Chereads / Kesempatan Hidup Kedua Peri Keras Kepala / Chapter 21 - Menaiki Motornya

Chapter 21 - Menaiki Motornya

Nyonya Besar Wen merasa sangat senang dan bersyukur dengan perubahan yang terjadi pada Wen Ruan.

Setelah Wen Ruan naik mobil untuk pergi ke sekolah, Nyonya Besar Wen pergi untuk membakar dupa di depan papan roh meja sembahyang leluhur untuk suaminya.

Nyonya Besar Wen berdoa supaya, si gadis kecilnya yang manja itu akan terus bersikap baik seperti ini!

...

Wen Ruan tidak sarapan di rumah. Ia meminta Paman Zhong untuk mengantarnya sampai di depan gang yang sempit, "Paman Zhong, antar aku sampai di sini saja. Aku akan sarapan di He Ji, setelah itu aku pergi ke sekolah bersama dengan teman-teman sekelasku."

Ada sebuah kedai yang sarapan di gang yang sudah berdiri selama lebih dari 20 tahun. Sebelumnya Wen Ruan pernah makan di sini bersama teman-teman sekelasnya, sehingga Paman Zhong juga tidak banyak berpikir dan sama sekali tidak curiga dengan Wen Ruan. Setelah memberi tahu Wen Ruan untuk berhati-hati di jalan, Paman Zhong langsung mengemudikan mobilnya dan pergi dari sana.

Sambil menggendong tas sekolahnya di punggung, Wen Ruan berjalan di jalur batu menuju ke kedai sarapan He Ji. Ketika Wen Ruan sudah sampai di pintu kedai, ia melihat ada sebuah motor yang diparkir tidak jauh darinya.

"Bos, roti kukus kecil dan sekotak susu."

Saat Wen Ruan masuk ke dalam kedai, ada banyak orang yang tatapan mata tertuju padanya.

Namun hanya ada satu pemuda yang duduk di sudut sedang sarapannya dengan ekspresi wajahnya yang tampak sangat dingin, ia hanya fokus memakan sarapannya.

Jelas-jelas keadaan di sekitarnya begitu bising, namun pemuda itu seperti ada di dalam dunianya sendiri dengan aura yang asing dan dingin. Ia seolah tidak berada bisa berbaur dengan situasi yang ada di tempat ini.

Setelah Wen Ruan membeli sarapan, perlahan ia pun berjalan keluar dari kedai. Namun pemuda itu bahkan tidak melirik Wen Ruan sedikit pun.

Ini hal yang sangat aneh. Padahal hari ini Wen Ruan terlihat sangat cantik, apa mungkin dia adalah seorang peri?

Kenapa pemuda itu malah sama sekali tidak melihat Wen Ruan, bahkan dia menganggap Wen Ruan seolah tidak ada di sini?

...

Tapi Wen Ruan tidak pergi, ia sedang berdiri di depan motor hitam itu. Tidak lama kemudian, pemuda yang selesai makan sarapannya itu pun keluar dari kedai.

Pemuda itu memakai seragam Issa Noble College dengan jas berwarna biru, kemeja putih dan celana panjang hitam.

Saat ini, pemuda itu mengenakan seragam sekolah, tetapi dasinya tidak diikat dengan baik. Dua kancing bajunya yang paling atas juga tidak dikancingkan, jas birunya terbuka lebar, dan salah satu sudut kemejanya dimasukkan ke dalam celana hitamnya. Tubuhnya tampak ramping dan tinggi. Ia memasukkan satu tangan ke dalam saku celananya. 

Pemuda itu layaknya tokoh yang ada dalam buku komik, namun pemuda itu terlihat malas dan tidak mudah untuk dikendalikan. Ia memasukkan earphone ke telinganya, kemudian sedikit menundukkan kepalanya, dan rambutnya yang bagian depan menghalangi matanya yang sipit itu.

Ketika pemuda itu sampai di depan motor, ia mengangkat kelopak matanya dengan malas. Ia melihat gadis yang berdiri di dekat motornya sambil menatapnya dengan senyum manis, kemudian ia pun mengangkat ujung alisnya dan bertanya, "Ada apa?"

Wen Ruan yang sedang memakan sarapannya berusaha untuk tidak takut dengan penampilan pemuda yang suram dan acuh tak acuh ini, "Aku datang ke He Ji untuk membeli sarapan, kebetulan sekali, aku malah bertemu denganmu!"

Bibir tipis Huo Hannian tertutup rapat, ekspresinya terlihat sangat dingin. Ia mengabaikan Wen Ruan, dan langsung menyilangkan kakinya yang panjang untuk menaiki motornya.

Kemudian Wen Ruan mengulurkan tangannya yang kecil dan halus itu untuk memegang kaca spion motor, "Baru saja sopirku menelepon dan mengatakan ada masalah dengan mobilnya. Dia bilang tidak bisa datang ke sini, dan sebentar lagi sudah waktunya masuk sekolah, aku bisa terlambat jika tidak cepat-cepat sampai di sekolah. Apa bisa memberiku tumpangan?"

Wen Ruan telah meluruskan rambutnya, dan ia juga memotong poninya menutupi keningnya. Saat ini ia mengikat rambutnya yang sepinggang itu menjadi satu di belakang sehingga seperti ekor kuda. Wajahnya yang putih dan lembut hanya seukuran telapak tangan. Mata hitamnya yang jernih dan polos itu seperti mata air pegunungan yang bersih. Ia terlihat murni, cantik dan polos.

Huo Hannian menjilat gigi depannya dengan ujung lidahnya. Tatapan matanya pun menggelap, kemudian hanya satu kata singkat keluar dari bibirnya yang dingin dan tipis, "Naiklah."

Setelah Huo Hannian berbicara, Wen Ruan pun langsung tercengang. Sejujurnya, Wen Ruan siap untuk ditolak atau dipermalukan oleh Huo Hannian. Tanpa diduga, ternyata Huo Hannian bersedia mengantar Wen Ruan sampai ke sekolah.

Wen Ruan pernah mendengar bahwa Huo Hannian tidak akan membonceng gadis lain dengan motornya. Apakah Huo Hannian membuat pengecualian setelah memboncengku Jumat lalu?

Saat Wen Ruan memikirkan bahwa Ye Wanwan yang pernah duduk di motornya Huo Hannian, entah kenapa dalam hati ia merasa kesal.

"Huo Hannian, kamu sangat ramah dan baik. Aku sudah salah paham denganmu sebelumnya."

Huo Hannian tidak berbicara, ia hanya berdeham untuk meresponnya.

Ketika Wen Ruan sudah naik motor dan duduk di belakang Huo Hannian, entah kenapa ia merasakan firasat buruk di dalam hatinya.

Suara Huo Hannian tadi sepertinya tidak ramah! Batin Wen Ruan.