"Nah gitu dong, gue seneng liatnya. Ayo kita rayain dikamar Nara. Tlaktiiiirrr dulu tapi." ujar Adel dengan gembiranya. Ia ingin sekali mendapat tlaktiran. Pemalakannya yang sudah biasa ia lakukan.
"Haha, Adel otaknya nggak bego lagi. Tapi bobroknya kenapa masih ada ya." ujar Arina, gadis itu sembari tersenyum bahagia tanpa ada kebohongan di sana.
"Hemm, gue tadi tabrakan sama Jake. Jujur aja hati gue langsung jedug-jedug gitu." ujar Adel.
"Itu jantung yang jedug-jedug del. Ya kali hati bisa gitu. Kalau merasakan cinta nah itu baru bener. Auk ah, Adel nggak berubah tetep aja bego. Huft! " ujar Nara, kemudian mereka tertawa bersama. Lelucon yang diberikan oleh Adel memang membuat mereka tertawa dan terkadang sampai kesal.
Tingkah Adel memang seperti itu. Bukan pelawak tapi kang ngelawak.
****
Mereka tengah menonton film korea yang berjudul Alive alias film zombie yang menegangkan. Dibintangi oleh Park shin hye dan cowoknya saya lupa. Mereka benar-benar terbawa suasana. Ketika melihat wajah Zombie yang mengerikan. Adel mengejutkan Nara.
"Darrrr ... Haaaaeeerrrhaaaerrr ..." kelakar Adel, malah menatap jitakan dari Nara.
"Adel, stop deh. Lagi tegang juga." ujar Arina.
"Apaan yang tegang, mana? Gue pen liat." ujar Adel, ia seolah-olah mencari-cari sesuatu yang tegang di film itu.
"Anjir, gaje lu yak. Lagi seru nih ah. Masih sempet-sempetnya berpikiran mesum." ceteluk Nara.
Adel pun tertawa berbahak-bahak, melihat mereka yang kesal karna telah berhasil membuyarkan ketegangan mereka menonton film itu. Nggak ada akhlak si Adel mah.
****
Manu menikmati masakan Nara, jujur saja rasanya masih belum seenak diresep itu. Manu pun menghargainya dan melahap sampai habis. Jangan sampai ia membuat Nara tesinggung. Nara tidak sehebat mamanya tetapi setidaknya dia bisa masak walau dibantu oleh asisten rumah tangga.
Setelah selesai Manu menuju ruang santai, begitu juga Nara sembari membawa buku untuk belajar lagi. "Manu, lo nggak belajar?" tanya Nara.
"Capek banget gue, Nar." alasan Manu, tapi wajahnya memang terlihat begitu lelah.
Nara pun duduk sembari mengeluarkan ponsel Manu yang ia sita tadi pagi. "Ini hp lo, maaf gue cuma pengen lo fokus belajar. Karena udah mendekati ujian kenaikan kelas." ujar Nara.
"Iya gue tau kok, tapi gue harus belajar sama lo biar fokus dan makin fokus." ujar Manu.
"Kalau lo sekarang capek, istirahat aja. Besok pagi baru belajar." ujar Nara, kemudian gadis itu mulai belajar menghafal rumus matematika.
"Iya ... gue di sini aja nemenin lo, btw mau chatan ama Deby dulu." kata Manu.
"Ya serah lo. Asal jangan lupa belajar aja, kasian Deby ntar malu punya pacar bego kayak lo?!" celetuk Nara.
"Bangsat lo, orang ganteng kayak gue mana bisa dia malu." balasnya. tanpa peduli Nara mau muntah atau bergidik ngeri dengan ucapannya barusan.
"Percuma GANTENG DOANG, TAPI NGGAK PINTER!" pekiknya sembari beranjak pergi menuju ke anak tangga.
Manu melemparkan bantal kecil dari sofa ke arah Nara, "Amit-amit punya calon bini kayak lo! Nggak ngehargain kegantengan gue." pekik Manu,
Gadis itu tak memperdulikan Manu, ia segera menaiki anak tangga menuju kamar. "Siapa juga yang mau jadi bini lo, haha." celetuk Nara membuat Manu agak marah dan mengejarnya ke atas. "Setan, dia ngejar gue."
"Sialan lo. Sini nggak, gue cium mampus lo!" Manu berlari menuju ke atas menyusul Nara ke kamar sehingga gadis itu geli sendiri. Mengusik Manu sama saja membuatnya memberikan nyawanya ke cowok itu.