Chereads / My Boyfriend 18 Years Old / Chapter 17 - Hal Memalukan

Chapter 17 - Hal Memalukan

Kriiing.... kring (bunyi alarm).

"Berisiiik, " Lidza mematikan alarmnya dan kembali terlelap.

Semenit, 5 Menit, 10 Menit, 30 menit telah berlalu, mata Lidza pun akhirnya terbuka lalu melirik jam dinding.

"Aaaaaa astaga, aku terlambat dasar alarm sial*n kenapa gak berbunyi sih apa aku salah set ya?" ucap Lidza yang tak ingat kalau dia yang telah mematikan alarm itu tanpa sadar karena rasa kantuk yang amat sangat, ia baru tertidur menjelang subuh.

Lidza pun segera berlari menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya.

"Gak keburu mandi nanti disemprot parfum aja dah cukup, " ucapnya.

Setelah selesai iapun segera memakai pakaian kerjanya tidak lupa dengan semprotan parfum dari ujung kepala sampai kakinya.

"Uhuk...uhuk... ish menyengat sekali nih parfum kalau kebanyakan di semprot ke badan, biarlah yang penting gak ketahuan kalau belum mandi, " ucapnya lagi.

Selesai berpakaian Lidza segera mengambil tas juga sepatu heels nya dimasukan ke dalam kresek lalu ia segera berlari keluar menggunakan sandal jepit untuk mempermudah dirinya berlari tanpa sarapan terlebih dahulu.

" Hello selamat pagi tetangga, buru-buru amat pasti telat ya?" tanya Yuri tetangga barunya yang juga sedang mengunci pintu apartemen nya untuk berangkat kerja.

" Hehehe iya nih, kamu juga telat masuk kerja ya?" tanya Lidza.

"Saya tidak telat, jadwal masuk kerja saya memang siang, " ucap Yuri.

"Oo enak sekali, aku berangkat dulu ya Yuri maaf tidak bisa ngobrol lama-lama, " ucap Lidza segera berlari marathon.

" Ini gegara bocah semprul itu, aku jadi tidak bisa tidur semalam sehingga membuat aku terlambat bangun hari ini" Lidza terus berlari.

Saat melihat bus rute arah kantornya telah berada di halte hendak pergi, wanita itu mempercepat larinya 2x lipat sehingga bulir-bulir keringat bercucuran.

" Bapaaaak tungguuu pak, hosh... hosh, " teriaknya saat bus mulai melaju perlahan meninggalkan halte.

Untung pak sopir bus tersebut melihat Lidza berlari mengejar busnya dari kaca spion hingga ia segera menghentikan laju kendaraannya.

Setelah dilihat bus berhenti untuk menunggunya, tanpa buang waktu wanita itu segera meloncat masuk ke dalam bus.

"Hosh... hosh, te-ri-ma ka-sih pak, " ucapnya terbata.

Saat masuk kedalam bus semua mata menatap penampilannya yang berantakan dengan heran, rambutnya begitu acak-acakan, wajah penuh keringat, dan sandal jepit yang tersisa sebelah di kaki kanannya.

Sadar jadi pusat perhatian Lidza segera menutup wajahnya dengan tas tangannya lalu mencari tempat paling pojok untuk ia duduk, setelah menaruh bok*ng nya di kursi bus wanita itu terus memandang resah jam di pergelangan tangannya tanpa memperdulikan penampilannya yang berantakan bak di terpa angin topan.

" Seandainya uangku cukup, lebih cepat naik taxi di saat genting seperti ini namun apa daya di dompetku hanya tersisa untuk naik bus, hari ini aku pasti bakalan dimaki habis sama bu manager karena sangat terlambat, " ucapnya gelisah.

Selama bekerja di perusahaan itu Lidza tak pernah terlambat, inilah keterlambatan pertama kalinya jadi ia begitu resah juga gelisah tanpa mengingat lagi untuk memperbaiki penampilannya bahkan sandal jepit yang hanya tinggal sebelah tidak di pedulikannya, dipikirannya hanya ingin cepat sampai dan mencari alasan keterlambatannya nanti.

Sesampainya di halte depan kantornya Lidza segera turun lalu melanjutkan lari marathon nya.

"Mentang-mentang aku ini juara lari di sekolah dulu, hidupku pun harus penuh dengan berlari kemanapun ckckck, nasib sang pelari, " gumamnya kesal.

Saat melihat Lidza berlari kencang menuju gerbang, satpam penjaga segera membuka gerbangnya secepat kilat.

" Terimakasih pak," ucap Lidza segera masuk kedalam dan menghentikan langkah didepan pos penjaga, menunduk dengan telapak tangan menyentuh lututnya untuk menarik nafas sejenak, setelah itu ia pun mendaratkan bokongnya di kursi yang berada di depan pos untuk mengistirahatkan sejenak kakinya.

Satpam penjaga paruh baya bernama Mamat itu celingak celinguk seolah mencari sesuatu di luar gerbang.

Lidza yang melihat hal itu mengerutkan alisnya.

" Ngapain celingak celinguk kayak begitu pak Mamat, cari siapa?" tanya Lidza heran.

"An*ing nya mana bu mau saya usir kalau sampai sini?" tanya Mamat.

"Hah kok bapak tanya soal an*ing, emang ada apa?" tanya Lidza semakin heran.

" Loh bukannya bu Lidza tadi berlari sekuat tenaga karena dikejar an*ing kan?" Tanya pak Mamat polos.

Akhirnya Lidza pun tertawa terbahak-bahak, sedangkan pak Mamat menatap heran wanita muda dihadapannya itu.

"Lah kok malah ketawa sih bu, saya serius karena kalau ada hewan itu nanti bisa mengganggu semua staf yang lewat jadi harus segera diusir, atau nanti saya dimarahin kepala security, " ucap pak Mamat serius.

"Ya ampun pak, saya lari bukan karena dikejar an*ing tapi karena saya terlambat masuk kerja, hahaha, " Lidza tertawa lagi.

Satpam paruh baya itupun ikut tertawa tangannya menggaruk belakang kepalanya.

"Kirain gitu bu Lidza dikejar an*ing sampe larinya kayak atlit pelari bu, eh tunggu bukannya tadi ibu bilang terlambat masuk ya kok masih disini bu, CEO perusahaan ini udah dateng loh baru saja, saya hendak menutup pagar setelah mobil pak Moren masuk, terus saya lihat ibu berlari. "

"Hah yang bener pak, CEO perusahaan ini sudah datang?" tanya Lidza kaget.

"Sudah bu, " Pak Mamat mengangguk kecil.

"Jaaah bapak kenapa baru ngomong sekarang sih, aduh cilaka 12 ini. " Lidza kembali berlari 3x cepatnya dari ia mengejar bus tadi.

Lidza terus berlari memasuki lobby kantor tanpa mempedulikan dirinya telah menjadi pusat perhatian karyawan lainnya, netranya fokus menatap pintu lift yang hampir menutup, secepat kilat ia berlari masuk kedalam lift dengan tubuh rampingnya ia berhasil memasuki celah lift yang hampir menjepit nya dengan gesit, membuat 3 orang yang berada di dalam 1 lift dengannya tercengang.

Lidza segera menekan tombol lantai devisi marketing, tak lama terdengar deheman dari belakangnya.

Wanita itupun segera berbalik, matanya terbelalak mendapati 3 pria yang tidak seharusnya ia temui karena bisa berdampak membuat dirinya langsung game over.

"P-pak Moren...., " ucapnya lirih.

"Kamu karyawan dari divisi mana hah, kurang ajar sekali masuk ke lift ini?" tanya salah satu pria didalam lift itu bernama Berto Witz asisten Moren Stev.

"Apa i.. ini lift...., " Lidza menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Wanita itu tersadar begitu melihat sekeliling kotak besi yang dimasukinya ini berbeda dengan lift khusus karyawan yang begitu kecil, ini adalah lift khusus petinggi perusahaan itu dilihat dari luasnya lift juga full karpet dibagian bawah pijakan kakinya.

"Ma maaf pak saya tidak sadar tadi karena terlalu terburu-buru, " ucap Lidza sembari kepalanya tertunduk takut.

"Kau terlambat 55 menit dari jam kantor seharusnya, kau sungguh karyawan yang hebat, " itu ucapan ketus dari sekretaris bernama Paul Tan.

Lidza hanya bisa meringis dan semakin tertunduk mendengar ucapan dari sekretaris itu, rasanya ingin menangis dan segera berlari menjauh dari ke 3 pria dihadapannya itu.

Asisten Berto menatap tajam Lidza dari ujung kepala sampai kakinya lalu berkata dengan sangat jengkel,

"Rambut acak-acakan, baju berantakan, memakai sendal jepit yang hanya sebelah lalu masuk kedalam lift khusus petinggi, dan ish parfum apa yang kau pakai ini sungguh begitu menyengat, apa kau benar karyawan di perusahaan ini? astaga, siapa yang telah menerimamu bekerja disini?"

Lidza sungguh tidak dapat berkata-kata lagi, rasanya ingin menenggelamkan dirinya kedasar laut paling dalam. Bagaimana tidak, ia sungguh berpenampilan mengenaskan dihadapan 3 pria tampan yang sangat penting di perusahaan ini incaran semua karyawan wanita jomblo seperti dirinya.

-Bersiaplah untuk dipecat juga menjomblo seumur hidupmu Lidza, bagaimana bisa kamu berpenampilan memalukan seperti ini lalu bertemu 3 pria hebat Idola para wanita di perusahaan ini. (batin Lidza)

Moren Stev terdiam menatap wanita itu dengan tatapan heran juga tanda tanya, mengapa bisa ada karyawan wanita yang sangat ceroboh dalam berpenampilan di perusahaan ayahnya ini, ia sudah keliling menangani perusahaan-perusahaan Lauders Company yang berada diluar negeri maupun dalam negeri yang pasti semua karyawan begitu sangat memperhatikan penampilannya terutama staf wanita, disaat ia memegang perusahaan itu sebagai direktur bukan CEO berbondong-bondong karyawan wanita berusaha mencari perhatian dirinya dengan berpakaian elegan juga seksi untuk menggodanya, namun disaat sekarang ia menjabat sebagai CEO perusahaan, mengapa karyawan wanita ini begitu ceroboh juga sembrono dihadapannya.

Akhirnya senyuman tipis pun keluar dari bibirnya lalu ia tertawa terbahak-bahak.

"Astaga, Hai wanita ceroboh siapa namamu?" tanya Moren Stev yang memang tidak mengingat semua karyawannya juga pertemuan pertamanya dengan wanita itu kemarin padahal dia sempat memuji wanita itu cantik.

"Na... namaku Lidza Damaries tuan, " ucapnya terbata dengan wajah masih tertunduk.

Ting...

Tak lama liftpun sampai di lantai divisi marketing.

Dengan tetap tertunduk wanita itupun berpamitan lalu terburu-buru keluar lift namun,

Jduuuk....

Kepala wanita itu membentur pintu lift yang belum terbuka sempurna cukup kencang, seketika pandangannya menggelap ia tak sadarkan diri lalu terjatuh.

Bruuuk....

Bersambung....