Bughh
Bughh masih belum puas dengan pukulan, Manu berhasil menendang perut Gevan. Ketika Gavin dan Keano datang berlarian mendapat laporan dari siswa lain. Mereka berusaha memisahkan Manu, tapi Keano sempat mendapat tonjokkan.
"Ssh aw." desisnya, saat itu Manu kembali dihajar oleh Gevan. Gavin benar-benar kuwalahan memisahkan keduanya.
"Manu, Gevan STOP!!!"
"STOPP!!!!!!!!" pekik Nara yang datang, karna ia juga mendapat laporan dari murid lainnya. Ketika gadis yang mereka sukai datang, Gevan melerai cengkramannya yang saat ini berada diatas dada Manu.
"Kalian apa-apaan sih hah. Kayak anak kecil tau nggak? nggak malu diliatin banyak orang begini? " bentaknya.
"Bubar semuanya!!!" pekik Nara, semuanya pun kembali ke kelas masing-masing.
"Apa sih yang bikin kalian berantem kayak gini? Harus banget ya pake otot, pake pukulan? Kapan kalian bisa akur hm? Kecewa aku sama kalian." ujarnya.
"Kalian berdua kenapa diam?" tanya Nara, mereka berdua benar-benar diam, tidak mengatakan satu kata pun.
"Pergi ke UKS urus luka kalian sendiri. Sekali lagi berantem kayak gini. Aku nggak maafin kalian berdua!" ancamnya, kemudian meninggalkan tempat itu. Bukan kali pertama mereka berdua berkelahi, melainkan sudah sangat sering sekali.
Untung saja tidak ada guru yang melihat, jika ada mereka akan mendapat skor lagi dari Guru BK. Setelah Nara pergi dengan rasa kesalnya pada kedua lelaki yang ia kenal begitu dekat. Manu diam-diam mengikuti kemana Nara pergi. Sedangkan Gevan yang lukanya lebih parah, langsung menuju Uks bersama Gavin kembarannya.
Ketika Nara sampai di toilet, dia merasa ada yang mengikutinya. Dengan rasa was-was gadis itu masuk kemudian menutup pintu. Tanpa dia sadari, cowok itu bisa masuk karna triknya sungguh keren. Apaan dah.
Ketika Nara sedang diwastafel, ia terkejut melihat Manu berada dibalik pintu toilet. Dengan rasa masih kesal, gadis itu memarahi Manu dengan umpatannya. Rasa kasihan juga melihat pipi lebam dan sudut bibir yang berdarah.
"Ngapain lu di sini? Nggak puas sama ancaman gue tadi. Heran ya gue sama lo, kenapa sih harus berantem. Nggak bisa nyelesainnya dengan baik-baik." ujarnya seraya mengambil sapu tangan yang ada di saku seragamnya.
"Gue nggak suka aja sama dia, namanya juga cowok dia mukul tanganku ikut mukul lah. Kalau diem aja yang ada lo bonyok!" jawabnya, sembari mengikis jarak antara dirinya dan Nara.
"Tetep aja lo bonyok, mending nggak usah ditanggepin."
"Nggak bisa lah. Tetep aja gelud."
Manu benar-benar mengikis jarak antara mereka sampai Nara mentok sampai wastafel. Gadis itu menatap, tangan mengusap bibir Manu yang berdarah. "Sakit kan, makanya jangan gelut-gelut lah." cetusnya, ingin marah tapi melihat keadaan seseorang yang ada dihatinya saat ini. Nara merasa simpati dan tidak tega jika Manu terluka.
"Kenapa makin lama, makin maju ih." protesnya, seraya menatap bingung kearah Manu. Jarak mereka sekarang sudah sangat dekat, dan tiba-tiba tangan Manu memeluk pinggulnya. Keduanya pun semakin menempel.
Karena sudah menyukai Manu, dan mereka sudah pernah melakukan itu. Nara pun hanya dan tetap mengusap bagian sudut bibir Manu. Gadis itu semakin tidak fokus, karna mata Manu yang menatapnya begitu sensual.
"Apa sih natap begitu, sudahlah keluar sana. Nanti ada yang liat loh." usirnya, namun Manu tetap menatap ditambah senyum coolnya yang tengil.
"Kalau gue pengen berdua sama kamu disini, nggak ada yang ganggu kita di sini." jawabnya.
Sontak saja Nara terkejut, sudah pasti Manu menginginkan lebih dari ini. Benar, Manu mulai menempelkan bibirnya. Memagut bibir ranum yang selalu membuatnya goyah, apalagi begitu agresif kepada Nara. Lelaki itu menahan tengku Nara, pagutannya semakin dalam ketika Nara membuka mulutnya.
Akhirnya mereka saling berpagutan lembut, tangan Manu membuka kancing baju seragam Nara. Kemudian menyelusupkan ke gunung kembar yang indah. "Emhhh." desisnya kemudian tangannya merangkul leher Manu.
Ciuman mereka semakin panas, karna tak kuat menahan lagi. Manu mengangkat satu kaki Nara dan melepaskan dalaman gadis itu lebih dulu. Nara yang sudah terbawa keagressiffan Manu. Hanya bisa menikmatinya, gadis itu mendesah tidak karuan. Setelah berhasil, Manu membuka celana nya setengah. Keluarlah jagoan neon yang berwarna pink kecoklatan. Manu kembali mengangkat kaki satu Nara, setelah itu ia bisa memasukkan miliknya kedalam milik Nara yang sudah basah.🌚
"Aahh, aw emmhh." desisnya masih terasa sakit, apalagi posisinya seperti ini.
Nara mencengkram lengan Manu, agar gadis itu tidak merasakan sakit. Manu memberikan ciumannya keleher sampai dada yang sudah terbuka tanpa bra. Gadis itu merasakan kenikmatannya, desahannya membuat semangat Manu untuk menyerangnya lebih dalam.
"Aahhhhhh."
"Sshhhhh emm."
Setelah beberapa menit melakukannya dengan berdiri. Manu mengubah posisi Nara dengan menyuruh gadis itu menungging, adoh anjay. Nara membalikkan badannya, kemudian tangannya memegang wastafel itu. Dan kembali mendapat serangan dari Manu.
"Aaah, " Nara lebih dulu mencapai orgasme, setelah 10 menit ekhem-ekhem. Disusul dengan Manu yang semakin cepat mememememenganunya. Dan akhirnya,
"Aahhhh, emmh.. Nara kamu emm. Aku menyukaimu..." ucapnya semakin uwuw.
Dari awal Manu mengenal Nara dan belum mengetahui bahwa gadis itu adalah sahabat kecilnya. Manu juga sudah naksir.🌚
"Heh ngapain lo diam aja? Natap gue begitu. Lu pasti bayangin yang enggak-enggak kan? Anjing lo!" umpat Nara sembari menatap sinis ke arah Manu. Ternyata barusan hanyalah angan-angan Manu, alias Halusinasi haha.
"Aish ... Bahaya ya lama-lama berduaan sama lo?!" Nara langsung pergi meninggalkan Manu sendiri.
"Argghh sialan, kenapa dia bisa tau ya?" tanpa rasa bersalah Manu mengatakan nya, memang bener Halusinasi melakukan pernganuan dengan Nara.
****
"Dari mana lo nar, lama banget gue tungguin." tanya Adel.
Nara terlihat berkeringat dan bibirnya tidak berhenti tersenyum. Sampai kedua sahabatnya bingung, saat Adel bertanya saja Nara tidak menjawab. Ia fokus kepada sapu tangannya.
"Woy, congekk!!!" senggol Adel, sampai Nara menghantam kedinding.
"Et apa sih del." protes Nara.
"Dih, jadi lo nggak denger pertanyaan gue tadi?" ujar Adel
"Kayaknya lagi bahagia dia del." sahut Arina yang berada dibelakang merek berdua.
"Tau nih, keliatan dari mata, bibir idung bersinar semua anjay." ucap Adel.
"Sok tau lu pada. Karna gue lagiii emmhhh." saat Nara mendongak, Adel dan Arina dikejutkan dengan sesuatu yang mengganjal. Alias langsung traveling otaknya.
Adel dan Arina saling menatap kemudian tertawa ngakak. Mereka satu pemikiran dong, meski murid paling pinter dan cerdas ehhh otak Adel paling jenius tentang hal ini.
"Jangan-jangan luuuu hayooo."
"Pasti abis naena ya kan? Parah lu nar, gue kira lu cewek non agresiff." sahut Arina.
"Anjay lu mikir apaan woy, nggak ada gue kayak gitu. "elaknya, tapi rautnya sangat tidak bisa dipercaya oleh mereka.
"Aish, gue tadi ketemu sama guru killer, sumpah ganteng parah njir!" ungkap Nara. Tentu saja guru itu sangat membuatnya semangat sekolah.