Chereads / Ex - Boss / Chapter 14 - Dictator Boss

Chapter 14 - Dictator Boss

Ting...

Ponsel Vivian berbunyi, ia mengambil benda mungil itu dari atas meja dan menggeser layar. Berharap bukan pesan dari Mr. Skinner yang mencerca dirinya.

Pada akhirnya Vivian bisa bernafas lega, bukan pesan dari pria itu. Melainkan obrolan teman-temannya di sebuah grup chat, namun hal itu malah membuat Vivian cemburu ketika salah seorang temannya membagikan foto liburan bersama Sugar Daddynya.

"Good for you..!" Ujar Vivian mengomentari salah satu foto temannya itu.

Vivian menyatukan kedua alisnya, raut wajahnya terlihat sedih. Membayangkan dirinya dan Mr. Skinner bisa meluangkan waktu bersama atau menghabiskan liburan dengan mengobrol panjang lebar.

Tapi Mr. Skinner bukan pria seperti itu, tidak ada kalimat hangat atau candaan. Tidak ada makan malam romantis ataupun liburan di akhir pekan, hanya seks. Seks yang hebat dan keras, Vivian memijit pangkal hidungnya sendiri. Bisakah ia mengembalikan semua hal yang Mr. Skinner berikan agar semua ini lekas berakhir.

Vivian tidak mungkin akan sanggup bertahan sembilan puluh malam lagi, pria itu akan menghancurkan tubuhnya. Dan sialnya Vivian telah memasuki lembah paling gelap dari serigala buas itu, andai waktu bisa diulang, ia tidak akan menerima tawaran Mr. Skinner.

Atau mungkin..

"Lehermu!" Nic menunjuk ke arah leher Vivian, walaupun gadis itu mengenakan blouse yang memiliki kerah. Nyatanya hal itu tak dapat menyembunyikan warna kebiruan akibat cengkraman jemari Mr. Skinner.

"Ya, ini biasa terjadi." Kata Vivian menghindari Nicholas agar sesuatu tak terjadi padanya.

Namun Nicholas terus mengikutinya hingga keluar gedung kantor menuju apartemennya, "kau tinggal di sini?" Tanya Nic mengernyitkan kening. Vivian hanya mengangguk lalu meninggalkan Nic, tak memiliki alasan lagi yang dapat digunakan untuk menutupi kebohongannya. Lagi pula, Nic tidak harus mengetahui segala hal tentang dirinya. Nicholas hanyalah teman, meskipun Vivian sadar akan pandangam Nic kepada dirinya, bukanlah pandangan biasa.

Cekl...

"Hah!" Vivian terkejut setengah mati setelah membuka pintu apartemennya, ia hampir saja berteriak kencang jika tidak menyadari Mr. Skinner yang duduk rapi di atas sofa. Demi Tuhan, apalagi yang dilakukan pria itu kali ini? Bisakah ia sedikit saja memberiku waktu untuk sendiri? Batin Vivian.

Vivian tak menghiraukan kehadiran Mr. Skinner, ia kembali menutup pintu menuju kamarnya. Membuka semua pakaian dan membersihkan tubuhnya, namun saat ia kembali dari kamar mandi. Pria itu tengah berbaring di atas ranjang sambil memainkan ponsel Vivian, Vivian yang merasa privasinya terus diawasi mencoba mengambil kembali benda berharga itu.

"Kemarikan! Itu punyaku!" Cecar Vivian, tapi ia malah mendapat pelototan tajam dari Mr. Skinner.

"Bisakah aku memiliki privasi di sini?" Tanya Vivian, ia hampir putus asa menghadapi sifat Mr. Skinner yang otoriter akan hidupnya. Pria itu beranjak dari tempat tidur, berdiri menjulang di hadapan Vivian yang hanya bisa mendongak ketika menatap wajahnya.

Pria itu menghembuskan nafas panjang yang berhasil menerpa wajah Vivian, "ingatlah siapa pemilikmu!" Ujarnya singkat, kalimat itu berhasil membuat Vivian terdiam dan tertunduk lesu. Ia ingat tentu saja, tapi perlakuan pria itu tidak seharusnya seperti ini. Bahkan binatang peliharaanpun butuh ruang privasi.

"Apa kau tidak memiliki istri?" Tanya Vivian saat pria itu keluar dari kamarnya dengan seenaknya.

"Ya, aku punya." Jawabnya acuh.

"Lalu?"

"Lalu apa?" Mr. Skinner berbalik badan bertanya seraya menaikan sebelah alisnya.

Kesabaran Vivian hampir habis, ia menggeleng lemah sambil menghela nafas kesal. "Lupakan!" Ujar Vivian lalu beralih ke lemari guna mengambil pakaian.

Cukup lama Vivian berkutat di depan meja rias merawat rambut dan kulitnya, Vivian pikir Mr. Skinner telah pergi. Tapi ketika Vivian keluar dari kamarnya hanya menggunakan piyama tidur, ternyata pria itu masih ada di apartemennya. Vivian mendengus kesal, ingin sekali ia menyeret tubuh besar yang tengah tertidur di atas sofa itu keluar dari sini.

Tapi Vivian menyadari sesuatu, ia mengendap perlahan. Berjinjit tanpa menimbulkan sedikitpun suara, jemari lentiknya mengambil ponsel yang Mr. Skinner pegang di atas dadanya. Perlahan tapi pasti, hanya dengkuran pria itu yang terdengar di ruangan ini dan Vivian berharap pria itu tidak terbangun. Vivian berhasil mengambil ponselnya, namun bunyi satu pesan juga berhasil membangunkan serigala pemarah itu.

Ting!

God, no!

Dengan sekali hentakan Mr. Skinner menarik lengan Vivian untuk berbaring di atas sofa dan menggantikan posisinya, kini pria itu berada di atas tubuh Vivian. Sementara Vivian yang masih terkejut nafasnya tersengal, membuat dadanya naik turun dan Mr. Skinner gemas melihatnya.

"Kau gadis yang nakal!" Bisik Mr. Skinner seraya membelai kedua bahu Vivian yang tertutupi kain selembut sutra itu.

"Aku hanya ingin ponselku." Cicit Vivian, berharap Mr. Skinner tak menghancurkan tubuhnya lagi malam ini. Dan lagi, kenapa pria itu tidak pulang ke rumahnya? Apa istrinya tak mencarinya?

"A-apa istrimu tidak mencari?" Tanya Vivian khawatir, khawatir jika Ava akan mencari Mr. Skinner dan menemukan suaminya tengah menindih tubuh Vivian.

"Itu bukan urusanmu, Vey!" Balasnya, hal itu tentu saja membuat luka di hati Vivian. Pria itu dengan seenaknya mengatur dan mengendalikan hidup Vivian, namun Vivian sama sekali tidak boleh tahu-menahu tentang kehidupan pribadi Mr. Skinner. Itu adalah hal yang tidak adil!

"Apa ketika kau tidur dengan wanita lain, akupun tidak boleh mengetahuinya?" Cecar Vivian.

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar hal itu lagi darimu!" Karena hanya ada dirimu.... tambah Mr. Skinner dalam hati, tentu saja ia tidak berani mengungkapkan hal itu kepada Vivian.

Tok..

Tok..

Tiba-tiba suara ketukan pintu menyudahi pertikaian mereka berdua, Mr. Skinner segera menuju pintu untuk memastikan siapa yang bertamu semalam ini. Saat ia melihat ke arah lubang pintu, ternyata teman kerja Vivian yang tak lain adalah Nicholas yang ada di luar sana. Membuat kening Mr. Skinner berkerut, apakah pria itu tidak bisa berhenti mengejar Vivian? Batin Mr. Skinner.

Menyadari kegelisahan Mr. Skinner, Vivian lalu membuka pintu. Temannya itu dengan gaya kasualnya hendak bertamu ke apartemen Vivian, gadis itu hanya tersenyum kikuk tanpa membuka pintu apartemen dengan lebar. Khawatir jika ia tahu keberadaan bos mereka di apartemen Vivian.

"Bagaimana kau bisa tahu aku di sini?" Tanya Vivian berbasa-basi.

"Aku bertanya kepada resepsionis." Jawabnya, Vivian hanya mengangguk.

Cukup lama momen canggung tersebut, sampai Nic mulai membuka suara.

"Boleh aku masuk?" Tanya Nic, Vivian tak tahu harus menjawab apa selain tersenyum lebar. Sementara Mr. Skinner yang ada di dalam sana sudah tak tahan dengan sikap Nicholas.

Akhirnya Mr. Skinner menunjukan diri di hadapan Nicholas dengan membuka pintu selebar mungkin, membuat Nicholas sangat terkejut. Terlihat dari raut wajahnya yang seakan tak percaya dengan keberadaan bos besar itu di dalam apartemen Vivian. Sementara Vivian hanya menggigit kuku jarinya sendiri, kini terjawab sudah mengapa gadis itu selalu menghindari teman-temannya dan mendapat barang serta tempat tinggal yang mewah.