Tiga hari berlalu, Tanaka berdiam di dalam kamarnya melupakan hal yang terjadi di luar. Seorang pria hikikomori yang dipenuhi dengan fantasi dan imajinasi liar sepertinya memang memiliki kecenderungan untuk menyendiri dan melupakan sekitar.
Tiga hari yang dilalui oleh Tanaka tanpa tidur sama sekali.
Dalam durasi selama itu, Tanaka telah menghabiskan cup mie yang kemarin dia ambil dari minimarket. Itu adalah kerakusan yang menurut Tanaka terbilang baru semenjak dirinya menjadi hikikomori.
Biasanya dia hanya memakan satu cup mie tiap dua hari, tetapi kali ini dia memakan tiga cup mie tiap harinya. Kenaikan kebutuhan hingga enam kali lipat dibanding biasanya.
Berkat hal itu, Tanaka jadi harus pergi keluar lagi demi mengambil makanan dari minimarket. Sejujurnya dia sendiri masih agak ragu dengan apa yang dia lakukan semenjak normalnya tindakan yang dia akan lakukan itu termasuk dalam kategori pencurian.
Sesaat setelah Tanaka menginjakkan kaki keluar dari ruangan, dia teringat akan kejadian sebelumnya.
"Kiamat zombie, yah... Itu artinya gadis SMA yang kemarin itu sebenarnya hanya ingin mengambil makanan dan aku membuatnya celaka,"
ingat Tanaka soal hal itu. Saat ditinjau ulang oleh dirinya, memang benar bahwa zombie pria kantoran itu seharusnya tidak menyadari keberadaan si gadis hingga saat Tanaka datang dan membuatnya celaka.
Namun, Tanaka dengan fungsi otaknya mencoba untuk membuat pikiran itu diabaikan terlebih dahulu. Mencari prioritas yang lebih penting daripada berpikir untuk menyesali hal yang sudah terjadi.
Otak Tanaka memilih prioritas untuk mengambil makanan dan kebutuhan lainnya. Alhasil, dia menjadi terfokus untuk lebih memikirkan apa yang akan diambil saat sampai di minimarket.
Terlihat bahwa pintu kamar sebelah tempat dimana beberapa hari sebelumnya Tanaka memiliki pembicaraan yang tidak berjalan baik.
Tanaka teringat bahwa selama dia diam di dalam kamar, tidak terdengar suara apapun dari ruangan kamar sebelah. Tanaka sebenarnya agak curiga, tetapi dia mencoba untuk mengabaikannya sedikit lebih lama.
Hal ini dilakukan tanpa mengetahui bahwa penghuni kamar sebelah sedang dalam kondisi sangat kelaparan.
Tanaka melewati area depan kamar nomor lima itu. Dia kini pergi menuju ke minimarket tempat biasanya berbelanja.
~~~
Suara lankah kaki terdengar. Itu adalah suara langkah kaki yang dapat dirasa dengan jelas melalui getaran di benda padat yang disebut lantai. Getaran dan suara yang terdengar jelas oleh seorang gadis SMA di dalam suatu ruangan, tergeletak di depan pintu kamarnya.
"Ah, suara jalan kaki?"
Lirih suara mengucap dari mulut si gadis. Gadis yang sudah berhari-hari belum makan dan kini pada kondisi batasnya.
Perutnya terlilit, kepalanya berat, nafasnya tidak lancar dan pikirannya sama sekali tidak dalam kondisi baik.
"Kurasa itu hanya sesuatu yang lewat. Pasti hanya imajinasiku saja!"
[Hei, keluarlah dan cepat cek sekitar!]
Sesuatu tumbuh di dalam pikiran si gadis, memerintahkannya untuk berdiri dan mengecek sekitar.
Si gadis SMA yang kelaparan mencoba membuka pintu yang mana kuncinya sudah agak jebol. Ia mencoba pergi keluar demi melihat dunia yang baru atau hanya sekedar menerima perintah dari si dirinya yang lain.
Angin menerpa tubuh si gadis, angin sepoi pagi hari. Angin yang sebenarnya tidak bisa dirasakan oleh tubuh kecuali jika seseorang benar-benar berkonsentrasi.
Atau jika seseorang sedang sangat kelaparan dan berada di ambang batasnya.
"Bahkan jika aku harus mati kelaparan, setidaknya aku akan menikmati waktu-waktu berharga ini dahulu,"
ungkap si gadis dengan seragam SMA yang masih terpasang di tubuhnya. Angin yang menghembus seolah-olah emmberi tenaga terhadap tubuh lemah nan kelaparan.
"Hrauuu!"
Zombie datang dan si gadis yang sedang mencoba meresapi energi alam menghentikan kegiatan peregangan tubuhnya.
Dia mengambil tempat sembunyi dibalik rak sepatu besi yang berada di depan kamar nomor satu atau kamar yang berhadapan dengan tangga.
"Sial, ada zombie yang masuk dari gerbang yang terbuka!"
"Hrauu hra!"
"Grraaaa!"
Bukan hanya satu zombie yang masuk ke dalam area lapang kosan, melainkan ada beberapa lainnya yang mengikuti.
Setidaknya ada lima zombie yang ada di bagian bawah area kosan. Itu adalah situasi yang berbahaya bagi seorang gadis yang tengah mengalami kondisi kelaparan untuk berhadapan dengan musuh yang jumlahnya melebihi nominal nol.
Zombie adalah makhluk yang mengobservasi daerah sekitar secara lambat. Artinya, dalam jangka beberapa waktu, para zombie itu akan mencoba ke atas untuk mengecek.
Padahal itu adalah tempat dimana si gadis SMA itu hidup. Tempat dimana kunci kamarnya agak jebol. Tempat dimana hanya itulah tempat untuknya bisa hidup.
"Aku tidak bisa membiarkannya!"
Si gadis mencoba mendorong rak besi yang berat itu. Tujuannya adalah untuk menghalangi tangga agar para zombie tidak bisa pergi ke daerah atas.
Dengan kekuatan yang hanya tersisa beberapa saja, si gadis memaksakan tubuhnya. Beruntung berkat lantai di daerah tangga yang cukup licin, rak besi itu bisa terdorong.
Walaupun berhasil bergerak, tekanan gaya gravitasi dan gaya gesekan dari benda tetaplah menimbulkan suara. Suara yang mana bisa dideteksi gelombangnya oleh para zombie.
"Graaaa!"
"Sialan, aku harus cepat!"
Si gadis tanpa mengucapkan apapun mencoba menyemangati dirinya. Berkat semangat 'ingin tetap bertahan hidup'-nya, dorongan yang dia berikan menjadi semakin kuat. Walau bagaimanapun nantinya hal itu harus dibayar dengan harga yang cukup mahal.
[Hei, apa kau itu bodoh!? Cepat hentikan dan kembali kekamarmu!]
"Aku tidak bisa, aku ingin merasakan angin dan hal-hal yang ada di luar!"
Suara benturan kecil terdengar. Itu adalah rak besi yang sudah mencapai bagian lain dari sisi tangga.
Para zombie yang tadi menyadari munculnya suara gesekan mulai menaiki tangga. Dengan rak besi yang menghalangi lantai depan tangga, para zombie jadi tidak bisa memasuki area atas.
Si gadis yang sedang kelelahan mencoba mengistirahatkan tubuhnya di lantai.
[Ahhh, kau terluka! Bagian dalammu terluka. Kau memaksakan tubuhmu!]
Perut si gadis mengalami rasa sakit yang luar biasa. Suara-suara kecil dari lambungnya mengerang dengan cukup lama diiringi dengan rasa mual yang tidak mereda.
Melihat ulang rak besi yang mengahan para zombie, benda itu sudah tidak bisa dijatuhkan dengan mudah. Alasannya karena sisi depan rak terganjal oleh pagar besi yang menjorok ke area dalam.
Sisi pagar itu membuat dorongan zombie menjadi terganggu. Berkat itu, si gadis bisa tenang untuk sementara waktu.
Namun, tenang bukanlah kata yang tepat untuk mendefinisikan apa yang sedang dia rasakan.
Dia merangkak menuju ke pintu kamarnya. Lemas, sakit, tidak berdaya dan penglihatan yang mengabur. Itulah yang dirasakan oleh gadis malang yang kelaparan, menunggu para zombie menjebol barrier yang barusan dibuat.
"Aku sudah tidak kuat menahan kesadaran lagi!"
Sentak si gadis dalam pikirannya seolah itu adalah perintah terakhir bagi tubuhnya untuk beristirahat. Istirahat untuk selamanya.
[Hei, aku mencium bau makanan!]
Sentak balas si diri lain di dalam pikiran gadis yang hampir saja mati.
Mengendus, tercium bau semacam kaldu mie yang barusan diseduh.
Si gadis yang mengaktifkan insting bertahan hidup dasarnya kini menjadi aktif kembali.
"Dimana... Dimana?"
[Di bagian kamar nomor enam. Aku yakin itu dari sana!]
Si dirinya yang lain membantu navigasi. Hal ini karena indera si gadis kini sudah tidak berintegrasi penuh.
Terdengar suara lambung yang seolah mencoba memberitahu tubuh bahwa ia membutuhkan makanan segera.
Seiring si gadis mendekat ke pintu kamar nomor enam, bau sedap itu semakin jelas.
Suara gebrakan terdengar, itu adalah pintu kamar nomor enam yang dibuka paksa oleh si gadis yang berdiri.
[Hei perlahan! Tubuhmu tidak akan kuat jika kau terus memaksanya seperti itu! Makanannya tidak akan lari jadi santai saja dan gunakan tanganmu untuk bergerak. Hemat tenagamu!]
Tubuhnya mati rasa, pikirannya kacau dan hanya panas dingin sajalah yang bisa dirasakan dari dalam tubuhnya.
Si gadis dengan segala tenaganya mencoba pergi menuju ke sumber bau sedap itu.
Walau sayangnya itu hanyalah bau dari sisa kuah cup mie Tanaka.
~~~
Jalanan masih sama dengan kemarin. Dipenuhi dengan darah dan kendaraan yang bergeletak. Tidak ada yang berubah.
Written by: Hikari_Nufisa
Pohon-pohon dihinggapi oleh para burung yang di bulunya memiliki bercak darah. Burung gagak yang memangsa mayat zombie yang mati.
Paruh lancip mereka yang mengkerucut mengkilap, bukan berwarna hitam polos seperti biasanya melainkan hitam dengan corak merah. Merah dari warna darah.
Seseorang datang dari arah depan Tanaka, dia adalah seorang wanita muda dengan baju kasual.
Tanaka bersiap dengan ancang-ancang tangannya yang siap memukul. Namun, si wanita itu hanya lewat begitu saja mengabaikan Tanaka tanpa ada kepedulian sedikitpun terhadapnya.
"Mereka zombie atau bukan sih?"
Tanya Tanaka di dalam pikirannya.
Ini merupakan kesimpulan akhir Tanaka terkait kondisi sekitar saat ini. Pertama, kota yang Tanaka tinggali sudah mengalami zombie apocalypse.
Kedua, Tanaka memiliki semacam kekuatan spesial yang mana memungkinkan untuk dirinya tidak dideteksi oleh zombie. Ini adalah hal yang masih harus diungkap oleh Tanaka.
Ketiga, ada zombie, ada pula survivor. Tema klasik yang sering menjadi plot suatu cerita zombie apocalypse.
"Apakah mungkin aku adalah sesuatu semacam zombie?"
Tebak Tanaka akan poin nomor dua yang masih menjadi misteri.
Namun, karena tidak ada bukti atau hal yang bisa mendukung pendapat itu sama sekali, Tanaka menyimpannya terlebih dahulu dan melanjutkan observasi disekitarnya.
Tanaka memperhatikan beberapa mobil yang masih terlihat cukup bagus di tengah jalan.
"Mungkin jika aku memiliki peralatannya, aku bisa memperbaiki mobil itu!"
Pikir Tanaka. Dirinya lanjut memperhatikan area trotoar yang mana bisa terlihat tiang-tiang listrik masih berdiri kokoh tanpa adanya gangguan.
"Beruntung tiang listrik masih berdiri. Jika ada satu tiang saja yang rusak, aku tidak bisa mendapat suplai listrik di kosan,"
Sela-sela gang di sisi kanan Tanaka dipenuhi dengan zombie yang sedang meminum air di genangan. Tanaka mempelajari bahwa zombie juga tetap butuh nutrisi sama seperti manusia.
Pagi hari itu masih terasa dingin. Namun, Tanaka yang mana memiliki tubuh yang kuat dapat menahan rasa dingin itu.
"Aku adalah analisator!"
Begitulah pikir Tanaka sambil mengamati sekeliling. Sindrom yang dia miliki semenjak dia lulus SMP.
Di balik semak, terdapat seekor anak kucing berwarna hitam yang terlihat sudah tidak bergerak di dalam dekapan sang induk. Itu adalah pemandangan yang dilihat Tanaka saat mencoba mendekati semak dengan aura yang mencurigakan.
"Kucing kecil hitam yang malang,"
Tanaka melihat anak kucing yang sudah hampir mati.
Terlihat gerakan tubuhnya yang hanya timbul di area dada. Gerakan yang sangat kecil.
Tanaka yang mana tidak tega melihatnya kini hanya mencoba menutupi mayat kedua kucing itu dengan semak disekitar. Berharap tidak akan ada zombie yang mengetahui keberadaan mereka berdua.
"Jika saja aku dulu belajar soal perawatan hewan,"
sesal Tanaka yang terucap. Karena sibuknya Tanaka di masa lalu, dia sama sekali tidak mempunyai waktu untuk mempelajari hal-hal ekstra seperti itu.
Tanaka sendiri sebenarnya sangat ingin menyelamatkan anak kucing tadi. Namun, mengingat masa lalu dimana dia gagal menyelamatkan burung di panti asuhan membuatnya menentang akan tindakan sia-sia seperti 'mencoba menyelamatkan'.
Membiarkannya mati dalam dekapan sang induk adalah keputusan yang dibuat oleh Tanaka dengan sangat berat hati.
Tanaka melanjutkan perjalanannya sambil mencoba mengalihkan perhatiannya dari pemandangan tadi.
...
...
Keranjang berjalan di jalanan, didorong oleh seseorang di belakangnya. Keranjang yang dipenuhi dengan barang-barang.
Medan yang agak sulit dilewati. Bunyi yang bagi beberapa orang sangat menggelitik telinga muncul akibat gesekan roda keranjang dengan aspal jalanan.
Tanaka adalah orang yang mendorong keranjang itu. Di jalanan yang kacau yang kini dipenuhi dengan zombie.
Atau sesuatu semacam zombie, berdasar pikiran Tanaka.
"Bukankah seluruh manusia itu pada dasarnya adalah hikikomori?"
Pancing Tanaka terhadap suatu topik yang tiba-tiba muncul di pikirannya. Kebiasaan Tanaka yang mana telah terbiasa sendiri selama beberapa waktu.
Berdebat dan berargumen di bayangan kepala.
"Maksudku, kita sebagai manusia mengisolasi diri kita dari bahaya-bahaya yang ada di dalam laut bukan?"
Dalam pikirannya, Tanaka mencoba menguatkan pendapat bahwa manusia pada dasarnya hanyalah seorang hikikomori. Konteks yang diambil adalah marabahaya dengan pendekatan analogis.
Hikikomori berdasar pemikiran Tanaka adalah seseorang yang mencoba menghindari bahaya dari lingkungan sekitar. Bentuk dari kepengecutan suatu individu.
Hal yang sama juga terjadi di lingkungan manusia. Beberapa orang lebih memilih tinggal di tempat yang aman bagi mereka dibanding menantang sesuatu yang berbahaya di luar sana.
Analogi yang mungkin cukup berdasar dalam beberapa kasus.
"Atau pula keberadaan bahaya yang ada di medan-medan lain seperti puncak gunung. Hal ini mengakibatkan kita tidak berani tinggal lama-lama disana, bukan?"
Namun, tidak untuk kasus yang satu ini. Ini hanyalah bentuk lain dari pencocokan yang tidak berdasar.
Itulah yang sedang terjadi di otak Tanaka. Dia sedang mencoba berdebat dengan dirinya sendiri.
Pada akhirnya, Tanaka menarik kembali opininya soal manusia itu sama dengan hikikomori. Bagaimanapun, kasus hikikomori terbatas pada lingkungan sosial.
Seorang wanita dengan baju kantor yang cukup ketat lewat di depan Tanaka. Atau begitulah yang dilihat Tanaka secara sekilas.
"Dia cantik. Sayang sudah menjadi zombie. Lagipula, kenapa ada kabel pink di... selangkangannya?"
Tanaka menyadarinya. Namun, dia hanya bisa tertawa membayangkan kira-kira apa yang sebenarnya wanita itu lakukan.
"... Aku tidak pernah menyangka bahwa wanita kantoran semacam ini benar-benar ada,"
lanjut Tanaka setelah tawa kecilnya. Bagaimanapun, Tanaka berhenti tertawa semenjak dia mengingat bahwa nasib si wanita tidaklah seberuntung Tanaka.
Tanaka berlanjut ke perjalanan pulang, menunggu melihat kejadian yang tidak terduga muncul di kamarnya.
...
Tanaka sampai ke depan pintu gerbang kosannya. Tubuhnya menjatuhkan diri dengan kedua lutut yang menumpu sebagai pijakan.
"Seharusnya aku memang melamarnya saat itu!"
Keluh Tanaka disaat dia memikirkan soal kejadian dimana dia bersama ibu kos. Tanaka adalah orang yang sering memiliki pemikiran random, jadi hal seperti ini sudah sering terjadi.
"Yah, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang adalah saatnya untuk bingung!"
Tanaka kembali ke persepsi penglihatan matanya, diarahkan pandangan kedua bola mata ke arah depan. Tempat dimana gedung kosan berada.
"Kenapa ada zombie di depan tangga!"
Ada beberapa zombie yang menghalangi tangga. Mereka terhalang oleh semacam rak besi yang terlihat familier di amta Tanaka. Rak sepatu besi yang mana dibeli ibu kos dari sekolah bekas.
Rak besi itu menghalangi para zombie. Namun, rak itu juga menghalangi Tanaka yang ingin kembali ke kamarnya.
"Baiklah, sekarang mari yakin bahwa mereka adalah zombie!"
Tanaka mencoba meyakinkan diri bahwa para zombie itu benar-benar zombie yang mana mayat manusia yang hidup kembali. Mengesampingkan teori-teori bahwa mereka masihlah manusia.
Bagaimanapun, Tanaka teringat akan sesuatu. Itu adalah pesan mencurigakan yang dia terima di SMS ponselnya.
(Zombie bereaksi untuk mengecek suatu tempat jika disana terdapat suara atau sekedar gerakan aneh)
Pesan itu dikirim oleh nomor yang tidak dikenal oleh Tanaka. Sebenarnya itu adalah nomor yang dimiliki oleh instansi militer di negaranya sendiri.
Tanaka mencoba mempercayai informasi itu terlebih dahulu. Dia masih ragu untuk membunuh zombie.
Dirinya memang tidak dianggap oleh zombie atau mungkin tidak terdeteksi. Itu adlaah keuntungan bagi Tanaka untuk bisa menyerang para zombie.
Namun, jika saja hal spesial itu menjadi tidak aktif karena dia membunuh zombie, Tanaka jelas akan bertemu dengan dead end.
Tanaka mengambil sepeda yang terletak di pinggiran jalan. Didorong sepeda menuju ke arah bak sampah rumah seberang jalan dengan tujuan membuat suara.
Para zombie menyadari ada suatu suara yang keras, mereka mendekat ke arah sumber suara. Menuju ke arah bak sampah yang ditabrak oleh sepeda tanpa pengemudi.
Tanaka memikirkan kenapa hal ini bisa terjadi. Rak besi tidak mungkin berpindah sendiri kecuali ada sesuatu yang menggerakkannya.
Zombie jelas bukanlah pelakunya. Maka, satu-satunya yang mungkin menjadi pelaku dari kejadian ini hanyalah satu orang saja.
Si gadis dari kamar sebelah.
Tanaka menggeser rak besi dengan entengnya. Rak besi yang mana dulu membuat Tanaka keseleo saat mengangaktnya.
Tanaka tidak menyadari keanehan itu.
Bagiamanapun, perhatian si pria hikikomori tidak tertuju pada rak sepatu besi, melainkan pada pintu kamarnya yang terbuka.
"Aku yakin tadi aku menutupnya!"
Ujar Tanaka yang mana memang ada benarnya.
Tanaka mendekat ke pintu kamarnya. Terdengar sesuatu yang sangat mencurigakan di dalam.
Itu adalah suara seperti sesuatu yang menggaruk, bergerak dan membuat suara aneh lain.
"Apakah mungkin dia sedang mencuri sesuatu?"
"… Kumohon… kumohon ada makanan. Sial, hanya sisa beberapa tetes kuahnya saja!"
Suara yang agak berjeda seolah dia mencari sesuatu sambil mengeceknya.
Tanaka dengan perlahan dan diam-diam masuk ke dalam kamar yang mana itu adalah kamar tempat biasanya dia tidur.
============================================================