Manu dan Nara berangkat sekolah agak siang, karena harus menunggu papa Vino dan Liana pergi dulu. Dan Nara beralasan memang berangkat siang hari ini padahal ia harus membantu Manu keluar dari rumahnya. Setelah kedua orang tuanya pergi keluar, Nara dan Manu buru-buru berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, sudah pasti mereka telat akhirnya Manu mengajak Nara untuk naik tembok belakang sekolah. Dimana biasanya Manu dan teman-teman menyelamat diri dari penjaga sekolah.
"Aih, harus banget ya kita lewat sini?" protes Nara.
"Udah deh nurut aja. Emang mau dihukum panas-panassan. Ih malu," ujar Manu. Tangan mereka sejak tadi bergandengan, iyalah kata Manu truk aja gantengan masa kita enggak.
"Aku gimana naiknya, kan pake rok." tanya Nara, gadis itu sangat ragu mengikuti kata-kata Manu.
"Naik pundak aku, terus naik ke atas tembok deh. Aku nggak ngintip deh serius." ujar Manu.
"Huh, iya udah cepet." kemudian Mamu membungkukkan badannya, membiarkan Nara menginjak pundaknya lalu Manu perlahan berdiri. Akhirnya Nara bisa, dan Manu menyusul. Mereka sudah masuk ke area sekolah lewat belakang sekolah. Suasana sepi, tak ada murid yang keluar kelas.
"Manu, kaki aku digigit semut." keluh Nara, bahkan muka Nara merah-merah.
"Kok muka kamu merah gini sih," tanya Manu
"Gatel nih betis aku,"
"Manu ih." kesal Nara, karna Manu menatapnya sembari menahan tawa, baru Manu sadari gadis ini benar-benar Nara mantan pacarnya saat SD.
"Eeeh maap, mana mana sini aku bantu " ujat Manu sembari menggaruk betis Nara.
Gadis itu pun menggaruk tangannya karna kena gigittan semut pula. Sampai bentol merah. "Aduhh gatel, mana gak bawa minyak kayu putih." gumam Nara.
"Kita ke UKS aja yuk," ajak Manu.
"Tapi kan kita mau belajar." kata Nara.
"Emang fokus kalau sambil garuk-garuk gini hem, udah yuk ah ke UKS. Apa perlu gue gendong?" ujar Manu kemudian ancang-ancang menggendong Nara.
"Enggak ih, malu tau." elak Nara kemudian gadis itu mengerucutkan bibirnya.
Manu yang melihat semakin gemas, diam-diam ia mencium pipi Nara. "Gemessh gue," sekilas.
"Manu apaan sih, ini di sekolah." ujar Nara.
"Nggak kenal tempat gue tuh, Btw lo makin cantik ajah." goda Manu. Pipi Nara kini memanas serasa ingin terbang dipuji oleh seseorang ini.
"Apaan sih, gomballl aja terus." kesal Nara sembari mempercepat jalannya.
Ssetttt!!! Langkah Nara terhenti ketika ia melihat Gevan tengah duduk did epan UKS, kenapa Gevan di sana? terus siapa yang dia jaga? Apa Gavin? Emm??Pikir Nara.
"Eh, Nara kok lo bawa tas? Baru dateng? " tanya Gevan.
"Baru dateng, btw siapa yang sakit, lo ngapain di sini? " ucap Nara
"Gue di sini aja, males masuk ke kelas pelajaran ngebosenin" jawab Gevan.
"Ayo masuk! " ucap Manu dingin, ketika melihat Gevan tengah berbicara dengan Nara.
Manu menarik lengan Nara, tak kasar namun sedikit memaksa Nara pun mengerti dan mengekori Manu. Cowok itu menyuruh Nara duduk diranjang UKS, kemudian Gevan ikut masuk. "Nara kenapa? Sakit? " tanya Gevan
"Enggak, kok cuma digigit semut." jawb Nara.
"Kok bisa? Abis dari mana?" tanya Gevan lagi.
"Bisa diem nggak? Banyak tanya banget si lo!" ketus Manu pada Gevan, memang benar mereka sedang memperebutkan hati wanita yang sama.
"Gue kan cum--" ucap Gevan terpotong.
"Kalian kenapa berantem? Harus banget yah. Huh. Mending gue ke kelas aja kalau gini." ujar Nara sembari beranjak akan keluar Uks namun ditahan oleh kedua cowok ganteng itu.
"Makanya diem, gatel gatel nih tangan aku." ujar Nara.
Hacciiiimm, haciimmm Nara bersin-bersin, dan suaranya agak bindeng seperti terkena flu. Kemudian Gevan memanggil dokter yang berada disebelah ruangan ini. Manu pun mengobati tangan dan betis Nara.
"Manu maaf, jadi ngerepotin elo." ujar Nara.
"Apaan sih lo, kan lo pacar gue." ucap Manu.
"Pacar? Apaan sih gaje deh lo. Urusin tuh si Deby." bentak Nara.
Deby? Manu baru ingat, bahwa Deby marah padanya karna kesalahan dalam mendesah dan menyebut nama Nara berkali-kali. Padahal ia tengah bercinta dengan Deby, huh. Poteklah hati Deby. Manu mendapat omelan dan amarah dari Deby, tapi karena Deby sangat menggilai Manu. Gadis itu memaafkan kesalahan Manu.
Upss😝.
****
"Dari mana lo nu?" tanya Jake.
"Uks," jawab Manu.
"Gue tadi liat lo disemak-semak belakang sekolah, Lo ngapain sama Nara? Naena yah?" tanya Jake, sohib Manu yang bertanya cukup kurang ajar sangat santai melihat lirikan Manu yang tajam.
"Naena palak lo tongkang, dia digigit semut jadi berhenti di situ." ujar Manu.
"Ohh, gue kira naena. Kan lo ngebet banget ama dia." goda Jake.
"Diem diem," ujar Keano sembari mengode Manu dan Jake, karna bu Irene yang sexy tengah menjelaskan tentang reproduksi kelamin.
***
"Nara tunggu deh, jangan cepet-cepet." ujar Adel sembari berlari kecil menyusul Nara.
"Iya iya, Arina mana? " tanya Nara,
"Lagi, sama Gavin ke perpus." ujar Adel dengan santainya
"Hah sama Gavin.Mereka lagi deket yah?"
"Kayaknya gitu, "
"Oihh gitu. "
Nara memutarkan bola matanya malas, temannya sendiri menyukai mantannya. Ya sih, status Mantan, tapi Nara masih menyayangi Gavin huh. Nara harus berlapang dada untuk sahabat nya, tak mungkin kan Nara harus marah dan membenci Arina hanya karna cowok.