"Manu, bisa bicara sebentar." sapa Arina tiba-tiba muncul di hadapan Manu yang sedang duduk di kursi taman bersama teman-temannya.
"Ehh si cantik, nyariin Keano ya?" goda Jake menggoda Arina. Tapi hanya mendapat lirikan sengit dari Arina.
"Bicara soal apa?" tanya Manu mengarah ke Arina.
"Kita bicara ditempat lain aja, gimana?" ujar Arina kemudian diangguki oleh Manu. Mereka menuju ke salah satu tempat yang lumayan sepi.
"Penting kah?" kata Manu membuka suara kemudian pundak kirinya bersandar dinding.
"Soal Nara," jawab Arina.
Arina melipatkan tangannya dibawah dada menatap ke arah Manu dengan tatapan tanpa ekspressi, Arina sama seperti Nara yang tak banyak omong ya judes begitulah. Gadis itu cantik, meski tak sepintar Nara.
"Besok lusa Nara ulang tahun, gue liat-liat lo lagi ngedeketin dia ya siapa tau lo bisa ambil hatinya dia. " ujar Arina.
"Besok lusa? Yang ke berapa?" Tanya Manu.
"Yang ke 16 tahun, lo beneran deketin dia atau cuma mainan?" ucap Arina.
"Gue suka sama dia!" ucap Manu.
"Jangan permainin hatinya dia, putusin semua pacar-pacar lo itu. Nara bukan gadis biasa, dia punya kepribadian yang lo belum tahu." ujar Arina
Manu terdiam, ulang tahun besok lusa itu adalah hari ulang tahun mantan pacarnya waktu SD. Kenapa bisa sama? Pikirnya. Kemudian Manu menatap ke arah Arina, gadis itu nampak ragu menatap dirinya. Mungkin gadis itu takut jika Manu akan menggubraknya karena ucapannya tadi.
"Ok, lo siapin semua yang Nara suka. Gue serahin ke elo. Soal biaya gue transfer kasih lebih." ujar Manu.
"Ha? Gue? Tapi ka--" ucapannya terpotong.
"Gue nggak suka dibantah!" ucap Manu.
"Ah, gue ngerti." lirih Arina, tak bisa membantah kepada Seorang Manu.
"Bagus, gue percaya sama lo." kemudian Manu menepuk pundak Arina dengan pelan. Sejak dulu Arina mengharapkan sentuhan itu, dan sekarang terwujud meski itu hanyalah sebatas.
Manu pergi meninggalkan Arina di sana, ia mulai berfikir akan memberi kado apa pada Nara. Gadis itu sulit ditebak, apa yang gadis itu suka.
****
Nara berada diruang OSIS bersama Gavin dan Adel, mereka tengah bersantai di ruangan itu. Namun Nara sejak tadi hanya melamun bahkan tak mengatakan sepatah katapun. Gavin menatap kearah Nara, gadis itu sudah tidak pucat seperti tadi pagi.
Meski hubungan mereka hanya sebagai mantan, tapi Gavin tetap setia pada Nara. Lelaki itu memang masih menyukai Nara,
"Nara," panggil Gavin, tapi Nara tak merespon gadis itu masih melamun.
"Nara," panggilnya lagi sembari menggoyangkan pundak Nara.
"Ah, kenapa vin?" Nara sadar dari lamunannya.
"Lo ngelamunin apa? Serius banget." tanya Gavin
"Gue, gue nggak papa kok." jawab Nara mencoba baik-baik saja.
"Mau ke kantin nggak? Gue tlaktir," ajak Gavin.
"Gue ikut yak." sahut Adel.
"Ck, ngintil mulu lo." celetuk Arina tiba-tiba datang keruangan OSIS.
"Nara, lo sebaiknya pulang aja. Kayak lo harus bener-bener istirahat total hari ini," ujar Arina, gadis itu sangat perhatian dengan Nara.
"Tapi, gue nggakpapa kok. Sehat ini," jawab Nara.
"Plis, ini demi kesehatan lo." ucap Gavin
"Iya bener." sahut Adel.
"Iya udah, anterin gue pulang ya." ucap Nara kemudian mendapat anggukkan dari Arina. Nara menurut apa kata Arina, Nara juga merasakan badannya terasa sangat lemas.
****
Sesampainya di rumah Nara melihat ada sosok perempuan yang sangat Nara benci, yaitu Lia. Tante lia adalah wanita yang mendekati Vino. Vino sempat tertarik ya karena lama menduda, tapi Nara tak menyetujui hubungan mereka karena terlihat sekali dengan gaya Lia yang begitu molek tapi berlebihan sekali. Tatapannya juga sinis, tak ada baiknya dimata Nara.
"Hai Nara. Apa kabar sayang? " sapa Lia sembari menurunkan kaca matanya.
"Em ... Ngapain tante ke sini?" ucapnya dingin, menatap kearah Lia.
"Ya jenguk kamu, sama calon suami tante." ucap Lia membuat Nara bergidik ngeri.
"Kita nggak sakit, buat apa dijenguk?" respon Nara yang dingin, membuat Lia merasa sengit tapi karena Vino kaya raya Lia pantang menyerah
"Kamu jangan cuek gitu dong dengan tante, suruh masuk tante kek atau apa gitu." ucap Lia lembut membuat telinga Nara menjadi pusing. Eehh.
"Mending tante pulang aja deh, papa juga belum pulang. Dia lembur malam ini." ucap Nara.
"Oke deh, tante akan ke kantor papa kamu. Pasti seneng," ujar Lia dengan penuh percaya diri .
"Aihh, sok banget ni jalang. Lu pikir papa masih kerja di tempat itu haha," umpat batin Nara begitu sengit pada Lia. Percuma saja, Lia tak akan menemukan Vino karena Vino telah pindah perusahaan. Nara merasa lega.
Setelah kepergian Lia, Nara masuk ke dalam rumah rasanya begitu lemas. Kemudian ia menuju ke kamar atas saat ia membuka pintu ada seseorang yang tengah bersantai di ranjang miliknya dengan kaki ditumpuk dan tangan nya terlentang.
"------" teriak Nara, gadis itu terkejut dan seseorang itu tersenyum tengil mengarah padanya.
Next ?