"Dah sampe nih, masuk yuk." ajak Gevan, sifatnya yang tengil tak tahu diri sama seperti Manu.
"Ini rumah gue kali." ketus Nara
"Bentar lagi kan punya kita," goda Gevan
Bughhh, Nara sengaja menyikut perut Gevan sampai cowok itu meringis. Tenaga Nara cukup kuat, "Aw sakit Nara."
"Bodo amat," ucap Nara kemudian masuk ke dalam rumah, tapi gelap tak ada lampu yang menyala. Nara memanggil pembantunya namun tak ada jawaban, saat Nara akan memanggil Gevan cowok itu juga tidak ada. Tak mungkin kan Gevan lansung pulang.
"Gevan, lo dimana?" panggil Nara sedikit keras.
"Bi, bibi kok gelap sih." gumam Nara.
Nara melangkah perlahan, ia terkejut karna menendang sesuatu. "Apaan nih, kok gue jadi merinding." gumamnya.
"Aneh."
Doooorrr...
"Happy birthday Nara Happy birthday Nara, happy birthday happy birthday happy birthday Naraaaaaaaaaaaa..... " paduan suara yang membuat Nara terkejut, bahkan ingin menangis tak menyangka mereka semua memberikan kejutan untuknya.
"Aaa, papa, Oma, Gevan hiksss. Makasih semuanya." ucap Nara
"Selamat ulang tahun sayang, semoga kamu sehat selalu yah. Love you sayang."
Begitulah ucapan ulang tahun untuk Nara, sampai gadis itu benar-benar menangis bahagia. Kejutan kedua kalinya, hati Nara terasa senang sekali.
"Papa ada kejutan lagi buat kamu, pasti kamu bakal seneng banget." ucap Vino sembari memeluk anak gadisnya.
Saat itu juga Liana melangkah menghampiri Nara yang berada didepannya, sedang membalas pelukan papa nya. Vino menyuruh Nara untuk menoleh ke belakang, dan saat Nara membalikkan badannya ia melihat orang yang selama ini ia rindukan, Nara terkejut tak percaya. Apakah ini mimpi? Nara menampar pipinya 2 kali. Ternyata bukan mimpi, Nara langsung memeluk Liana dengan erat.
Gadis itu terisak tangis bahagia, "Mama, ini beneran Mama kan? Bukan bohongan hiksss Ma ..." ujar Nara.
"Iya sayang, ini Mama nak. Mama liana punya Nara istri papa Vino." ucap Liana membalas pelukan anaknya.
"Mama jangan tinggalin ... Nara lagi yah hikss, Nara sayang sama Mama." ujar Nara, Liana pun semakin deras meneteskan air matanya.
"Mama janji, Mama akan selalu ada buat Nara yah. Mama sayang sama Nara pake banget." ujar Liana
Vino mendekat kemudian memeluk Nara dan Liana dengan penuh kasih sayang, mereka telah dipertemukan lagi dipersatukan dalam keluarga. Vino bersyukur bisa mendidik Nara menjadi gadis yang baik, penyayang dan sopan. Membuat Liana bangga pada suaminya yang dulu berandal dan selalu buat ulah.
"Aku mencintai kalian," ujar Vino.
__
"Krukuukk krukuk," bunyi perut yang sedang lapar.
"Suara perut siapa? " tanya Liana setelah menghapus air mata bahagia nya.
Nara meringis, itu adalah suara perutnya yang lapar. Kemudian mereka mengajak Gevan untuk gabung makan siang dan merayakan ulang tahun Nara.
Akhirnyaaaaa.
"Nara, sama Gevan ada hubungan apa?" tanya Oma Nesia yang mulai kepo dengan cucu nya.
"Cuma temen oma," jawab Nara dan menginjak kaki Gevan agar tak mengatakan apapun.
"Terus Gavin mana kok nggak ikut? " tanya Vino, ia tahu bahwa Nara dan Gavin juga sangat dekat.
"Dia pulang duluan tadi Pa." jawab Nara kembali melirik ke arah Gevan yang menatapnya, Nara tahu Gevan gatal ingin mengatakan sesuatu.
"Ooh gitu,"
"Kalau Manu gimana? Nara nggak deket?" tanya Liana yang masih ingat bocil mengajak pacaran anaknya waktu esde akibat nonton drakor.
"Manu? Manu siapa ma?" tanya Nara yang tak mengingat Manu masa kecilnya.
"Loh manu? Manu temen kamu waktu SD anaknya tante Zara." ujar Liana sembari memotong kue ulang tahun.
"Setelah kecelakaan itu Nara punya trauma sayang yang cukup serius, terus dia juga juga nggak inget teman masa kecilnya masa-masa dirumah yang dulu juga dia lupa." jelas Vino mengatakan yang Nara alami, makanya Nara tak ingat dengan Manu mantannya.
"Jadi, gimana sama trauma nya skrg? Harus kita periksa kan lagi mas. Pantes aja Nara keliatan bingung pas aku nanyain Manu." ujar Liana.
"Manu? Apa iya Manu badboy itu?" pikir Gevan "ahhh nggak mungkin, Manu banyak bukan cuma satu. Intinya Nara itu akan jadi milik gue,
" batin Gevan.
"Nara itu gadis yang kuat, nggak kuat kalau kangen sama kamu Liana." ujar Oma Nesia.
"Aku bakal selalu ada buat Nara sekarang dan selamanya. "
Kemudian ada seseorang yang tiba-tiba masuk tanpa permisi, wanita itu berjalan dengan santai menuju ruang makan. Pakaian yang kurang bahan, yang membuat lekuk tubuhnya terlihat.
Mereka semua menatap ke arah Lia yang membuka kaca mata, gaya nya sangat norak sekali. Seperti orang kaya baru pfttt.
"Hay Vino sayang, aku kangen kamu tau." ucap Lia dengan logat manjanya kepada Vino.
"Heh, jadi orang itu sopan dikit main masuk aja kayak gak ada etika ya kamu." bentak Oma.
Nara menatap malas ke arah Lia yang mendekati papanya, gadis itu melirik ke arah mama nya yang terkejut dengan kemunculan wanita itu.
"Tante ngapain ke sini, ganggu aja."
"Saya minta kamu keluar dari sini! Jangan ganggu saya." bentak Vino sembari berdiri dan menghempaskan tangan Lia dan wanita itu menatap nantang ke arah Vino.
"Kamu lupa, aku ini calon istri kamu Vino." ujar Lia
"Maksudnya apa ini mas?" tanya Liana sembari ikut berdiri dan Nara mencoba menenangkan mamanya.
"Udah ma, jangan didengerin manusia ini. " ucap Nara
"Liana, dia ini wanita gila yang selalu ngusik aku
" ucap Vino
"Oh? Terus waktu itu apa ha? Kamu bil--,"
Plak
"Keluar kamu dari sini, jalang kayak kamu nggak pantes masuk rumah anak saya." sebuah tamparan mendarat ke pipi kiri Lia, Oma Nesi sudah geram dengan wanita tak tau diri ini.
"Liat aja, aku bakal hancurin rumah tangga kalian." Ancam Lia kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Dasar wanita gak tau diri."
"Cih." umpat Oma Nesia berada diambang pintu rumah Vino melihat Lia yang bergerutu masuk ke dalam mobil dan pergi.
"Maaf yah Gevan,"
"Nggak papa kok."
"Kita harus bicara mas," ujar Liana butuh penjelasan pada Vino tentang wanita itu.
"Ma jangan sedih, papa nggak punya wanita lain kok. Cinta nya cuma sama mama." ujar Nara
Liana tersenyum ke arah anaknya, mengelus rambut Nara dengan lembut. Kemudian mereka melanjutkan makan malam bersama. Vino pengusaha sukses siapa sih yang tidak ingin memiliki pria tampan dan tajir. Salah satunya Lia yang berani mendekati Vino. Namun, kehadirannya ditolak dengan tegas.
***
Bruukkk..
Nara tak sengaja menabrak seseorang, karena ia berlari takut kena hukum guru. Nara telat 5 menit, Nara mengangkat kepalanya ternyata yang ia tabrak adalah Manu. Nara melihat Manu yang berekspressi dingin, acuh.
"Maaf, nggak sengaja." ujar Nara.
Manu tak merespon kemudian langsung pergi saja meninggalkan Nara. Membuat hati Nara sedikit nyeri, ada apa dengan Manu? Biasanya kan mengusik Nara? Hm.
"Cuek banget, sok cool huh." gerutu Nara.
"Door."Adel datang mengejutkan Nara yang bergerutu melihat punggung Manu yang menjauh.
"Huh." Nara mendengus kesal.
"Apaan sih Nar? Kesambet apa lo? Kurang Naena yah?" tanya Adel yang betapa kurang ajarnya dia.
"Naena sama siapa? Sama kambing?" ketus Nara.
"Ya kali Naena sama Felix stray kids idaman lu itu haha." ujar Adel.
Nara tersenyum mendengar ucapan Adel, meledek dirinya yang sedang bucin dengan Felix "Tau aja lo, aduh hamil gue." ujar Nara
"Gue aja hamil nih anaknya Hyunjin haha, semalem di ajak Naena sampe pagi." halu nya Adel persis kayak author fix no debat.
"Apa kabar sama punya lo yang lecetnya bejibun, kalau gue sama felix baru honeymoon. Jadi ya lo tau sendiri lah."
"Baik baik aja Nar, Btw enak dong malam pertama sama felix diajakin ngerappampe hamil."
"Udah udah, gila tau nggak bahas beginian."
"Yang penting lo itu senyum Nar, daripada cemberut kek tadi."
"Hehe, iya udah masuk yuk, dah telat nih.