"Bagaimana mungkin kau melakukan ini padaku!" Cecar Vivian kepada Mr. Skinner yang duduk di sofa, sementara gadis itu tak henti-hentinya mengomel dan berjalan kesana-kemari.
"Lalu membiarkannya masuk?" Balas Mr. Skinner.
"Kau gila! Semua orang akan tahu tentang semua ini, pandangan mereka padaku akan berubah." Kata Vivian memijit dahinya, kepalanya terasa pusing setelah Nic pamit pergi meninggalkan dirinya bersama serigala itu lagi.
"Aku tidak perduli!" Jawabnya acuh, Vivian tak habis pikir.
"Bagimu, ya! Karena kau memiliki segalanya, kau memiliki uang. Apa kau tidak takut pada istrimu?!" Cecar Vivian untuk ke sekian kalinya, ia tidak perduli jika pria itu akan menghukumnya. Yang Vivian perdulikan adalah hidupnya.
"Aku tidak mencintai istriku.." kata pria itu dengan nada pelan, seketika membuat Vivian terdiam. Raut wajahnya berubah, pertanda bahwa pria itu tak berbohong. Lagi pula, tidak ada untungnya berbohong bagi Mr. Skinner kepada Vivian. Merasa terenyuh, tubuh Vivian merosot ke atas lantai memegang lutut pria itu.
Berharap Vivian dapat menenangkan Mr. Skinner, walaupun ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi. Namun Vivian urung bertanya, Vivian tak akan bertanya sampai Mr. Skinner siap untuk membagi cerita kehidupan pribadinya.
...
Hampir seminggu sudah Mr. Skinner mendiamkan Vivian, setelah kejadian malam itu ketika Vivian tahu bahwa Mr. Skinner menikahi Ava tanpa ada rasa cinta.
Vivian cukup terkejut mendengarnya, namun hal itu menjawab semua pertanyaan tentang pertikaian yang selalu terjadi antara Mr. Skinner dan Ava. Dan benar kata Nic, yang terlihat di sosial media belum tentu benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Serta menjawab pertanyaan Vivian mengapa pria itu sanggup menghianati istrinya dan tidur bersama Vivian.
Lalu, mengapa Mr. Skinner menikahi Ava?
Vivian berangkat kerja pagi dan pulang sore hari, tidak ada interaksi apapun dengan Mr. Skinner belakangan ini. Pria itu mendiamkannya seolah Vivian tak ada di kantor ini, saat pulang ke apartemenpun Vivian hanya bisa mendesah resah.
Tidak ada Mr. Skinner yang biasa mengejutkannya, apa pria itu sengaja menghindarinya? Vivian tak mengerti kesalahan apa yang telah ia perbuat, seharusnya Vivian bahagia Mr. Skinner tak terus mengganggunya, tapi di dalam lubuk hati Vivian yang paling dalam, entah mengapa ada perasaan rindu kepada pria itu. Apa dia baik-baik saja?
Segala pertanyaan seolah berputar di dalam kepala Vivian, ia tak mungkin menelpon pria itu dan bertanya apa bosnya itu dalam keadaan baik-baik saja. Hal tersebut tentu akan membuat istrinya meradang jika tahu seseorang mengganggu suaminya. Vivian melihat ponselnya, tidak ada satupun pesan dari pria itu. Bahkan di grup chat kantor, Mr. Skinner tak nampak. Biasanya pria itu akan terus mengomel jika ada kesalahan sedikit saja.
Saat Vivian tengah asik bekerja, terdengar bisikan-bisikan yang seolah ditujukan padanya. Vivian menoleh mengedarkan pandangan, semua orang di kantor melihat ke arahnya dengan pandangan aneh. Membuat Vivian mengernyitkan dahi lalu menatap Nic yang tengah sibuk bekerja.
"Apa yang kau katakan dengan semua orang?!" Cecar Vivian seraya mencengkram kuat kerah baju Nicholas saat pria itu memasuki toliet pria, Vivian tak perduli dimana dirinya saat ini berada. Ia hanya ingin memastikan bahwa pria tampan di hadapannya ini tidak menyebarkan gosip kepada seisi kantor.
"Mr. Skinner? Wow, seleramu tinggi juga ya?" Ejek Nicholas berhasil membuat amarah Vivian kian menjadi.
"Itu bukan urusanmu!" Balas Vivian.
"Itukah sebabnya kau menolakku?"
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah menolakmu, bahkan kau sama sekali tidak pernah berkata apapun!" Ujar Vivian, tapi Nic hanya tersenyum miring lalu pergi begitu saja.
Vivian mendudukan diri di kursi kerjanya dengan perasaan kesal seraya memegangi ponsel, ingin sekali ia mengadukan hal ini kepada Mr. Skinner tapi sepertinya pria itu sedang tak ingin diganggu. Terlebih, Mr. Skinner terlihat santai akan desas-desus yang telah beredar di kantor, sebuah skandal yang terjadi antara pegawai dan bosnya yang telah memiliki istri.
Vivian pulang bekerja dengan langkah gontai, hari ini ia berhasil menjadi selebriti di kantornya. Dan itu membuat Vivian kesal, Nic pria yang pada awalnya ia percayai dengan mudahnya menyebarkan berita itu di kantor. Ini semua kesalahan Mr. Skinnner, jika saja malam itu Vivian segera menutup pintu dan tidak menunggu Nic pergi, maka Mr. Skinner tidak akan memunculkan diri di hadapan Nicholas.
Benar-benar hari yang sial!
Vivian membuang tas dan heelsnya ke atas sofa, menuju dapur lalu menuangkan air ke dalam gelas dan menegaknya hingga tandas. Affair dengan Mr. Skinner membuatnya kesulitan dalam bekerja, berharap beberapa temannya tak menyulitkannya juga setelah mengetahui skandal antara dirinya dan bos besar.
Ia segera beralih ke kamar guna mengistirahatkan diri, namun saat Vivian menyalakan lampu. Ia terkejut mendapati Mr. Skinner tengah berbaring di atas kasurnya.
"Kau sudah pulang?" Tanya pria itu, Vivian hanya bisa menyatukan kedua alisnya dengan perasaan bingung setelah beberapa hari pria itu mendiamkan dirinya.
"Kau tahu apa yang sedang hangat dibicarakan di kantor?" Tanya Vivian menghampiri Mr. Skinner.
"Apa?"
"Mereka membicarakan kita, itu semua karena Nic, dan karenamu!" Tukas Vivian menunjuk ke arah Mr. Skinner.
"Oh, ya aku tahu." Jawabnya acuh.
Hal itu tentu saja membuat Vivian kesal, pria itu sama sekali tidak perduli tentang apapun walaupun wajahnya terlihat suram tak segagah seperti biasanya.
"Ada masalah yang lebih besar dari pada itu, Vey." Kata Mr. Skinner berhasil membuat Vivian terdiam, ia duduk di tepi ranjang mendekati Mr. Skinner. Entahlah, terkadang pria itu terlihat kehilangan pesonanya seolah ia menyimpan segudang masalah. Dan Vivian merasa kasihan melihat Mr. Skinner dalam kondisi seperti ini.
"Ada apa?" Tanya Vivian berbaring di sebelah Mr. Skinner.
"Aku ingin memiliki seorang anak, tapi Ava menolaknya." Ujar Mr. Skinner, Vivian yang mendengar hal itu turut sedih. Walau ia sendiri belum mengerti kehidupan rumah tangga. Namun pria dewasa seperti Mr. Skinner juga pasti menginginkan seorang keturunan. Mengingat pria itu harus memiliki penerus untuk mengelola semua usaha dan bisnisnya.
Dan meskipun hal itu bukan urusan Vivian, tapi Mr. Skinner telah mempercayai dirinya katakanlah sebagai teman curhat. "Kenapa dia menolaknya?" Tanya Vivian.
"Kau tahu, pekerjaannya sebagai model menuntutnya untuk selalu memiliki tubuh yang ideal. Dan dia selalu khawatir akan tubuhnya." Mr. Skinner menjelaskan.
Vivian mengangguk mengerti, "well, aku yakin pekerjaan Ava adalah pekerjaan yang diidam-idamkan seluruh wanita. Tak salah jika ia mempertahankan hal itu dengan keras." Ujar Vivian seolah memberi pengertian kepada Mr. Skinner dan meringankan beban pikiran pria itu.
Mereka berdua menatap langit-langit kamar, entah mengapa perkataan Vivian barusan ada benarnya bagi Mr. Skinner. Walau Vivian tak tahu pasti apa yang ia katakan karena dirinya sendiri tak pernah tahu soal pernikahan. Sedikit aneh bagi Vivian, ketika pria itu berbicara tidak mencintai istrinya namun ingin memiliki anak. Tapi Vivian tak berani bertanya.
"Kau pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa menikahinya, bukan?" Tanya Mr. Skinner seolah tahu isi kepala Vivian.