'Entah kenapa saat aku tertidur ... aku selalu mengingat kehidupanku sebelumnya, yang ada di Tokyo, padahal aku sudah bersungguh-sungguh ingin melupakannya.'
Yoshimura sebagai Yocchan, dia ingin membuang ingatan tentang masa lalunya itu.
Namun, dia selalu mengingat dirinya sebagai Yocchan.
"...."
Yoshimura kemudian terbangun dan menatap kembali jendela, dia memandang jendela dengan tatapan sipit menandakan bahwa dirinya masih bosan di sini. Namun, dia merasa orang-orang di sini jauh lebih peduli dari orang-orang yang ada di Tokyo. Niatnya begitu dia terbangun, dia ingin mencopot infus ini dan akan pulang ke kontrakannya. Kalau bisa mencari gadis itu seorang diri.
Dia tidak ingin merepotkan orang lain, terutama soal biaya rumah sakit ini, secara tidak langsung sang pemilik kontrakan yang menjadi perwakilan walinya itu harus membayar biaya perawatannya, pikir Yoshimura dengan agak gelisah sambil menatap jendela kaca itu.
'Sudah berapa lama aku tertidur? Tampaknya langit sudah berwarna oranye.' Dia berkata dalam hatinya, dia tahu kalau waktu senja biasanya anak sekolah pulang.
Kemudian, dia menoleh ke arah di mana tempat makannya tadi di letakkan, di atas lemari itu. Namun kini di atas lemari itu tidak ada piring ataupun mangkok. Dia berpikir, mungkin perawat sudah membereskannya.
Dia yang begitu bosan beranjak dari tempat tidurnya, dan menuju toilet yang ada di dalam ruangannya. Tentu saja ini adalah ruang VIP dengan toilet yang berada di dalam satu ruangan. Dia sempat berpikir, pasti biaya pengobatan dan menginap di rumah sakit ini mahal.
Dia yang telah terbangun itu niatnya menunggu gadis yang katanya menjenguknya itu namun tak kunjung datang. Akhirnya, dia manfaatkan untuk ke toilet sebentar, buang air.
Yoshimura bahkan bosan karena tidak memengang ponsel selama beberapa waktu, dia sengaja mematikan GPS nya agar tidak ketahuan. Dia masih belum mengaktifkan datanya lagi.
Kalau bisa, Yoshimura akan ganti nomor saja supaya nomor lama tidak dihubungi oleh kenalan lamanya terutama ayah dan ibunya, serta semua orang yang terlibat dalam urusannya.
Yoshimura tahu dia adalah seorang penerus Yoshihide tapi, dia tidak mau melakukannya karena dia tidak ingin kehidupan yang mengundang kekerasan.
Dia sempat berpikir, 'Kenapa aku dilahirkan dalam keadaan yang buruk?'
Walaupun dia memiliki banyak uang di mastercardnya, nyatanya uang tidak bisa menjamin kebahagiaan hidupnya.
....
'Hah~' dia yang sudah cukup lama berdiam diri di toilet akhirnya menghela napas sambil mempertahankan infusnya supaya tidak copot.
Tapi, dia mendengar sesuatu yang gemerisik di dalam ruangannya tiba-tiba, itu membuatnya heran.
Dia bertanya-tanya dalam hatinya, 'Apakah ada orang yang mampir kemari?'
Yoshimura yang curiga itu segera mengakhiri kegiatan buang airnya dan kemudian mencoba keluar dari toilet.
Dia keluar sambil mengendap-endap memperhatikan ruangannya.
"...!" tidak ada siapa pun.
'Tapi, barusan itu apa? Pintu ruangan pun tampak bergeser. Belum ada tanda-tanda sang perawat mengirimi makanan lagi.' Jika perawat di rumah sakit mengirimi makanan pasti diletakkan di atas lemari. Sementara yang Yoshimura lihat, di sana tidak ada makanan sama sekali.
"...."
Yoshimura memilih untuk tetap tenang. Tidak mungkin kan ada hantu di rumah sakit.
'Apa ada orang yang mengunjungiku lalu pergi saat aku tidak ada? Atau jangan-jangan, aku berhasil ditemukan oleh orang-orang dari Tokyo?'
Dia sempat demikian.
'Waduh, kalau sampai ditemukan bisa gawat!!'
'Padahal aku sudah tidak memengang smartphone-ku tapi, yang namanya orang-orang hebat di sana bisa saja menemukanku tanpa GPS!'
Dia juga meraba-raba baju yang dia kenakan di rumah sakit, dan dia mengecek baju sekolahnya yang digantungkan dekat jendela itu, dia curiga kalau di tubuhnya ada semacam alat penyadap.
Tapi, rupanya tidak ada.
'Ah~ mungkin itu hanya kekhawatiranku saja.' Dalam hati Yoshimura berkata sambil menenangkan diri kemudian dia kembali berbaring di tempat tidurnya.
Dia masih sendirian, hanya bisa menatap senja dari balik jendela.
Namun, dia mendengar ... suara dari langkah kaki perlahan mendekati ruangannya.
Dia pikir, itu pasti suster yang hendak mengantarkan makanan!
Walaupun makanan rumah sakit itu rasanya hambar, dia harus tetap makan.
....
Saat itu, pintu bergeser dan terdengar napas seseorang yang terengah-engah.
"...?" Yoshimura yang masih menatap senja dari balik jendela itu pun menjadi curiga, engahan napas itu bukanlah suster. Dia menjadi ragu saat hendak menoleh ke arah pintu ruangan yang telah bergeser.
Namun, tidak ada salahnya memastikan orang yang datang ke ruangannya ini.