Mutan. Suatu bentuk evolusi dari zombie.
Dengan alasan yang masih belum diketahui pasti, mereka muncul dalam selang beberapa hari setelah pandemi zombie.
Ada berbagai jenis mutan yang terdokumentasi. Mutan bertubuh besar, mutan yang lincah, mutan yang menjijikkan dan mutan dengan armor besi.
Seharusnya, umat manusia tidak akan bisa bertahan dari serangan semacam ini. Namun, selain munculnya ancaman secara tiba-tiba, suatu keajaiban juga muncul.
Bless. Suatu kemampuan yang tiba-tiba didapat oleh seseorang.
Tidak terlalu jauh dari masa pandemi zombie, banyak sekali manusia yang mengupload video soal kemampuan mereka. Semuanya terjadi dalam satu hari yang sama.
Mereka menyebutnya dengan bless karena asal-usul kemampuan ini terlalu misterius sehingga cara paling mudah adalah dengan mengatakan bahwa itu berasal dari 'Tuhan'. Mereka yang menerima kemampuan ini disebut dengan 'blessed'.
Ada yang bisa mengendalikan api, air dan elemen lainnya. Ada yang tiba-tiba memiliki kulit keras seperti baja. Ada yang bisa lari secepat suara. Ada banyak jenis bless yang tersebar di dunia.
Ini merupakan counter dari ancaman zombie dan mutan. Sayangnya, hanya beberapa orang saja yang mendapat kemampuan ini. Dengan begitu, sangat normal untuk para zombie bisa dengan cepat menyebarkan pandemi.
Manusia yang masih bertahan dari masa itu disebut dengan survivor. Mereka masih bertahan hidup di dunia ini dengan menghadapi ancaman apocalypse.
Kamp. Suatu perkumpulan survivor yang mana menetap di suatu markas.
Strategi dasar manusia yang mana sangat umum didengar. Berkelompok jauh lebih baik daripada sendirian.
Kebanyakan kamp bisa bertahan karena mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan ancaman zombie dan mutan. Biasanya kekuatan mereka antara berasal dari persenjataan atau kekuatan bless.
Ada berbagai jenis kamp. Kamp jembatan, kamp apung, kamp supermarket dan lainnya. Mereka mencari tempat strategis yang mana bisa membuat para anggotanya mampu bertahan menghadapi ancaman zombie sekaligus memungkinkan untuk mendapat akses sumber daya.
"Sial, informasinya masih kurang!"
Tanaka yang mana masih berada di depan laptopnya mengucap hal itu.
Informasi yang dia dapat memang masihlah sangat kurang. Masih ada banyak lubang informasi yang terasa sangat penting untuk dikuak.
Cara zombie berevolusi, rincian dari kekuatan bless, cara mengalahkan mutan dan lain sebagainya. Informasi yang mungkin tidak terlalu diperlukan, tetapi dalam situasi tertentu akan sangat berguna.
Namun, mau bagaimana lagi. Akses internet dan informasi masihlah sangat terbatas di server sekitar. Artinya, informasi yang dilihat Tanaka tadi hanya bersifat lokal walaupun ada beberapa yang berasal dari luar negeri. Dokumentasi yang didapat sebelum apocalypse menjadi semakin parah dan sambungan internet skala luas terputus.
Saat Tanaka mencoba untuk mendownload beberapa gambar penting untuk riset, dia mendegar rengekan dari seorang gadis. Berasal dari belakang, gadis yang tertidur di kasur Tanaka mulai bergerak sedikit demi sedikit.
Gadis yang bernama Yuki Fujiwara.
Si gadis tiba-tiba terbangun dari tidurnya seolah dia barusan mendapat mimpi buruk.
Tanaka dan Yuki saling menatap.
"Si-siapa-"
"Tanaka. Tanaka Hijimori, penghuni kamar ini!"
Sebelum Yuki bisa menyelesaikan perkataannya, Tanaka sudah langsung membalasnya. Sudah tiga kali Tanaka mengalami hal yang sama, jadi dia sudah cukup hafal akan apa yang akan diucapkan oleh si gadis Yuki itu.
Pertanyaan soal siapa Tanaka itu sebenarnya.
"A-apa yang kau lakukan kepadaku!?"
Yuki melihat Tanaka dengan mata yang sinis. Mau bagaimanapun, tiba-tiba terbangun di ruangan yang asing dengan seorang laki-laki yang juga sama asingnya membuat Yuki merasa sangat tidak enak.
Namun, yang dilakukan Tanaka dari kemarin sama sekali tidaklah buruk. Bahkan dia tadi mencoba menyelamatkan nyawa si gadis yang sedang dalam kondisi lemah lesu tersebut.
Yuki terlihat seperti sedang merogoh daerah sekitar. Dia seperti sedang mencari senjata atau suatu benda yang bisa dia gunakan.
Tanaka menghela napasnya dan menatap si gadis dengan lebih lemas.
"Aku hanya meletakkanmu di kasur karena kau pingsan saat hendak menyerangku dengan pisau!"
Si gadis mencoba untuk memahami hal itu. Dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya dan memang apa yang dikatakan si pria misterius bernama Tanaka itu ada benarnya.
"Maksudmu, kau menolongku?"
Tanya si gadis sambil tangannya yang masih terus mengulik sekitar kasur untuk menggapai sesuatu.
"Dari sudut pandangku, aku menyelamatkanmu. Kau tidak tahu seberapa menyusahkannya mengurus zombie diluar akibat teriakanmu tadi!"
Tanaka adalah orang yang sangat terbuka. Sangat terbuka hingga dia bisa mengatakan sesuatu ke orang asing tanpa perlu mempedulikan 'apakah ini akan membuatnya begini' atau lainnya.
Tidak ada kebohongan dari ucapan Tanaka. Pintu kamar mandir dirusak demi menjaga lorong yang mana melindungi si gadis. Perasaan mual Tanaka dan saat dimana dirinya harus mengurus mayat zombie di dalam kamar.
Semua itu sangat meroptkan bagi si hikikomori berumur dua puluh enam tahun itu.
Yuki yang mendengarnya mencoba untuk meresapi kembali akan apa yang terjadi. Dia kini menundukkan kepalanya dan termenung sebentar.
"A-aku minta maaf."
Si gadis dengan gugup mengatakannya. Tanaka yang mana tidak mengharapkan ucapan semacam itu merasa terkejut.
"Apa kau sudah enakan?"
Tanya Tanaka memastikan. Dia masih belum bisa mengetahui jelas apakah si gadis SMA itu sudah baikan ataukah belum.
"Eh… ah, kurasa aku sedikit enakan. Hanya saja kepalaku masih terasa berat mengingat-ingat apa yang terjadi. Dan…"
suara perut yang terdengar cukup panjang keluar dari tubuh Yuki.
"-sepertinya aku sedikit lapar."
Tanaka mencoba menatap si gadis yang kelaparan. Namun, si gadis sedang menundukkan kepala karena merasa agak malu.
"Baiklah, aku akan membuatkanmu mie satu cup lagi, tunggulah disini sebentar!"
Tanaka memberitahu Yuki. Dia lalu pergi menuju ke koridor kamar, tempat dimana dapurnya berada.
Hanya dalam waktu tiga menit, Tanaka sudah selesai membuat cup mie.
Tanaka kembali ke ruangan kamarnya dan melihat seorang gadis yang berdiri di atas kasur. Yuki, seorang gadis yang saat ini sedang memegang sabuk di kedua tangannya dan memiliki posisi seakan-akan siap untuk mengayunkan benda itu kapan saja.
"Apa ini, apa kau itu yankee?"
Tanaka mencoba menanggapi situasi saat itu. Yankee adalah gadis yang suka kekerasan atau bisa dibilang gadis nakal bagi Tanaka.
Hal ini cukup singkron dengan posisi Yuki yang seperti siap untuk menyerangnya.
"Aku masih belum mempercayaimu!"
Tanaka menghela napas. Dia mencoba untuk tidak menanggapi hal itu. Tanaka juga sadar bahwa Yuki pastinya masih merasa curiga dengan sosok pria yang tiba-tiba 'ada'.
"Aku membawakanmu cup mie. Tunggulah lima menit dan makanlah itu!"
Tanaka mengatakan hal itu sambil menaruh cup mie di lemari kecil yang bersampingan dengan kasur. Tempat dimana ada bak kecil dengan air dan kompres yang disiapkan Tanaka sebagai pengganti.
"Aku meminjam handphonemu untuk mengakses internet ngomong-ngomong."
Tanaka meneruskan, yuki agak terkejut mendengarnya.
"Ap- tunggu, dimana handphoneku?! Kembalikan!"
Yuki bergerak, Tanaka agak was-was dengan hal itu. Bagiamanapun, gesper yang dipegang oleh Yuki memiliki pengunci besi yang cukup besar.
"Tenanglah, aku hanya menyalakan data dan hotspotmu, wifi di kos-kosan tidak terhubung ke internet. Aku tidak melihat apapun lebih dari itu."
Tanaka berbohong agar tidak ada konflik yang tercipta. Tanaka sendiri melihat beberapa informasi dari wallpaper dan notifikasi yang mana memang 'tidak bisa dihindari' olehnya.
"Lagian jika dia memang peduli akan privasi, seharusnya dia menggunakan password!"
Ucap Tanaka dalam hati membayangkan bahwa si gadis muda itu tidak ingin privasinya terbongkar.
Tanaka melempar ponsel itu ke hadapan Yuki dengan pelan. Hal ini dia lakukan agar Yuki menghindari kontak tidak perlu terhadap Yuki seperti bersentuhan tangan.
Written by: Hikari_Nufisa
Yuki menerima ponselnya dan dia mencoba mengecek apa yang berubah di dalamnya. Namun, hal yang jelas berubah hanya fitur hotspot yang menyala.
Jejak bahwa Tanaka melihat informasi dari wallpapaer dan notifikasi tidak bisa terlihat sehingga Yuki hanya bisa mencurigainya saja.
"Apakah dia melihat aplikasiku yang ini? Apakah dia melihat fotoku yang itu?"
Itulah yang dipikirkan oleh Yuki dalam pikirannya. Namun, dia tetap masih mengawasi si pria Tanaka yang saat ini hanya pergi ke kursi tanpa mempedulikan dirinya.
Beberapa saat berlalu. Tanaka masih berada di tempat duduknya sambil terus mencoba mengumpulkan informasi penting yang bisa dia gunakan.
Sambil sesekali Tanaka mengecek di belakangnya, bisa terlihat bahwa Yuki si yankee masih berdiri sambil agak bersandar ke tembok.
Mie yang diberikan oleh Tanaka masih belum dimakan sama sekali. Tanaka berpikir bahwa jika dibiarkan terlalu lama lagi, mie akan menjadi tidak enak karena kuahnya akan mendingin.
Tanaka berbalik badan dengan kursinya yang masih berada di posisi yang sama.
"Ada apa?"
Tanaka bertanya dengan alis kanan yang diangkat sedikit. Yuki melirik ke bagian cup mie yang juga tadi dilihat oleh Tanaka.
"… Kau coba makan mie itu!"
Mendengarnya berkata seenteng itu, Tanaka menjadi agak kesal.
Dia sudah menyelamatkan si perempuan ini. Dia sudah mau kerepotan untuk merawatnya. Dia sudah berusaha menjadi orang baik yang tidak meminta balasan.
Namun, tingkah si perempuan itu masihlah mengesalkan seperti awal.
"Lagian jika aku memang berniat jahat, aku tidak perlu menunggu kau untuk bangun dasar!"
Pikir Tanaka tanpa terucap. Bagiamanapun, raut wajahnya terlihat sedikit mengerut, menandakan bahwa dia sedang menahan suatu emose tertentu.
Tanaka mencoba untuk menenangkan diri.
""Baiklah… lihat, sekarang… aku mencoba sampai berapa sendokan? Apakah harus kuhabiskan?"
Tanaka berdiri lalu menggapai cup mie itu. Dia kini mengambil sumpit pribadi di mejanya dan mulai menyeruput mie.
Terlihat bahwa wajah Tanaka terlihat seperti menikmati makanan itu. Cukup jahat sebenarnya untuk memberikan ejekan seperti itu di hadapan seseorang yang sedang kelaparan. Namun, hal ini demi membuktikan bahwa cup mie yang diberikan oleh Tanaka itu sama sekali tidak berbahaya.
Yuki memperhatikan dan kini dia merasa yakin.
"Berhenti, berikan itu padaku!"
Dengan nada agak kesal Yuki memintanya. Tanaka yang mana sudah puas dengan ejekannya memberikan cup mie yang isinya sudah berkurang sekitar setengah porsi awal.
Yuki mengambil cup mie dan sumpit yang berbeda dari yang Tanaka gunakan. Dia kini melahap mie bersama dengan kuah air yang mana bisa dibilang 'terbukti aman' baginya.
Tanaka melihat hal itu dan menanggapinya dengan sebutan 'imut' karena cara dia memakan mie. Dia lalu berbalik untuk melanjutkan riset dan pengumpulan informasinya.
...
...
Beberapa jam berlalu, Tanaka dan Yuki saling tak peduli dan hanya fokus dengan apa yang mereka masing-masing lakukan.
Tanaka dengan laptop dan kertas notenya. Yuki dengan ponsel dan sabuknya.
Beberapa kali kedua orang itu saling melirik, tetapi hal itu dilakukan hanya untuk mengecek 'apakah dia melakukan sesuatu' atau semacamnya.
Tanaka merasa sangat canggung. Seorang gadis muda yang mana terlihat cukup kacau sedang duduk diam di kasurnya. Jika ada orang lain yang melihat, jelas akan terjadi kesalahpahaman akan pemandangan ini.
"Sial, apakah ada topik yang bisa dibicarakan?"
Tanaka mencoba memaksa dirinya untuk mencari topik. Hal ini tidak semudah apa yang dia bayangkan dulu saat latihan di game eroge.
Pikir Tanaka saat itu, topik pasti akan muncul dengan sendirinya selama hero dan heroine sedang bersama. Namun, dalam kasus real life hal ini tidak berjalan seperti yang dikira.
Yuki sendiri saat ini sedang sepenuhnya merenungi apa yang dia rasakan beberapa saat lalu. Berhari-hari menahan rasa lapar dan karena keajaiban yang entah apa, dia terselamatkan oleh seorang pria yang dikiranya berumur dua puluh tahunan.
Namun, tidak ada sesuatu yang gratis di dunia. Itulah yang menjadi pemikiran Yuki saat ini.
Jelas bahwa dia sudah diselamatkan oleh si pria bernama Tanaka itu. Akan tetapi, si pria tidak menyebutkan jelas apa yang dia inginkan sebagai balasannya.
Bisa saja si pria nantinya meminta bayaran 'tubuh'-nya. Bisa saja dirinya harus menjadi pelayan atau budaknya. Atau hal-hal buruk yang lain.
Walaupun sebenarnya yang Tanaka pikirkan saat ini hanyalah apa yang harus dia lakukan di dunia baru. Pemikiran seseorang yang mana merupakan mantan seorang penggiat seri zombie apocalypse.
Bisa dibilang Tanaka adalah survivalist abal-abal yang hanya mengandalkan teori dan hipotesa. Dulunya.
Bagaimanapun, Yuki si gadis yang sudah memiliki mindset berbeda terus saja memikirkan cara untuk mengcounter hal buruk yang mungkin terjadi. Pemikiran yang sejujurnya sia-sia karena menghabiskan banyak energi yang seharusnya dia simpan untuk pemulihan tubuh.
Tanaka diam. Yuki diam. Mereka berdua diam.
Ruangan yang mana biasanya dipenuhi suara decit kursi kini menjadi ruangan sepi yang mana di dalamnya terdapat dua orang berbeda jenis kelamin.
...
...
Tanaka mencukupkan risetnya. Itu adalah riset yang cukup lama mengingat bahwa dia memulainya semenjak pagi hari tadi.
Saat ini, secara hitungan kasar sudah sore hari. Tanaka meregangkan tubuhnya.
Dia mengingat kembali hal-hal yang menjadi kesimpulan utamanya.
Pertama, ada berbagai ancaman yang tersebar di masa kini. Zombie, mutan, penjahat dan bahkan cuaca serta musim.
Zombie jelas adalah ancaman utama diikuti dengan mutan yang mana merupakan dead end bagi beberapa survivor. Zombie karena jumlah mereka dan mutan karena kekuatan individunya.
Lalu ada penjahat yang mana merupakan survivor yang melakukan tindak semena-mena. Mereka bisa saja lebih berbahaya daripada zombie dan mutan.
Selanjutnya adalah cuaca dan musim. Cuaca berbahaya karena dirasa bisa menyebarkan virus melalui kelembapan udara. Sebenarnya hal ini tidaklah benar, tetapi sudah beredar cukup luas di sekitar lingkungan Tanaka. Lalu musim, yang jelas berbahaya dan paling berbahaya, musim dingin.
Setelah ancaman, ada point nomor dua yaitu kebutuhan. Makanan, minuman, obat medis, bahan sanitize dan lainnya jelas dibutuhkan di jaman ini.
Point nomor tiga adalah situasi dan berita terkini. Skala apocalypse mencapai skala global dan terjadi secara bersamaan. Hanya tersisa beberapa daerah kota saja yang terbilang aman dari dampak apocalypse dan lain sebagainya.
Tanaka teringat akan seseorang. Dia adalah ibu kos yang mana sedang pergi ke Hawaii. Tempat itu bisa dibilang sama sekali belum tersentuh, atau begitulah kondisinya di saat awal kericuhan terjadi.
Bisa dibilang, kondisi ibu kos saat ini seharusnya aman karena dia juga bersama teman-temannya yang mana diceritakan tajir. Yang menjadi perhatian Tanaka kini kembali pada poin pertama, ancaman.
Zombie bukanlah ancaman bagi Tanaka semenjak dia diabaikan oleh mereka. Mutan masih belum diketahui netralitasnya. Lalu ke bagian penjahat, jelas bahwa mereka tidak menganggap Tanaka sebagai teman mereka.
Tanaka berbalik ke arah Yuki. Yuki langsung was-was akan hal itu.
"Hei, apa daerah sini pernah didatangi geng motor atau semacamnya?"
Tanaka bagaimanapun hanya ingin bertanya soal situasi di sekitar. Karena tidak ada informasi khusus tentang letak jenis survivor penjahat ini, Tanaka tidak bisa memastikan secara tepat apakah daerah sekitar aman atau tidak.
Inilah yang menjadi perhatian utama Tanaka. Penjahat.
============================================================