri. Di sisi kanan, saat Tanaka berhadapan dengan minimarket, terdapat seseorang berdiri disana.
Dari penampilannya, dia terlihat seperti pekerja kantoran. Dia menghadap searah dengan Tanaka yang mendekatinya, dengan kata lain dia membelakangi Tanaka saat ini.
Postur tubuh si pria kantoran itu terlihat menunduk. Dengan tubuh yang cukup besar, dia kemungkinan besar sudah berumur tiga puluh-an.
"Anu, maaf tuan saya ingin bertanya. Sebenarnya apa yang- hii!"
Sebelum sempat selesai bertanya, Tanaka yang sudah berada di dekatnya terkejut saat tiba-tiba si pria berbalik badan.
Hal yang membuat Tanaka terkejut bukanlah karena faktor internal seperti sisi hikikomori Tanaka yang aktif. Hal yang membuat si hikikomori itu terkejut adalah pemandangan dimana muka si pria kantoran yang dipenuhi dengan darah dan semacam nanah.
"Anu tuan, aku tidak tahu soal standar medis dijaman sekarang, tapi kupikir kau sekarang butuh menghubungi rumah sakit untuk berobat!"
Ucap Tanaka kepada si pria yang terlihat jelas dari depan sekarang.
Secara detail, dia memanglah seorang pekerja kantoran. Namun, dia bukanlah pekerja kantoran yang dalam kondisi umumnya.
Written by: Hikari_Nufisa
Tubuh bagian kiri si pria kantoran ternyata terluka parah dan robek. Tangan kanannya juga terlihat seperti membusuk dari depan.
"Hraaauuu… Hrauu…"
Balas si pria dengan tidak jelas. Tanaka bingung akan apa yang dimaksud si pria.
Sekilas, Tanaka memikirkan bahwa pria itu adalah zombie. Namun, semenjak si pria kantoran itu tidak meneyrang, Tanaka memiliki pendapat lain.
"Apakah dia memberikan semacam kode?"
Karena ucapannya yang tidak jelas, si pria kantoran dikira memberikan kode aneh ke Tanaka.
Si pria kantoran berbalik badan lagi setelahnya membelakangi Tanaka seperti awal. Tanaka mencoba menerka-nerka apa yang dimaksud si pria.
Lingkungan sekitar yang terlihat kacau. Cairan semacam darah yang berada dimana-mana. Tema jalanan seperti dunia apocalypse.
"Mungkinkah hari ini sedang ada parade horror di kota ini?"
Terlintas ide gila di pikiran Tanaka.
Parade horror, artinya seisi kota akan dibuat sekacau mungkin dan dibuat seolah-olah di kota itu terjadi kekacauan. Hal ini pernah diselenggarakan di kota kecil di Mamarika yang dibiayai oleh suatu perusahaan besar untuk promosi film dan game mereka.
Hal itu menjelaskan alasan kenapa kota terasa sepi dan terlihat kekacauan dimana-mana.
Kemungkinan besar orang-orang sedang pergi ke pusat kota untuk merayakan parade dengan berkostum sesuai tema horrornya. Dalam kasusnya, mungkin saja saat ini masyarakat sedang bercosplay menjadi zombie.
"Lalu kenapa pria ini tidak berkumpul bersama yang lain?"
Heran Tanaka karena keanehan ini. Namun, terlintas beberapa hal dipikirannya.
Tanaka menepuk bahu si pria dengan alasan bahwa dia ingin memberi jempol kepada si pria. Yup, bagi Tanaka itu adalah cara memberikan pujian bahwa dia itu keren karena menjadi penyendiri daripada ikut beramai-ramai.
"Hugraaaa!"
Saat si pria menengok, dia secara tiba-tiba bergerak cepat melewati Tanaka sambil mengeramkan sesuatu. Dia menjadi terlihat seperti zombie asli disaat Tanaka melihat jatuhan semacam daging dari mulutnya.
"Oi tenanglah kawan, aku hanya menepuk bahumu oke… Aku tidak berniat menyakitimu!"
Tanaka mengatakan hal itu sambil mengikuti arah si pria bergerak. Terlihat di jarak yang agak jauh, atau lebih tepatnya di depan minimarket terdapat seorang gadis SMA berdiri disana.
Si gadis SMA itu memiliki rambut hitam panjang yang terikat. Pakaian yang dipakai adalah seragam sekolah khas SMA. Ia sedang membawa banyak cup mie di pelukannya.
Dandanan si gadis terlihat sangatlah kacau. Terlihat ekspresinya yang sangat terkejut akan sesuatu.
Tiba-tiba saja si gadis SMA itu berlari menuju ke arah belakang minimarket. Ternyata si pria kantoran berlari mengejar si gadis SMA itu.
Tanaka mengikuti si pria dengan agak telat.
Tanaka mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi. Namun, hal itu malah membuat Tanaka melakukan hal yang sekiranya akan membuat dia menyesal.
"Hei, tunggu dulu!"
Sapa Tanaka yang bingung kepada kedua orang yang berlari masuk ke dalam gang disebelah minimarket.
Tanaka tidak bisa mengimbangi kecepatan mereka. Hal ini karena kendali tubuh Tanaka masihlah belum sempurna karena kejadian saat dia hibernasi.
"Tunggu dulu tuan, jika kau memang ingin bercosplay zombie bukankah kau juga harusnya menakutiku juga! Apa-apaan itu hanya memilih gadis SMA untuk dijadikan target. Aku tidak terlalu iri atau apapun itu tapi bukankah itu sedikit pilih-pilih bahkan untukku yang seorang hikikomori!"
Ucap Tanaka dengan cukup keras. Tanaka mengira bahwa si pria itu ditugaskan menjadi seorang penjaga di dalam semacam permainan parade. Namun, ternyata yang diincar hanyalah seorang gadis SMA.
Itu adalah kesalahpahaman.
"KYAAAAAAAA-Aghhh!"
Terdengar suara teriakan yang sangat keras datang dari sisi belakang minimarket. Tanaka yang saat ini sedang berada di dalam gang bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ada yang tidak beres di sini!"
Pikir Tanaka. Bagiamanapun, suara teriakan tadi terdengar bukan seperti teriakan biasa. Suara itu didengar Tanaka dengan sangat real dan tidak main-main.
Sesaat setelah Tanaka sampai ke daerah belakang minimarket, dia melihat sekumpulan orang yang mengerubung melingkar.
"Tunggu, kenapa ada banyak orang?"
Tanaka yang penasaran mencoba mendekati kerumunan itu. Dia sebenarnya cukup ragu karena dia masih belum paham sepenuhnya dengan yang terjadi.
"Sedang apasih mereka?"
Tanaka mencoba mendekati sesuatu yang menjadi pusat para gerombolan itu.
"Hraaa... Grau!"
"Anuu, maaf tuan apa yang sedang kau lakukan disana?"
"Aghh- tolong aku,"
Tanaka mendengar suara seorang perempuan dari balik gerombolan tersebut. Suara lirih yang jelas terdengar sangat memilukan.
Dengan cepat Tanaka menyadari bahwa situasinya sangat gawat dibanding dengan yang barusan dia pikirkan.
Tanaka mencoba masuk ke dalam gerombolan untuk memastikan keadaan si gadis. Tanaka yang hanya seorang hikikomori berusaha menembus benteng daging manusia yang bercosplay seperti zombie.
"Woi kalian pria tua beraninya kalian melakukan tindak tidak senonoh di depan publik sore hari seperti ini!"
Sentak Tanaka dengan berani kepada para laki-laki yang dia tarik.
"Kalian seharusnya malu sialan, apa kalian tidak takut jika ada saksi mata ini akan melapor ke polisi… Lihatlah aku kalian- woi kenapa kalian masih meneruskan!"
Si pria yang barusan ditarik oleh Tanaka tanpa mempedulikan ucapan Tanaka kembali ke gerombolan. Tanaka lantas mencoba benar-benar menegahi mereka.
"Apa kalian pikir seorang hikikomori akan takut sa-at me-la-por,"
ucap Tanaka terbata di kata terakhir. Hal itu terjadi saat Tanaka mencapai bagian dalam gerombolan.
Itu bukanlah pemerkosaan seperti yang dipikirkan Tanaka.
Itu jauh lebih parah.
"Sialan... Lepaskan dia, sialan!"
Tubuh Tanaka bergerak dengan sendirinya melempar para orang yang bergerombol. Kekuatan yang masih belum Tanaka sadari terpicu saat melihat pemandangan mengenaskan si gadis yang tengah terluka parah akibat digigit oleh orang yang menggerombol.
Tanaka berhasil menengahi si gadis dengan para gerombolan. Tanaka langsung mengecek kondisinya.
Sayang, dia terlambat.
Nyawa si gadis sudah melayang. Tidak ada detak jantung, nafas ataupun reaksi dari yang Tanaka lakukan.
"Kalian bajingan apa-apaan dengan itu woi!"
Tanaka emosi. Dia menghantam salah satu orang yang terlihat paling besar.
Tanaka memukuli si pria besar itu sambil mengatakan satu kata ditiap pukulannya.
"Kau… sangat… jelek… dasar…pekerja … kantor, sialan!"
Ya, orang yang dipukuli Tanaka menggunakan pakaian kantor dengan jas. Kemungkinan besar dia adalah orang yang penting.
Namun, kendati demikian Tanaka sudah memukuli si pria itu dengan sangat parah. Seluruh giginya rontok dan entah kenapa mukanya cukup menjorok ke dalam membentuk semacam dekukan.
"Hidupku berakhir!"
Begitulah pikir Tanaka saat dia sadar akan apa yang dia lakukan.
Akan tetapi, apapun itu Tanaka merasa bahwa apa yang dirinya lakukan tadi tidaklah salah.
"Kau tahu, aku sebenarnya tidak akan melakukan ini jika kalian menghentikannya. Tapi, lihatlah kalian. Apa yang telah kalian perbuat kepada gadis SMA disana!"
Tanaka menunjuk ke arah si gadis SMA yang sudah mati.
Atau begitulah yang terjadi beberapa saat yang lalu. Yang ditunjuk Tanaka sekarang bukanlah sebuah mayat dari gadis SMA melainkan seorang siswa SMA yang sudah berdiri dengan darah yang terus keluar dari lukanya.
Tanaka kebingungan. Namun, dia terpikir akan sesuatu yang aneh lainnya.
"Ah ternyata kau baik-baik saja. Hahaha… jadi dari awal ini cuma akting ya?"
Ucap Tanaka untuk memastikan. Bagaimanapun, Tanaka merasa bahwa dia sudah melakukan hal yang sangat buruk.
"Sseharusnya kalian bilang dari awal. Oh, benar aku minta maaf tuan tadi aku memukulmu begitu keras. Saya mohon dengan sangat, maafkan aku!"
Tanaka menunduk ke arah pria kantoran yang tadi dia pukuli.
"Grauuu gra~"
"Hurrraaa~ huraa~"
"Kwraaa, raa~"
"Hraauuu- hrau~"
Tidak ada jawaban manusiawi dari antara mereka. Bahkan si pria yang memiliki wajah rusak berkat pukulan Tanaka berdiri dengan santai seolah tidak ada kejadian apapun barusan.
"Hanya saja aku yang aneh atau dunia inikah yang memang sudah benar-benar aneh?"
Tanya Tanaka terheran akan apa yang sebenarnya terjadi. Tanaka sebenarnya sudah terpikir soal hipotesa bahwa mereka itu adalah zombie.
Namun, ada hal aneh jika dia menganggapnya seperti itu.
Kenapa dirinya tidak diincar oleh mereka?!
"Apakah normal di jaman sekarang menggigit seorang gadis di depan publik seperti tadi?"
Tanaka masih ingin menyangkal hipotesa bahwa kejadian ini merupakan cerita seperti yang ada di kisah zombie online yang dia baca.
Namun, saat diingat lagi, Tanaka jelas melihat bahwa urat leher si gadis SMA sudah ditarik keluar. Bahkan walaupun itu merupakan teknologi luar biasa, tetap saja akan sangat sulit untuk menciptakan rekayasa seperti itu.
Tidak ada kamera di sekitar. Artinya tidak ada syuting adegan disana.
Setelah mengingat lebih lanjut lagi, yang Tanaka cium memang benar-benar bau darah yang mengering. Ingatan itu tersingkron dengan kejadian Tanaka di masa lalu dimana dia melihat suatu kecelakaan dan ikut membantu.
Pria zombie dan gadis SMA normal. Saat ditinggal sebentar, si gadis seperti dimakan oleh mereka dan tiba-tiba ikut menjadi seperti si pria zombie.
Darah yang keluar dari tubuh mereka ternyata asli. Bahkan ada yang sampai terlihat organ dalamnya keluar.
Orang-orang mengatakan hal yang tidak jelas.
"Dan yang lebih penting, wifi kos-kosan mati!"
Sentak Tanaka di pikirannya.
Tanaka akhirnya menarik kesimpulan bahwa di sekitarnya, kiamat zombie tengah terjadi. Mengesampingkan alasan kenapa Tanaka tidak diincar oleh satupun zombie.
============================================================