Hari ini Vivian datang terlalu pagi..
Sekilas melirik ruangan Mr. Skinner yang masih tertutup rapat dan kosong, mengingat pesan yang dikirimkan oleh pria itu semalam. Vivian tersenyum seorang diri, semenjak semalam Vivian tak henti-hentinya tersenyum. Mungkin di sepanjang jalan menuju kantor semua orang melihat Vivian dengan pandangan aneh, biarlah. Ia hanya terlalu senang..
Setelah membuat kopi pagi Vivian dikejutkan dengan pintu lift yang terbuka, ia menoleh ke sumber suara. Memastikan seseorang menemaninya di jam kerja yang masih sangat pagi ini, tapi Vivian dibuat terkejut ketika melihat Mr. Skinner keluar dari dalam lift dengan gagahnya.
Pandangan mereka bertemu..
Menjadi hal yang kini biasa terjadi antara mereka berdua, namun kali ini wajah pria itu hanya datar. Tak menunjukan senyum atau wajah ketus seperti biasanya, ekspresinya datar. Seolah semalam tidak terjadi apa-apa, mungkin hal ini yang dikatakan pria itu semalam untuk memisahkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Well, Vivian masih baru akan hal itu, sehingga sulit baginya untuk melakukannya.
"Mr. Skinner ingin membuat laporan pekerjaanmu selama tiga bulan!" Ujar sekertaris Mr. Skinner kepada Vivian yang tengah bekrja. Jam telah menunjukan pukul sembilan pagi, semua orang terlihat sibuk begitupun dengan dirinya. Vivian mengangguk dan mengikuti wanita itu, mengetuk pintu terlebih dahulu dan berharap kinerjanya selama ini cukup memuaskan pria itu.
Kemudian Vivian memasuki ruangan Mr. Skinner, terlihat pria itu tengah berkutat dengan banyak kertas dan buku di meja kerjanya. Vivian melangkah pelan lalu mendudukan bokongnya di kursi, tidak ada kalimat ketus seperti biasanya dan itu aneh. Sepertinya Vivian rindu akan kalimat ketus bosnya itu.
"Viviane Anderson..." ujarnya.
"Yes Sir?"
Mr. Skinner melirik ke arah netra biru milik Vivian, sedikit canggung tapi ia berusaha senetral mungkin.
"Kerjamu bagus, disiplin, bisa bekerja sama." Mr. Skinner berhenti di ujung kalimat, namun hal itu saja sudah membuat Vivian tersenyum bahagia. Yang sayangnya senyum itu berhasil menggoda Mr. Skinner.
Pria itu berdeham, berusaha menahan sesuatu yang seakan mencekik lehernya.
"Ku harap kau bisa berlaku ramah pada siapapun, tapi bukan berarti mengobrol dengan pria lain di jam kerja."
Pria lain? Vivian bertanya-tanya dalam hati. Ia hanya mengagguk mengerti agar bosnya itu tak mencecar dirinya.
"Ini, kau telah lulus masa percobaan dan selamat bergabung!" Ujarnya sedikit tersenyum seraya menyerahkan sebuah dokumen kepada Vivian, yang anehnya senyuman itu terasa sangat tulus di wajah tampannya. Ketika dalam keadaan bersahabat seperti ini, ingin sekali rasanya Vivian menanyakan perihal tawaran pria itu semalam. Tapi sepertinya Mr. Skinner tak ingin membahas hal itu di jam kerja, dan lagi Vivian tidak ingin menghancurkan momen langka seperti ini dengannya.
"Terimakasih." Ujar Vivian tak henti-hentinya tersenyum.
"Kau boleh pergi." Vivian beranjak dari duduknya, namun suara Mr. Skinner secara tiba-tiba berhasil membuatnya terhenti.
"Dan berhentilah mengenakan pakaian seperti itu!" Ujarnya seraya memutar pena yang ia pegang dan melihat ke arah rok pendek yang Vivian kenakan, Vivian mengangguk lalu meninggalkan ruangan pria itu. Tanpa ia sadari Mr. Skinner terus menatap bokongnya saat Vivian berjalan.
Vivian keluar dari ruangan Mr. Skinner dengan senyum mengembang, hal itu tentu saja membuat Nicholas mengernyit heran. Gadis itu tak biasanya keluar dari ruangan serigala dengan perasaan bahagia.
"Apa yang membuatmu bahagia?" Tanya Nic saat Vivian tiba di meja kerjanya.
"Aku lolos masa percobaan." Ujarnya seraya memperlihatkan sebuah dokumen yang menyatakan bahwa sekarang Vivian adalah karyawan tetap di kantor ini.
"Well, aku ucapkan selamat kalau begitu. Bisa kita rayakan malam ini?" Pinta Nicholas, Vivian hanya meringis menanggapi.
"Oh, ayolah! Kau tidak ingin mentraktir teman kerjamu ini?" Katanya, Vivian nampak berpikir. Pada akhirnya ia menyanggupi permintaan Nic, lagi pula esok akhir pekan. Mungkin ia bisa menghabiskan malam ini dengan temannya.
"Baiklah, aku menunggumu di kafe yang akan ku kirimkan alamatnya nanti." Kata Nic.
Vivian lalu menuju toilet tanpa ia sadari bahwa Mr. Skinner memandanginya dari kejauhan dengan pandangan tak suka, entah mengapa gadis itu sulit sekali diatur untuk tidak selalu mengobrol di jam kerja, apalagi dengan seorang pria. Mr. Skinner mendengus kesal, ia mengikuti Vivian dan menunggu gadis itu keluar dari toilet wanita.
"Ku kira aku baru saja memberimu peringatan!" Kata seseorang yang berhasil membuat Vivian terkejut, Mr. Skinner berdiri tak jauh darinya. Entah apa yang dilakukan pria itu di sini, terlebih lagi perkataan Mr. Skinner barusan membuat Vivian mengernyit bingung.
"Aku tidak mengerti-"
"Nicholas!" Ketus Mr. Skinner, Vivian menelan salivanya sendiri. Ingin sekali berkata bahwa pria itu yang lagi-lagi mengajaknya mengobrol tapi Vivian sadar bahwa hal itu akan menempatkan Nicholas dalam masalah besar.
"Maafkan aku!" Kata Vivian, Mr. Skinner menghembuskan nafas kasar.
"Apa yang dia bicarakan?" Tanya Mr. Skinner.
"Dia mengajakku keluar malam ini." Cicit Vivian, Mr. Skinner sudah dapat menduganya. Dari kejauhan tadi ia sempat mendengar obrolan mereka berdua.
Mr. Skinner hanya diam, lalu ia pergi meninggalkan Vivian dengan melewati gadis itu. Vivian sampai harus mendongak menatap netra kecoklatan yang tak berhenti menatapnya tajam. Aroma maskulin menguar ke indera penciuman Vivian saat pria itu melewatinya. Vivian menghela nafas, terkadang pria itu bisa lembut di satu waktu, namun tiba-tiba berubah menjadi kasar layaknya serigala yang menahan amarahnya.
Malam hari..
Vivian menyambar cardigan berwarna merah terang guna menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan dress selutut, malam ini ia akan berkumpul dengan seluruh rekan kerjanya guna merayakan sesuatu. Vivian tak menyangka akhirnya ia memiliki banyak teman di tempat kerja.
Namun saat di perjalanan ponselnya berbunyi, dan yang lebih mencengangkan bosnya mengirimkan sebuah pesan singkat.
"Plaza hotel, Now! Aku ingin berbicara tentang tawaran kemarin." Kedua tangan Vivian tiba-tiba terasa dingin, ia gugup. Pria itu secara tiba-tiba mengajaknya bertemu dan yang lebih mengejutkan untuk membahas tawaran kemarin malam, di hotel.
Oh, Tuhan! Tolong aku..
Vivian bimbang, ia hampir saja tiba di sebuah kafe yang Nicholas tunjuk. Dari kejauhan ia dapat melihat teman-temannya sudah ada di dalam sana bersenda gurau menunggu Vivian, terlihat jelas dari jalanan karena kafe tersebut memiliki banyak jendela kaca.
Kening Vivian berkerut, ingin sekali ia bertemu Mr. Skinner. Namun ia tak ingin mengecewakan teman-temannya, tapi terlintas di benak Vivian bahwa tagihan kartu kreditnya mulai membengkak dan harus segera dilunasi. Katakanlah Vivian jalang, tapi hidup di kota besar ini membutuhkan banyak biaya termasuk membeli pakaian dan sewa apartemen.
"Sial!" Rutuknya lalu berbalik arah menuju hotel yang ditunjuk oleh Mr. Skinner, heels yang ia kenakan terasa membebani kedua kakinya. Beruntung Vivian telah berdandan malam ini dengan cukup baik serta mengenakan dress dan menata rambutnya, Mr. Skinner benar-benar berhasil mengacaukan janjinya dengan teman-temannya. Terutama Nicholas, pria itu pasti akan mengumpat kasar padanya esok lusa.