Berada di minimarket terdekat banyak sekali ibu-ibu belanja. Manu memiliki mental yang berani, mengambil keranjang belanjaan lalu mencari pembalut. Dia juga tidak paham karena banyak macam warna, ia mengambil semua warna beberapa macam. Sekalian stok untuk Nara agar tidak menyusahkan nya lagi.
"Beli buat siapa dek? Kok banyak banget." tanya Ibu-ibu juga membeli pembalut.
"Buat sepupu saya bu." jawab Manu.
"Oh iya iya. Sekalian kiranti juga ya, kali aja kamu lupa." ucap ibu tersebut.
"Iya bu."
Setelah keranjang penuh dengan pembalut, ia juga membeli kiranti, cukup banyak. Membaca penggunaannya ia langsung mengerti, "Ck, Mama aja kagak pernah nyuruh gue beli beginian. Lo cuma temen aja berani, asuw." gumam Manu. Kasirnya perempuan sepasang mata menyempatkan melirik ke arah Manu.
Wajah tampan serta rambut sedikit panjang membuat gadis itu terpesona.
"Begini amat jadi orang ganteng," gumamnya.
"Totalnya 500 ribu." ucap kasirnya.
"Oke." Manu mengeluarkan uang tunai, lalu membayarnya. Setelah itu pulang.
"Huft Nara, kalau lo nggak mau jadi bini gue kebangetan sumpah!"
****
"Ini. Sudah ya, gue mau makan terus berangkat sekolah. Lo naik motor aja oke?" ujar Manu.
"Iya dah serah lo." balas Nara. Dengan lesu ia membuka plastik besar berisi pembalut dan satunya 1 kardus kiranti. Dibelikan stok banyak untuknya Nara agak kurang ajar kalau tidak mengatakan terima kasih.
"Banyak banget. Kayak orang mau jualan aja," ujar nya.
****
Ketika Manu sedang berjalan, ia melihat Nara sedang duduk ditaman sekolah. Gadis itu tengah membaca buku, untuk persiapan ulangan harian. Manu menghampiri gadis itu dan duduk disampingnya. Nara begitu sibuk membaca, tak menyadari bahwa ada seorang Manu yang tengil disampingnya.
"Lo nggak sadar kalau ada gue di sini?" ucap Manu, kemudian Nara menoleh ke arahnya. Tak ada ekpresi di wajah Nara.
"Masa cuma noleh doang? Lo ngebet kah?" ujar Manu. Ia berbicara begitu ambigu untuk menggoda Nara.
"His, lo apa-apaan sih? Gue sibuk buat persiapan ulangan harian Manu." jawab Nara dengan kengegassanya.
"B aja sih jawabnya, nggak usah ngegas." cetus Manu.
"Kalau gue jawab B aja, emang lo nggak marah." kata Nara.
"Ya nggak B juga sih Ra ..." ujar Manu.
"Dahlah gue mau fokus belajar dulu, lo juga baca buku. Bukannya lo juga ulangan harian? Napa nggak belajar?" tanya Nara.
"Gue kan pinter, males belajar. Jurus ingatan gue berkembang cepat. Apalagi liat senyum lo yang manis itu. Auto tegang ucil gue ... Ehh maksudnya semangat gue." kelakar Manu, ia menahan tawanya. Namun Nara tertawa kecil disana, gadis itu nampak nyaman sekali dengan keberadaan Manu. Setidaknya ia bisa lebih banyak tersenyum dengan mendengar lelucon Manu yang bobrok.
"Dasar otak mesum, makanya jangan terlalu banyak nonton film xxxxx itu. Mending baca buku atau novel yang berfaedah." ujar Nara.
"Gue ngga perlu nonton begituan, enakan juga begituan sama lo. Ya ekhem-ekhem gitu ..." ucap Manu, mendapat cubitan dari Nara. Gadis itu tak berhenti tersenyum, kesal juga dengan otak Manu yang mesumnya tiada tara.
"Nggak fokus belajar nih, gara-gara lo." cetus Nara,
"Kok gue sih, kalau gitu lo fokus baca buku. Gue mau main game." tengilnya, bukannya ikut belajar malah main game. Itu membuat Nara kesal pada Manu. Tiba-tiba gadis itu meraih ponsel cowok itu langsung ia masukkan kedalam saku seragamnnya.
"Lah kok diambil, belum juga main. Atau lo mau ngajak gue main? " goda Manu.
"Nggak, baca buku tuh. Jangan main game, kalau lo berani ngambil Hp disaku gue. Gue tampol pake buku ini, lumayan bikin bibir lo tebel." ujar Nara begitu ketus kedengarannya, Mana mungkin cowok itu berani mengambil ponselnya.
"Iya iya, ughh cewek gue garang banget. Kalau kayak gini, ngga berani gue selingkuh." ujarnya, kemudian mengambil salah satu buku yang ada disampingnya. Manu pun membaca buku itu.
Nara yang mendengarnya merasa aneh, "cewek gue?" Kapan-kapan mereka jadian. Nara tersenyum tipis, hatinya merasa adem jika bersama Manu. Apa ini dinamakan kenyamanan saat bersama seseorang.
Ah tidak, Manu sudah memiliki kekasih yaitu Deby. Namun, Deby adalah gadis idaman Manu yang cantik, sexy dan montok pastinya. Sedangkan Nara, hanyalah gadis judes yang tidak sebanding dengan Deby.
****
Hanya karena satu cowok yang tidak tahu diri, membuat persahabatan mereka hancur begitu saja. Nara kembali fokus memasukkan pena dan papan ulangannya. Nampaknya Arina tahu kalau Nara tadi menatap ke arahnya.
"Adel, hari ini lo bisa ke apartemen gue nggak. Kayaknya Manu bakal latihan basket deh. Gue takut sendirian di sana." ucap Nara sembari memberikan tatapan melasnya kepada Adel.
"Lo serius takut? Njir, baru kali ini gue denger lo takut begini Nar." ujar Adel.
"Ih apaan sih, iya semenjak ada yang neror gue selalu takut." jawab Nara.
"Oke deh, langsung ke sana aja ya. Gue juga bawa baju kok di mobil." ucap Adel.
"Nggak heran gue ama lu. Kayak jualan baju di mobil. Makasih del. " ujar Nara.
"Sebenernya, gue peng--." ucap Nara
Ketika Nara akan berbicara, Arina muncul dihadapan mereka. Nara pun terkejut, kemudian tersenyum manis ke arah sahabatnya. Arina sontak memeluk tubuh Nara yang masih duduk di bangku. Tentu, ini sangat meluluhkan hati dan jiwa Nara. Karena pada dasarnya, Sahabat lebih dari apapun. Apalagi persahabatan mereka sudah bertahun-tahun lamanya.
"Nara, maafin gue. Gue jahat banget sama lo. Lo mau kan maafin gue. Cuma lo dan Adel yang ngertiin gue. Maafin gue."ujarnya tulus, ia benar-benar menyesali perbuatannya yang seenaknya sendiri. Mementingkan cowok dari pada sahabatnya.
"Gue maafin kok, gue juga minta maaf sama lo. Gue juga egois dan keras kepala. Gue harap persahabatan kita jangan sampai terpecah belah. Gue nggak mau itu terjadi Rin." balas Nara kemudian mereka melerai pelukannya. Adel yang melihatnya tersenyum bahagia. Keegoisan mereka sudah hancur, kini mereka sudah kembali seperti dulu. Saling mengerti, mengisi satu sama lain dan pastinya saling menyayangi.
"Nah gitu dong, gue seneng liatnya. Ayo kita rayain dikamar Nara. Tlaktiiiirrr dulu tapi." ujar Adel dengan gembiranya. Ia ingin sekali mendapat tlaktiran. Pemalakannya yang sudah biasa ia lakukan.
"Haha, Adel otaknya nggak bego lagi. Tapi bobroknya kenapa masih ada ya." ujar Arina, gadis itu sembari tersenyum bahagia tanpa ada kebohongan disana.
"Hemm, gue tadi tabrakan sama Jake. Jujur aja hati gue langsung jedug-jedug gitu." ujar Adel.
"Itu jantung yang jedug-jedug del. Ya kali hati bisa gitu. Kalau merasakan cinta nah itu baru bener. Auk ah, Adel nggak berubah tetep aja bego. Huft! " ujar Nara, kemudian mereka tertawa bersama. Lelucon yang diberikan oleh Adel memang membuat mereka tertawa dan terkadang sampai kesal.
Tingkah Adel memang seperti itu. Bukan pelawak tapi kang ngelawak. Bukan biawak ya.