Chereads / TANGGUH PERKASA / Chapter 37 - Untaian 37: Ingin Masuk Penjara

Chapter 37 - Untaian 37: Ingin Masuk Penjara

Siang itu, mereka akhirnya bisa keluar dari ruang tahanan dan jeruji besi yang mengekang. Bukan dibebaskan, tapi ada kunjungan buat mereka bertiga.

"Tangguh, Cahyo, Solihin silakan kalian keluar dari sini," kata petugas Lapas membuka kunci penjara.

"Wah apaaa, jadi kita dibebaskan?" ucap Solihin yang benar-benar berharap.

"Hmm, tidak, ada kunjungan untuk kalian bertiga," jawab petugas LAPAS.

"Hmmmm, pasti perempuan tua yang kucel dekil trus bajunya kaya gembel, kan?" tebak Tangguh.

"Oh bukan, Yang mengunjungi kalian memakai kemeja dan jas lengkap beserta dasi," ucap petugas penjara.

"Ah tidak, itu pasti salah satu dari mereka," sahut Cahyo yang memikirkan kalau itu adalah Badrun, Jamal, atau Tohir.

"Buat apa mereka datang kemari?!!" Tangguh geram.

"Pasti mereka cuma ingin mengolok-olok kita," tebak Solihin.

Apa pun yang dipikirkan mereka, mereka tetap menemui orang yang datang mengunjungi mereka.

"Mau apa kau datang kemari??!!!" tanya Tangguh dengan suara keras.

Tapi ekspresi mereka yang begitu marah ternyata berubah ketika orang itu membalikkan badannya. Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak, terpingkal-pingkal, hingga terjungkal-jungkal.

Siapa sangka ternyata yang datang memakai jas lengkap beserta dasi itu adalah dukun Parti, guru mereka yang biasanya tampil kucel seperti layaknya gembel.

Ternyata dukun Parti memakai pakaian Tangguh yang mereka beli saat hendak masuk kerja untuk pertama kalinya. Si guru dukun ternyata melakukan hal itu bukan untuk gaya-gayaan semata, melainkan untuk bisa mengunjungi mereka di penjara. Pasalnya, sebelumnya ia sempat ditolak masuk ketika penampilannya seperti gembel.

"Hmmm hmmm.... Guru, apa yang guru lakukan?" tanya Tangguh menahan tawa.

"Iya guru dukun, udah rapi, sih. Tapi ada yang kurang."

"Apaan, Hin?" tanya Cahyo.

"Muka, hahaha."

"Kurang ajar kau", Taaaaaaaaaaaakkkkkkk, kepala Solihin yang botak dijitak sampe benjol.

"Guru sengaja datang kemari untuk bertemu kalian. Guru kesepian, kalian bertiga enak bertiga terus," keluh si dukun menundukkan wajahnya dan memutar-mutar telunjuknya di meja.

"Enak gimana, Guru? masa dipenjara enak," ucap Cahyo.

"Lebih baik guru dipenjara juga kaya kalian biar kita bisa bersatu," ujar dukun itu.

"Guru, jangan, kalo kita semua dipenjara mereka bertiga semakin merajalela!" cegah Tangguh.

Saat itu, dengan waktu yang terbatas, mereka ngobrol tentang rencana untuk mengalahkan ketiga penjahat itu. Namun waktu begitu cepat, tak disangka waktu kunjungan telah habis. Kini dukun Parti harus pergi dari tempat itu. Tentu sang guru yang kali ini berpakaian rapi agak keberatan untuk pergi dari tempat itu. Apalagi kalau ia harus menjadi gembel lagi sendirian.

Setelah keluar dari area tahanan, dukun Parti mulai memutar otak, berpikir bagaimana caranya untuk bersatu bersama mereka lagi.

"Ngeluarin mereka dari penjara nggak mungkin. Uang untuk nyewa pengacara aja nggak ada," pikir guru dukun yang sedang duduk di pinggir jalan. "Cara satu-satunya ya harus masuk penjara juga kaya mereka," pikir guru itu lagi.

Sang guru dukun yang agak gendeng itu pun kemudian berpikir bagaimana caranya agar ia dimasukkan ke penjara dan berkumpul bersama mereka.

"Apa harus bunuh orang, hush ngaco," pikirnya. "Bagaimana kalo nipu orang saja. Tapi kasian juga orang yang ditipu," pikirnya lagi.

Ia terus berpikir bagaimana caranya bisa masuk penjara tanpa terlalu merugikan orang lain. Sampai suatu ketika, saat ia berjalan, ia melihat ada jemuran yang dijemur di depan rumah di suatu gang. Ia pun langsung berpikir, "Ahaaaa....., curi jemuran orang saja. Terus ditangkep dan dilaporin ke polisi. Terus masuk penjara deh," pikir dukun gila itu.

Kemudian ia menjalankan apa yang diniatkan dalam pikirannya. Ia mulai mendekati jemuran lalu mengambil satu persatu pakaian yang dijemur di depan rumah warga. Kemudian dengan sengaja menendang kaleng agar terdengar oleh yang punya rumah. Ketika yang punya rumah keluar, ia berlari dikejar si pemilik rumah.

"Woyyy, ngapain kamu. Maling yah, woyyy maling jangan lariiiiiii....!!!!!!!" teriak orang yang punya rumah keluar dari rumahnya.

"Iya, saya maling :p," jawabnya enteng.

Si guru dukun berlari dikejar orang itu. Orang yang kemalingan itu kemudian meminta bantuan warga lain untuk mengejar si dukun.

"Tolong, toloong... maliiiing...!!" teriak orang itu.

Kemudian dengan serempak seluruh warga dari berbagai penjuru gang keluar dari rumahnya dan mengejar si dukun Parti.

"Wouy....."

"Wooooooy..... Maliiiing...!!! "

Ada puluhan warga yang mengejarnya. Ada yang hanya bertangan kosong, ada pula yang membawa balok kayu untuk memberi pelajaran pada orang yang telah mencuri di kawasan mereka.

Akhirnya langkah kaki dukun Parti terhenti di sebuah jalan buntu. Di hadapannya ada dinding pagar tinggi yang menghalangi, sementara di belakangnya para warga yang penuh emosi telah siap menghadangnya. Kemudian ia meminta apa yang memang ia inginkan.

"Oke, baik... baiklah. Laporkan saja saya ke polisi..!" kata dukun itu memohon.

Tapi rupanya para warga yang sedang emosi bukannya langsung melaporkannya ke polisi, tapi....

Buuaaaaaaaaaaak........

Jelegeeeeeeeeeeeeeer........

Duuuuuuuuuuk.......

Byaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar.....

Jebreeeeeeeeeeeeeeeeet....

Seluruh pukulan, tendangan, cacian, makian menghujam bertubi-tubi pada dirinya. Kini mukanya makin hancur terkena pukulan dari warga kampung yang sedang marah.

Memang sial nasib dukun itu. Bukannya dilaporin ke polisi seperti apa yang ia harapkan, tapi malah dihajar warga sekampung sampai bonyok-bonyok. (*__#)

***