Chereads / Ex - Boss / Chapter 12 - In Bed with Boss

Chapter 12 - In Bed with Boss

Resepsionis cantik itu terlihat kebingungan saat Vivian menyebutkan nama Mr. Skinner padanya, dia menatap Vivian dari ujung kepala hingga ujung kaki walaupun akhirnya ia memberitahu kamar dimana Mr. Skinner berada.

"Memangnya aku tidak cukup cantik untuk Mr. Skinner?!" Racau Vivian selama ia berjalan menuju lift dan menelusuri koridor guna mencari kamar yang disebutkan wanita tadi.

Memastikan bahwa ia tidak salah kamar, Vivian mengetuk pintu. Cukup lama menunggu pintu terbuka, sampai pada akhirnya pria itu muncul dari balik pintu. Dengan hanya menggunakan piyama tidur menenteng segelas wine, Vivian mengernyit heran, apa pria itu sedang merayakan sesuatu?

"Masuklah!" Ujarnya, Vivian melewati Mr. Skinner dan dibuat takjub dengan kemewahan yang ada di dalam sana. Well, kamar VVIP milik bos besar memang tidak perlu diragugkan lagi.

"Duduk!" Titah pria itu, sepertinya Mr. Skinner tidak ingin berbasa-basi. Lalu ia menuangkan segelas wine yang diberikan kepada Vivian.

"Maaf, aku ada kuliah besok." Kata Vivian menolak, Mr. Skinner mengangguk dan menggantinya dengan segelas air putih.

"Jangan khawatir, aku tidak akan meracunimu." Kata pria itu ketika Vivian hanya melihat gelas yang berisikan air bening. Vivian meminumnya hingga tandas, membuat lengkungan tipis di bibir Mr. Skinner yang mengetahui sifat penurut Vivian.

"Well, langsung saja Miss Anderson. Apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Mr. Skinner duduk di seberang Vivian, membuat Vivian berpikir keras tentang apa saja kebutuhan hidupnya. Lalu Vivian teringat akan tagihan kartu kreditnya.

"100,000 dollar?" Ujarnya frontal, Vivian merutuki kebodohannya sendiri. Nominal itu keluar begitu saja dari bibirnya membuat Mr. Skinner tersenyum penuh kemenangan.

"Deal! 100,000 dollar beserta sebuah apartemen." Tambah Mr. Skinner.

"Apartemen?" Mr. Skinner mengangguk dan menyerahkan sebuah dokumen kepada Vivian.

"Apartemen yang ada di dekat kantor, itu jadi milikmu, ambilah!" Ujar Mr. Skinner, setahu Vivian itu adalah apartemen mewah lengkap dengan isinya. Ia tak menyangka pria itu telah mempersiapkan hal ini, atau mungkin Mr. Skinner baru saja membelinya mengingat pria itu bisa melakukan apapun yang ia inginkan.

Apa ini tidak terlalu mewah?

Ingin sekali Vivian bertanya seperti itu namun Mr. Skinner segera beranjak dari duduknya dan menuju ke suatu tempat, ranjang mewah berukuran besar yang sudah pasti sangat nyaman dan empuk untuk ditiduri. Apalagi tidur bersama pria itu.

"Kemarilah!" Katanya, Vivian segera membuka cardigan dan meletakannya di meja bersama tasnya. Membuka heels yang ia kenakan dan bertelanjang kaki menuju Mr. Skinner yang berdiri di samping ranjang.

Mr. Skinner menyentuh bahu Vivian menuntun tubuh gadis itu untuk duduk di sisi ranjang, Vivian merasa bokongnya sedang menduduki kumpulan awan yang sangat lembut dan juga nyaman. Ia dapat membayangkan bagaimana kulit telanjangnya menyentuh tempat tidur mewah itu.

Mr. Skinner membuka laci nakas, mengambil sebuah kotak berwarna merah dan menyerahkannya kepada Vivian.

"Bukalah!"

Dengan perlahan Vivian membukanya, sebuah lingerie berwarna merah yang ada di dalam box cantik tersebut.

Ia tersenyum, "ku kira warna hitam." Ujar Vivian.

"Aku lebih suka warna merah, terlihat menantang." Kata Mr. Skinner sambil menatap Vivian yang tengah mengenakan dress berwarna merah yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

"Pakailah!"

Vivian mengeluarkan lingerie dengan tali spageti dan belahan dada rendah tersebut dari tempatnya, sangat lembut dan sangat pas di tubuh mulusnya. Kain yang terbuat dari satin tersebut bersentuhan dengan kulit Vivian yang tak mengenakan apapun selain lingerie tersebut.

"Cantik!" Ujar Mr. Skinner yang tak berkedip sama sekali melihat gadis itu mengganti pakaian di hadapannya, padahal sedari tadi gadis itu menahan kegugupannya setengah mati.

Mr. Skinner melangkah pelan menuju Vivian yang tengah berdiri, menghembuskan nafas panjang dan itu berhasil menggelitik bagian dada Vivian yang sangat terbuka. Mr. Skinner menyentuh kedua lengan Vivian, dan dapat gadis itu rasakan jemari besar dan berurat itu bermain di kulit mulusnya. Membelai hingga leher dan dagunya, membuat Vivian menutup kedua matanya.

"Sebaiknya kau tidak terlalu dekat dengan pria lain, Vey.." bisik Mr. Skinner secara erotis di daun telinganya, membuat gelenyar aneh setelah nafas panas pria itu menerpa leher dan sebagian wajah. Saat itu pula Vivian menyadari sesuatu dan membuka kedua matanya lebar-lebar.

"Aaargghh...." Vivian berteriak saat Mr. Skinner mendorongnya dengan keras ke atas ranjang secara tiba-tiba, nafasnya tersengal. Pria itu langsung menindih tubuhnya agar tak bergerak banyak. Mengelus pelan paha dan bokongnya dan berhasil membuat Vivian melenguh.

Plak!

Vivian menjerit, Mr. Skinner menampar bokongnya dengan kuat. Berkali-kali dan Vivian merasa bokongnya akan memerah karena tamparan keras itu.

"Apa kau mendengarku?" Tanya Mr. Skinner, Vivian masih terdiam. Menyesuaikan nafasnya yang tak beraturan karena perbuatan reflek pria itu.

"Jawab aku, Vey!"

"Yes.. yes Sir.." jawab Vivian terbata setelah Mr. Skinner mencengkram kuat lehernya, di balik sifat dingin dan ketus pria itu ternyata menyimpan kebrutalan di atas ranjang.

Hingga Vivian tak sadar jika dirinya mencengkram sprei yang lembut dengan sangat kuat saat Mr. Skinner menggagahinya dari belakang dengan sangat brutal, belum lagi jambakan dan cengkraman kuat jemari pria itu di setiap jengkal tubuhnya. Vivian tak henti-hentinya merintih, berharap Mr. Skinner mengakhiri pergulatan yang tak memiliki awal ini.

Vivian pernah melakukan seks sebelumnya, tapi tak sesakit dan sekeras ini. Mr. Skinner ternyata memiliki sisi kelam di balik wajah tampan dan tubuh atletisnya, dan sialnya Vivian telah terjebak bersama pria itu.

"Akh....!" Vivian menjerit setelah pelepasan Mr. Skinner, membiarkan tubuhnya yang masih dengan keadaan telungkup dan lemah di atas ranjang dengan nafas tersengal.

Rambut dan tampilannya begitu kacau, Vivian masih menenggelamkan wajahnya di atas kasur guna mentralkan kembali nafasnya. Sungguh seks kilat yang sangat panas dan sangat menyakiti selangkangannya. Vivian sempat berpikir jika Mr. Skinner memiliki seks yang lembut dan romantis di atas ranjang, namun ternyata Vivian salah besar akan hal itu.

"Seratus malam, Vey. Kau masih memiliki sembilan puluh sembilan malam lagi." Ujar pria itu yang tidak ditanggapi oleh Vivian, ia sangat lelah dan tidak berdaya. Ingin sekali memejamkan kedua matanya dan tertidur lelap di atas ranjang nan empuk walau bersama serigala mengerikan yang ternyata memiliki fantasi mengerikan pula.

...

Pagi hari, Vivian bangun dalam keadaan tubuh yang pegal. Dengan malas ia membuka kedua matanya yang ternyata matahari sudah masuk melalui kaca jendela, ia mengernyit heran. Seingatnya posisinya semalam tidak seperti ini, dan kini ia sama sekali tak mengenakan sehelai benangpun di dalam balutan sebuah selimut tebal.

Kemana lingerie yang semalam aku kenakan? Batinnya bertanya-tanya.

Vivian segera bangkit dari duduknya begitu menyadari pria itu berada tak jauh dari ranjang dan menikmati sarapan paginya, Vivian yang merasakan sakit di selangkangan mengurungkan niat untuk berdiri dan kembali duduk di pinggiran ranjang.

"Jangan terlalu manja!" Ucap pria itu yang berhasil membuat Vivian geram.

"Kau berharap aku akan mengangkatmu ke kamar mandi? Jangan bercanda!" Tambahnya lagi.