Tidak seperti motor pada umumnya, tempat duduk motor milik Huo Hannian ini sangat sempit, sehingga jarak antara Wen Ruan dan Huo Hannian sangat dekat.
Ini adalah pertama kalinya Wen Ruan berada dalam jarak yang sangat dekat dengan seorang pria.
Saat menghela napas, samar-samar Wen Ruan bisa mencium bau mint yang samar di tubuh Huo Hannian.
Kemudian Huo Hannian melemparkan helm hitamnya ke dalam pelukan Wen Ruan.
"Pakai." Suara Huo Hannian terdengar sangat dingin, "Jangan terlalu dekat denganku."
Wen Ruan menjawab 'oh' dengan santai. Kemudian ia memakai helm tersebut dan meraih kedua sisi motor dengan kedua tangannya.
Aroma tubuh Huo Hannian ada di dalam helm ini. Terasa bersih, segar dan ada sedikit bau tembakau. Helm ini bukannya bau tidak enak, tapi ini adalah aroma khas yang dimiliki Huo Hannian.
Tanpa sadar, daun telinga Wen Ruan mulai memerah. Tidak lama kemudian suara dengungan mesin motor mulai terdengar, dan dengan cepat motor ini mulai melaju keluar dari gang sempit.
Wen Ruan memandang pemuda yang membungkukkan tubuhnya yang tinggi ini untuk mengendarai motor, dengan garis leher belakang yang panjang dan halus serta bahu yang lebar, entah kenapa dalam hati Wen Ruan merasa begitu senang.
Apakah Huo Hannian mau memboncengku ke sekolah ini hanya untuk meredakan ketegangan terjadi di antara kita berdua?
Namun, di dalam hati Wen Ruan merasa ada sesuatu yang salah. Bagaimana pun juga Huo Hannian bukanlah orang yang mudah untuk kembali berdamai dengan Wen Ruan.
Ketika Wen Ruan merasa ragu, motor yang dikemudikan Huo Hannian itu masih terus melaju keluar dari jalur gang menuju jalan. Dan pada saat itu, kecepatan motor mulai dipercepat.
Dengan reflek, Wen Ruan mencondongkan tubuh ke depan dan memukul punggung Huo Hannian yang kurus dan dingin. Kemudian Wen Ruan pun langsung memberi peringatan kepada Huo Hannian dengan suaranya yang dingin, "Jangan menyentuhku!"
"Aku tidak bermaksud begitu. Kamu tiba-tiba mempercepat laju..."
Sebelum Wen Ruan selesai bicara, motor itu tiba-tiba berbelok masuk ke gang lain. Tidak jauh dari sana ada tangga setinggi lebih dari dua meter. Ketika Wen Ruan melihat bahwa Huo Hannian tidak berniat untuk memperlambat laju motornya, ia pun berteriak ketakutan, "Itu tangga. Kenapa kamu menuju ke sana... Ah!"
Dengan kecepatan yang tinggi, seketika motor pun langsung melayang ke udara dan terbang menuju bagian bawah tangga.
Hati, suara dan mata Wen Ruan terasa melonjak ke atas, bahkan wajah kecilnya tertekan helm. Karena merasa sangat ketakutan, seketika wajah Wen Ruan langsung tampak sangat pucat.
Ketika motor berhenti, tubuh Wen Ruan bergoyang dengan keras. Ia mengabaikan peringatan Huo Hannian yang tidak boleh sembarangan menyentuh Huo Hannian. Ia langsung memeluk pinggang ramping Huo Hannian dengan erat.
Meski tubuh Wen Ruan tidak terlempar, tapi saat motor mendarat di bawah, ia merasa tubuhnya tertekan dan kedua kakinya terasa lemas.
Dasar orang gila, apa yang dilakukan si brengsek ini! Batin Wen Ruan kesal.
Wen Ruan mengira bahwa Huo Hannian mau mengantarnya ke sekolah dengan sepenuh hati. Namun ternyata Huo Hannian sepertinya sudah merencanakan kejadian ini untuknya.
Huo Hannian menunduk untuk melihat tangan Wen Ruan yang putih dan lembut sedang memeluk pinggangnya dengan erat. Ia pun langsung berkata dengan sikapnya yang dingin, "Lepaskan!"
"Aku tidak akan melepaskannya, matipun tidak akan!" Ucap Wen Ruan sambil menangis.
Setelah mendengar Wen Ruan berkata seperti itu, Huo Hannian tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Wen Ruan menyadari kegilaan yang dilakukan oleh Huo Hannian.
Ketika motor melaju melewati jembatan, saat itu ada banyak mobil yang melaju di pagi hari. Namun Huo Hannian malah mengemudikan motornya dengan bebas di tengah padatnya lalu lintas. Dengan lincah ia mengemudikan motornya berbelok-belok seperti seekor naga.
Beberapa kali, Wen Ruan mengira bahwa Huo Hannian akan menabrak mobil yang ada di sampingnya, tetapi ternyata hanya berjarak sangat dekat dan tidak sampai menyerempet.
Huo Hannian mengemudikan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Layaknya angin yang berhembus kencang, bahkan Wen Ruan sampai merasa seolah ia berada dalam jarak yang sangat dekat antara hidup dan mati.
Sensasi dan kecepatan yang ekstrem membuat Wen Ruan merasa seperti sedang naik roller coaster. Tubuh Wen Ruan membeku dan merasa bahwa anggota tubuhnya bukan miliknya. Hanya ada satu kalimat di benaknya, Huo Hannian, persetan kamu!
Beberapa saat kemudian, akhirnya motor yang dikemudikan Huo Hannian itu pun berhenti dalam jarak 50 meter dari sekolah. Wen Ruan turun dari motor dengan kaki yang lemas karena masih merasa ketakutan.
Kemudian Wen Ruan melepas helmnya dan memukulkan helm tersebut pada tubuh Huo Hannian dengan keras. Kakinya terasa gemetar, kemudian ia berlari ke pohon besar dan muntah kering.
Wen Ruan belum makan apapun di pagi hari, jadi yang ia memuntahkan air yang terasa asam.
Wajah Wen Ruan tampak begitu pucat, bulu matanya yang tebal, hitam dan panjang itu menggantung rendah dan bergetar lembut seperti sayap kupu-kupu yang bergerak.
...