Chereads / Ketika Cintamu Bersemi di Bulan April / Chapter 12 - Kehidupan Yang Tak Biasa

Chapter 12 - Kehidupan Yang Tak Biasa

Seperti kata pepatah: orang yang hanya punya martil cenderung melihat segala sesuatu bisa beres dengan dimartil, walau sudah sangat jarang beberapa dari mereka yang tergabung dalam kelompok Yakuza sering berpenampilan mencolok dan membawa pedang ke mana-mana.

Ya, itu sudah biasa dijumpai oleh seorang laki-laki yang terlihat ogah-ogahan saat bangun di pagi hari. Dia masih mengantuk berjalan pelan di lorong pintu yang cukup panjang dengan penjagaan ketat oleh dua orang yang ada di belakangnya.

Bahkan ketika dia melangkahkan kakinya ke kamar kecil pun, kedua orang yang berpakaian rapi dengan badan kekar dan mengenakan kacamata hitam di wajahnya ini rela menunggunya hingga seorang laki-laki itu selesai buang hajatnya.

"Hah~" helaan napas panjang dengan muka malasnya terdengar di setiap paginya.

Ketika harus sarapan pun, semua orang yang berbaris di depannya ini otomatis berjajar dan segera menundukkan kepala begitu dia sudah berganti baju rapi.

Salam selamat pagi yang lantang di pimpin oleh seorang laki-laki bertubuh kekar yang tadinya merapikan barisan itu. Tapi, justru di lewati begitu saja setelah salamnya terjawab oleh laki-laki yang telah mendapat sambutan selamat pagi yang hangat ini.

Di sana ... beberapa wanita dengan tubuh seksi dan bohay tengah menyiapkan makanan kesukaannya, dia juga melihat wajah ibunya yang riang setiap hari dengan memanjakan ayahnya yang tengah santai membaca koran sambil mengenakan haori bertuliskan "Koi," yang berarti cinta, di bagian punggungnya.

"Cih, dasar orang mesum." Itu yang dia katakan dalam hatinya, semata-mata dia tidak berani mengungkapkan celetuknya pada lelaki yang sudah mendidiknya dengan keras sejak kecil ini.

"Yocchan, ayo sarapan, nak." Ibunya memanggilnya dengan imut dan sebagaimana mestinya dia memperlakukan anaknya dengan penuh kasih sayang ini.

Tapi, entah kenapa justru yang dia pikirkan ... 'Kenapa? Padahal ini adalah masa SMA-ku tapi, kenapa? Aku harus diperlakukan layaknya anak kecil dan selalu di kawal oleh orang-orang yang menjadi bodyguardku.'

Jujur saja siapa yang tidak risih dengan kehidupan yang seperti ini sekalipun mereka punya loyalitas dan kesetiaan yang tinggi pada pemimpinnya tetapi, tidak harus seperti ini kan caranya?

Bagi laki-laki yang dipanggil Yocchan ini, kedua orang di belakangnya tampak seperti seorang penguntit, 'Bagaimana jika suatu aku menjalin hubungan cinta bersama seseorang sedangkan aku ingin orang lain tidak ingin menyaksikannya tapi, mereka berdua yang tahu?'

'Jujur saja, ini sangat menyebalkan!!'

Tidak hanya mereka berdua ....

Mereka yang tadinya menyambut dengan ucapan selamat pagi pun terkadang turun ke jalan, membuat musuh semakin banyak. Astaga, apa hanya berkelahi yang mereka pikirkan? Dan anehnya, sekelompok yang dikenal sebagai mafia Jepang ini malah diakui oleh pemerintahan Jepang bahkan mereka diberikan lisensi khusus.

Sebenarnya seberapa pentingnya kehidupan mereka ini?

Begitu selesai sarapan, "Aku berangkat! Ayah, ibu," ucap anak laki-laki yang dipanggil Yocchan ini. Dia masih mengusapkan tisu ke mulutnya yang punya sisa makanan itu lalu beranjak berdiri dari kursi dan hendak membuang sampah ke keranjang sampah yang ada di pojok sana.

Sang bodyguard yang mengawalnya sudah siap berada di depannya, tadinya salah satu bodyguard ini hendak memungut tisu bekas Yocchan dan bersedia untuk membuangnya. Tapi, Yocchan merasa tidak enak sendiri dan malu, dia merasa seperti anak manja di keluarga ini.

Sungguh kehidupan yang tidak biasa bagaikan raja yang terkurung di dalam sangkar. Meskipun mudah, apa pun hal yang dia inginkan pasti terkabulkan tapi, dia merasa tidak bebas dan malah merasa terkekang terutama dia ingin hidup senormal mungkin.

"Hati-hati di jalan~ Yocchan-chu~" ibunya melambaikan tangan pada Yocchan yang sudah berjalan cukup jauh hampir keluar pintu rumah, dia melambaikan tangan pada punggung Yocchan yang tampak sedih itu. Terlihat dari cara dia memegang tas bagai memikul beban berat yang ada di pundaknya.

Ibunya berusaha tersenyum lembut dan bersikap riang pada Yocchan sepanjang waktu. Sementara ayahnya Yocchan yang tengah santai sehabis sarapan dengan melanjutkan membaca koran ini sebenarnya adalah orang yang ditakuti seluruh kelompok Yakuza di beberapa daerah Tokyo.

Begitu Yocchan berjalan, belum juga 100 meter dari rumah ... dia merasakan seseorang sedang menguntitnya. Tetapi, begitu Yocchan berjalan tenang ... beberapa regu yang jadi pengawal Yocchan bagian belakang memergokinya dan membuat penguntit itu lari ketakutan.

Selama ini, ayahnya Yocchan memang ditapi, Yocchan sendiri yang malah menjadi incaran alias sasaran empuknya.

Yocchan hanya bisa berkata dalam hati, "Yare-yare~ beginikah nasih jadi orang terkenal itu?" dia tidak begitu suka. Sesungguhnya dia hanya anak pemurung yang rela menuruti perkataan ayahnya.

Ayahnya Yocchan sendiri yang merupakan pemimpin Yakuza berniat menjadikan Yocchan sebagai penerus kelompok ini.

"...."

Hari itu, meskipun Yocchan sudah masuk SMA dengan seragam sekolah yang rapi dan rambut di sisir rapi yang tidak menunjukkan bahwa dia adalah anak dari seorang Yakuza, sebagaimana mestinya orang normal sekolah tapi, dia sering sekali di datangi oleh sekelompok preman yang membuat dirinya kerepotan melawan.

Yocchan sendiri tidak ingin melukai orang lain dengan kekuatannya, maka dari itu dua bodyguard ini ditugaskan untuk selalu mengawalnya. Sedangkan beberapa regu di belakang mereka hanya mengikuti keseharian Yocchan.

Sungguh kehidupan SMA yang tak bisa diharapkan, dia hanya populer berdasarkan kabar buruk yang sering dia dengan dari ucapan orang-orang di sekitarnya yang membicarakannya.

"Ah~ apa karena aku terlahir di keluarga Yakuza itu artinya akan dibenci dan ditakuti oleh masyarakat?" pikirnya, sambil berjalan menguatkan tekatnya menyusuri lorong kelas.

Yocchan kini sendirian dan dia sudah menyuruh bodyguardnya untuk mengantarkannya hanya sampai di depan sekolah saja.

Meski tampaknya mereka berdua juga berat saat meninggalkan tuannya seorang diri tapi, setidaknya tidak ada yang membahayakan nyawa anak itu.

'Akankah di kehidupan SMA-nya yang tampak damai itu, menjadi damai selama-lamanya?'

Waktu terus berlalu, Yocchan benar-benar sering di datangi preman/yankee dan beberapa kelompok Yakuza sepulang sekolah. Sungguh kehidupan yang suram dan sehari-hari hanya untuk adu otot saja.

Kalau begini terus, Yocchan malah menjadi takut untuk tidak bisa menunjukkan sisi kerennya di depan para wanita, pasti dan pasti mereka sangat takut melihatnya.

****

"...."

Malam itu, dia mematung dirinya di depan cermin dengan wajah datarnya ....

Dia bertanya-tanya dalam bayangan dirinya di dalam cermin, "Bagaimana aku bisa mendapatkan kehidupan damai yang tidak penuh dengan masalah seperti yang aku inginkan? Sang pencipta pasti melihatku, kan kalau aku ingin mengubah hidupku? Bisakah kau beritahukan caranya padaku?" ... sungguh malangnya dia bermonolog di depan cermin.

Dia beranjak dari tempat duduknya di depan cermin dan berganti menatap jendela dari ruang kamarnya yang mengadap halaman belakang.

Bulang begitu terang di malam ini ....

Lalu, begitu dia melihat bulan yang terpantul di kolam itu dan ikan yang ada di kolam itu melompat, "...!" tampaknya, dia menemukan ide untuk keluar dari kehidupan yang tak biasa ini.