Hari ini Nara dan Manu tinggal di apartemen tempat tinggal orang tua Manu saat masih sekolah SMA. Masih bagus dan sangat layak ditempati agar terlalu dekat dengan sekolah mereka. Menurut Nara tidak ada salahnya mereka tinggal berdua asalkan dia bisa mengendalikan Manu agar tidak melakukan hal melebihi batas.
Gadis itu menelusuri ruangan cukup besar, banyak foto kebersamaan jaman orang tua mereka masih remaja.
Nara masuk ke dalam kamar. Gadis itu benar-benar ingin menempati kamar ini. Meski banyak ribuan foto di sana, apalagi poster-poster bintang KPop. Ia menyukainya dan langsung merentangkan tangannya di atas ranjang. "Aku mau di sini tante," kata Nara
"Tapi banyak foto tante dan om di sini, nggak papa atau dilepas aja gimana?" ujar Zara.
"Nggak usah tante, aku suka kok. Lagian kan ini foto kenangan tante. Ranjangnya empuk banget." kata Nara begitu ramah.
Wanita itu mendekati Nara yang tengah sibuk duduk di ranjang sekarang. Matanya menelusuri isi ruangan ini. Saat melihat foto baby kecil yang gemoy, berkaca mata bersama Oma dan Opa di bandara.
Nara gemas melihatnya. Sok kece sekali anak itu. "Tante, ini manu ya? " tanya Nara.
Zara menganggukkan kepalanya sembari tersenyum lebar, sudah pasti Nara gemas dengan Manu kecil. Sejak kecil saja sudah banyak gaya.
"Pffftt, jadi ini Manu juga tante." ujar Nara
"Iya bener, ini manu lagi ngerjain Omanya waktu jalan-jalan." kata Zara.
"Gemessin banget ya tante, tapi pas gedenya Manu tuh tengil di sekolah." ucap Nara.
"Emh, tapi kamu suka kan? Hayo."
"Enggak juga si. Cuma kayak ya meskipun dia begitu tapi baik kok." kata Nara.
"Kamu jangan khawatir kalau tinggal sama Manu. Tante yakin, dia bakal ngejaga kamu dengan baik." ucap Zara. Memberitahu gadis itu agar tidak perlu takut ketika tinggal bersama Manu.
"Dia memang begitu. Kalau kamu mau buat dia berubah, lanjutkan Nara. Tante mau kamu jadi pendamping Manu nantinya." ujar Zara. Wanita itu mengatakan yang sebenarnya. Nara gadis yang tepat untuk merubah Manu menjadi yang lebih baik. Tetapi, cewek itu agak bimbang karena sudah jelas sangat sulit baginya.
"Baiklah tante. Nara akan berusaha memahaminya dan mencoba merubah sikapnya menjadi lebih baik lagi." Nara bertekad. Ini demi kebaikan cowok itu juga agar tidak keseringan mempermainkan perasaan cewek.
Kedua orang tua mereka akhirnya pulang. Nara sudah siap satu atap dengan Manu.
Setelah selesai membereskan pakaiannya di dalam lemari, Nara pun beranjak menuju ke dapur. Perutnya sangat lapar sejak sore tadi belum makan. Saat sampai di dapur ia melihat Manu sedang memasak mie instan. Cowok itu memakai celemek, agar tak mengenai baju kemeja mahalnya. Rambutnya yang agak gondrong, Manu ikat.
"Hei, aku kira tidur." sapa Nara.
"Biasa. Lo mau?"
"Nggak ah, gue masak sendiri aja." balas Nara.
****
Nara bangun lebih awal, setelah merapikan tempat tidurnya ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Butuh waktu 15 menit dalam membersihkan diri. Setelah selesai Nara memakai bathrobe yang cukup pendek. Warna pink muda sangat cocok dengan warna kulitnya.
Ketika Nara membuka pintu. Terlihatlah badan kekar berdiri di depan kamar mandi. Spontan nya berteriak kencang seraya menutupi kedua matanya. Siapa sih yang tidak terkejut, melihat cowok hanya memakai handuk yang dililitkan dipinggul. Bertelanjang dada pula.
"Biasa aja kali, nanti kalau lo jadi bini gue bakal liat semuanya." ucap Manu.
"Gila lo. Pagi-pagi udah ngusik aja huh. Ngapain coba ke kamar gue. " kesal Nara
"Gue mau numpang mandi, sana keluar. Atau mau mandi bareng?" goda Manu, semakin naik darah Nara pagi ini. Kelakuan Manu benar-benar tidak waras, untung saja Nara memakai bathrobe. Kalau tidak, apa jadinya nanti.
Nara buru-buru keluar, ucapan Manu sudah pasti tidak main-main.
"Hari pertama pagi-pagi dia udah ganggu gue, kurang kerjaan banget sih." gerutu Nara sembari mengeringkan rambutnya.
"Tapi ABS-nya mantep," gumamnya sembari menggigit bibir bawahnya.
Lama menunggu keluar dari kamarnya, Nara pun keluar mengganti bajunya di kamar tamu saja. Jika tidak, ia akan terlambat masuk sekolah.
Ah, mereka berangkat satu mobil. Karena motor mereka tidak boleh dipakai lagi. Untuk apa ada mobil kalau tidak dipakai, mubazir bukan? Lagi-lagi Nara kesal. Kenapa harus berangkat dengan Manu manusia tengil sejagad. Yang seenaknya sendiri, huh.
Sebelum berangkat sekolah gadis itu menyiapkan sarapan roti pagi ini. Tidak masalah jika dirinya belum pintar memasak. Suatu saat Nara pintar, roti panggang buatannya tak kalah enak. Sembari meminum susu kesukaannya, Nara menatap ke arah Manu yang tengah keluar dengan gaya sok coolnya.
Nara memutarkan bola matanya malas, tidak heran dengan Manu yang selalu tebar pesona.
"Kenapa liat-liat, terpesona ama gue sudah pasti ya kan?" tengilnya seraya mainkan lidah menggoda Nara.
"Apaan sih. Buruan sarapan pagi. Ada susu juga tuh." ucap Nara.
"Iya, em kayaknya gue lebih suka susu yang itu deh." ujar Manu sembari melirik ke arah buah dada milik Nara.
"Dih. Jaga mulut lo!" kesal Nara dengan reflek tangannya menjitak jidat Manu.
"Aw, sakit goblok." umpat Manu seraya mengelus-ngelus jidatnya.
"Lagian mata lo jelalatan!" ujar Nara.
"Yaelah liat doang nggak sampe mainin." ucapnya lagi, sungguh Nara sangat kesal dengan Manu.
"Bodo amat." ketus Nara kemudian beranjak sembari membawa ranselnya.
"Nyaman juga pake mobil mewah begini." gumam Nara seraya melihat-lihat mobil baru milik Manu yang diberikan oleh Bara.
Beberapa menit kemudian Manu datang dan masuk ke dalam mobil. Alangkah wangi sekali, sepertinya Manu memakai minyak wangi sebotol."Buset, sebotol kali ni orang pake parfum." sindir Nara.
"Daripada lo, bau minyak nyong-nyong." balas Manu.
"Sekali aja kagak bikin gue naik darah bisa nggak? Kayaknya mulut pedas lo melebihi gue!" umpat Nara menatap cowok itu dengan sinis.
"Ya makanya terima perjodohan ini. Biar gue semakin baik sama lo." kata Manu diiringi kedipan mata ke arah Nara.
"Gue kudu mikir 1000 kali." cetusnya.