Chereads / My Boyfriend 18 Years Old / Chapter 19 - Sultan Mah Beda

Chapter 19 - Sultan Mah Beda

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, muncullah sosok yang membuat Lidza tercengang.

"Ka... kamu, bagaimana bisa mengetahui aku disini?" tanya Lidza tak percaya.

"Eh kamu mengenalnya Lidza, siapa dia?" tanya Naomi kaget.

"Kak apa kamu baik-baik saja?" Damian masuk dengan wajah penuh kekhawatiran.

Ada 2 pengawal yang mengikuti pria itu.

Saat Damian hendak mendekati Lidza, Naomi segera menghalangi nya.

"Eits tunggu kamu ini siapa ya? tidak sopan sekali main masuk ruangan orang, " ucap Naomi.

Damian menatap tajam Naomi, ia paling tidak suka dihalangi.

"Minggirlah sebelum kusuruh pengawalku menyeretmu, " ucap Damian dengan tatapan tajam bagai sebilah pedang.

"Na-omi biarkan dia, " ucap Lidza gugup, ia takut sahabatnya itu dilukai Damian.

Naomi menatap sohibnya itu seolah menanyakan kepadanya kamu yakin, Lidza segera menganggukkan kepalanya akhirnya dengan sangat terpaksa wanita itupun menyingkir.

Damian segera menggapai telapak tangan Lidza dengan wajah khawatir, lalu ia duduk dikursi penunggu yang terdapat disamping ranjang pasien.

"Kak bagaimana keadaanmu, apa yang kau rasakan, aku akan memindahkanmu keruang VVIP sekarang juga?"

"Tidak perlu, aku sudah baikan tadi hanya terlalu lelah saja, " ucap Lidza segera menarik lepas tangan yang digenggam pria itu.

"Hei bocah, kamu ini sebenarnya siapa main masuk aja terus pegang-pegang tangan teman saya, benar-benar anak sekolah zaman sekarang sudah tidak ada sopan santunnya, lagipula ini masih jam pelajaran sekolah pasti kamu bolos ya?" ucap Naomi ketus saat melihat seragam putih abu yang dipakai Damian.

Damian kembali menatap Naomi tajam.

-Set dah biarpun tatapannya tajam tapi matanya sungguh indah memukau nih bocah, darimana asal bocah tampan ini gimana dia bisa mengenal Lidza?, dari kalung rantai emas, jam tangan, sepatu dan ikat pinggang yang dipakainya itu sangat mahal dan limited edition pasti nih bocah bukan dari kalangan biasa, astaga aku baru sadar ketampanan bocah ini sungguh tak terhingga.(batin Naomi)

Terlihat raut wajah ketidak sukaan dari Damian karena Naomi menatapnya begitu intens dari atas sampai kebawah seluruh penampilannya.

"Apa kau ingin kusuruh pengawalku menc*ngkil matamu itu?, berhentilah menatapku bagaikan singa betina lapar, " ucap Damian sinis.

"Eh, apa..., " akhirnya Naomi tersadar dari pikirannya dan terbelalak kaget mendengar kata-kata kejam dari seorang bocah SMA itu.

"Kau ini..., " ucapan Naomi terjeda.

"Hahaha, Naomi kenalkan dia Damian adikku. Dami kenalkan ini Naomi sahabatku, " Lidza segera menengahi dengan memperkenalkan keduanya sebelum terjadi pertempuran sengit antara sobatnya dan Damian.

"Eh adik?, bukankah kau bercerita kalau adikmu itu seorang perempuan bernama Vira, kenapa bisa jadi bocah tampan ini juga adikmu?" ucap Naomi tanpa sadar mengatakan tampan.

"Eh maksudku mengapa adikmu berubah menjadi seorang bocah kurang ajar dan minta dihajar ini?" ucap Naomi menatap Damian sinis.

Lidza segera menarik Naomi kedekatnya lalu berbisik.

"Nanti kuceritakan!, untuk saat ini sebaiknya kau jangan terlalu banyak bicara dengannya, kita tidak boleh membuatnya tersinggung atau hidup kita yang sudah sulit ini semakin sulit karena menyinggungnya. "

"Memang dia siapa sih,beneran adik u?" bisik Naomi balik.

"Udah nanti saja kuceritakan semuanya, " bisik Lidza.

"Ehem, Damian gimana kau bisa mengetahui aku berada disini?" ucap Lidza basa basi sebenarnya dia sudah tahu para pengawal utusan keluarga Bonaventura yang selama ini mengintai dirinya selama 8 tahun bahkan sampai saat ini pasti yang memberitahukannya.

"Kau pasti sudah tahu darimana aku mengetahuinya, karena sudah kuceritakan padamu, " ucap Damian.

Lidza hanya tersenyum lirih, selamanya keluarga terkemuka itu pasti tidak akan melepaskannya, betapa bodohnya dia dulu hanya karena kasihan dan jiwa kepahlawanannya meronta itu malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri saat ini.

"Ya aku tahu, " Lidza hanya bisa memaksakan senyuman.

kruuuk... kruuuk

"Lidza kamu pasti sangat lapar, bunyi perutmu udah kayak lagu keroncong, aku belikan makanan sebentar ya. " ucap Naomi hendak berlalu pergi.

Plok... plok... plok

Tiba-tiba Damian menepuk kedua telapak tangannya, tak lama masuklah beberapa pengawal berbaris sembari membawa beberapa makanan ditangannya.

Lidza tercengang dengan apa yang dilihatnya, demikian juga Naomi dan beberapa pasien yang 1 ruangan dengannya begitu juga para suster yang sedang melaksanakan tugasnya diruangan itu.

Semua pengawal berjejer rapi memenuhi ruangan rumah sakit mengelilingi Lidza total ada 10 pengawal dan 10 makanan berbeda tersaji di tangan mereka masing-masing, ada bakmie, gado-gado, soto, bubur, siomay, bakso, pempek, nasi padang, berbagai gorengan dan 1 nampan berisi jus berbagai rasa.

"What, you're serious!" Naomi menatap Damian tak percaya.

"Kak pilihlah mau makan yang mana terlebih dahulu, aku menyuruh para pengawal memborong semua jualan yang berada dilapangan sebrang apartemen kakak, bukankah kau setiap hari suka sekali makan disitu dan memesan semua makanan ini, " ucap Damian tersenyum merasa kalau perbuatannya ini pasti bisa membuat sang kakak pujaannya ini bahagia.

-Ish, aku makan disitu setiap hari karena memang uangku hanya cukup untuk membeli makanan disitu, kalau punya duit banyak juga aku ingin sekali mencoba makanan direstoran mewah, semua yang dibawa memang makanan yang sering kubeli, astaga menakutkan sekali sampai apapun yang sering kubeli juga kumakan Damian mengetahuinya, sungguh luar biasa kinerja para pengawal keluarga Bonaventura ini. (batin Lidza)

"Eh bocah, emang u kira yang makan se RT apa!, gak kira-kira bawa makanan udah kayak mau bagiin orang sekampung, lagian ini rumah sakit mana boleh banyak orang masuk ke ruangan lebih baik para pengawalmu disuruh keluar sebelum petugas rumah sakit ini datang ngusir kalian, " ucap Naomi ketus.

"Mereka tidak akan berani, kecuali ingin dipecat, " ucap Damian santai.

"Eh emang dikira kamu itu siapa bocah sampai petugas rumah sakit gak berani ngusir kamu dan para pengawalmu itu!, dikira pemilik rumah sakit ini kali bisa mecat mereka seenaknya, u dapet mungut adik darimana sih Lidza bisa s*nt*ng begini, jangan-jangan adik u ini baru keluar dari R*J ya?" ucap Naomi lalu menatap Lidza penuh tanda tanya.

"Eh itu..., "

"Memang keluargaku pemilik rumah sakit ini, ada yang salah?" ucap Damian santuy cuy.

"Hahahaha, beneran adik u ini emang udah gi*a Lidza kayaknya u perlu periksa otaknya lagi, pasti bermasalah hahaha, " Naomi tergelak sampai menggema diseluruh ruangan.

"Ssssttt Na jangan berisik ini dirumah sakit, ketawamu itu udah kayak bunyi petasan tau gak!" Lidza mengingatkan sembari memukul pundak Naomi.

"Aduh mukul kagak kira-kira, kdrt u Lidza nanti aku laporin baru nyaho, " ucap Naomi kesal sembari mengelus pundaknya.

Lidza hanya terdiam tidak menggubris keluhan temannya itu, saat ini pikirannya sedang mereka-reka perkataan Damian, lalu ia berpikir mungkin saja yang dikatakan bocah itu benar secara keluarga itu memang bukan keluarga sembarangan dan masuk dalam jajaran pengusaha terkaya didunia, miss Jane yang mengatakan hal itu kepadanya. Kemungkinan mereka juga memiliki rumah sakit disini.

-Apakah benar rumah sakit mewah ini milik keluarga Bonaventura, kalau benar berarti aku dengan Damian bagaikan bumi dan langit, mana berani aku dekat dengan pria ini yang tentunya sudah pasti incaran para gadis-gadis kaya. (batin Lidza)

Lidza segera menarik tangan sobatnya itu.

"Na pleaseee jangan bicara sembarangan apalagi sampai mengatai Damian kalau kau masih sayang nyawamu," bisik Lidza.

"Kenapa?kau bilang kan dia adikmu, ya harus diajarin sekaligus dikasih pelajaran biar gak ngehayal terlampau jauh kan bisa bikin malu keluarga tahu. dia ff rasamikir kakaknya cari duit susah payah eh seenaknya dia ngeborong makanan sebanyak itu, pasti ATM mu kamu kasih dia ya?" ucap Naomi lantang.

"Naomi sssttt, " Lidza menggeleng pelan kepalanya lalu menarik-narik lengannya tanda menyuruh sobatnya itu untuk diam.

"Dami terimakasih, hanya saja aku tidak mungkin makan sebanyak ini aku makan semangkok bubur dan segelas jus sudah cukup, sisanya sebaiknya bagikan ke para pengawalmu dan para suster yang bertugas saja boleh?" tanya Lidza penuh dengan ke hati-hatian supaya tidak menyinggung Damian yang membuat Naomi memicingkan matanya curiga.

"Kak, kata dokter kamu pingsan karena perutmu kosong, jadi saat ini kakak harus makan yang banyak mana cukup hanya dengan semangkok bubur dan jus, yang lainnya juga dimakan ya," mohon Damian.

"Emang dasar bocah.... bocah, kakakmu ini lagi sakit harusnya memang makan bubur dan jus buah, mana boleh makan sebanyak ini kamu mau dia mati karena kekenyangan apa, edeeh stres nih anak!" ucap Naomi.

Lidza mencubit lengan Naomi memberi tanda untuk diam saja.

"Damian...," Tiba-tiba kepala rumah sakit datang bersama serombongan dokter lainnya.

Para Pengawal sebagian keluar ruangan karena memang ruangan kelas 3 itu terlalu sempit ditambah kepala rumah sakit membawa beberapa dokter juga suster bersamanya terpaksa para pengawal harus keluar ruangan.

"Paman Dare, apa kabar?" Damian berdiri lalu menyapa.

Kepala rumah sakit itupun segera menghampiri dan merangkul Damian dengan erat.

"Bagaimana kabarmu nak, mengapa kau tidak langsung mengunjungi paman saat kembali ke Indonesia 6 bulan yang lalu?" tanya Dareanto.

"Maaf paman, karena ujian akhir sebentar lagi dimulai aku fokus belajar dan memang jarang keluar rumah, " ucap Damian.

"Hmm baiklah paman mengerti, tapi kau sedang apa disini? ada yang melaporkan kepada ku kau datang kerumah sakit ini dengan membawa banyak pengawal, apa ada masalah?" tanya Dareanto.

"Tunggu, kau memanggil dokter ini paman apa maksudnya?" akhirnya Naomi buka suara karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa penasarannya yang dari tadi dia pendam.

"Perkenalkan saya Dareanto Warren kepala rumah sakit ini paman Damian, " Dareanto memperkenalkan diri.

"Ke-kepala rumah sakit, berarti anda pamannya teman saya ini dong?" tanya Naomi kaget bercampur senang, ia berpikir temannya ini hanya menyamar selama ini kayak cerita di novel-novel gitu.

"Maksud anda saya paman dari teman anda yang mana?" tanya Dareanto mencoba memahami.

"Teman saya ini Lidza, " ucap Naomi sembari menunjuk ke arah sobatnya itu.

"Lidza??oh mungkin maksud kamu Hazel, " Dareanto memastikan.

"Bukan Hazel tapi Lidza om namanya, masa sama ponakan sendiri lupa nama om, " jawab Naomi.

"Mati aku!,dasar Naomi si mulut ember bocor," gumam Lidza sembari mengambil selimut berusaha menutupi wajahnya.

"Wah Lidza aku gak nyangka ternyata dirimu ini pura-pura miskin ya selama ini gak taunya anak Sultan, pantesan aja adikmu bisa borong tuh semua makanan dan memiliki banyak pengawal, eh ini ngapain ditutupin mukanya?"

Naomi berusaha membuka selimut yang menutupi wajah temannya itu, Lidza terus mengumpati kebodohan sobat seperjuangannya itu dan terus mengeratkan selimut dalam genggamannya supaya Naomi tidak berhasil membukanya, terjadilah adegan tarik menarik diantara ke duanya, karena fisik Lidza yang masih lemah akhirnya Naomi berhasil menarik selimut yang menutupi wajah sobatnya itu menjauh.

"Kamu.... kamu siapa ya?" tanya Dareanto saat melihat wajah yang tidak pernah dilihatnya itu.

"Ish masa sama ponakan sendiri kagak kenal sih om, jangan-jangan om punya penyakit demensia dini ka... hmpft, " belum menyelesaikan perkataannya mulut Naomi langsung dibungkam dengan tahu isi oleh Lidza.

"Ca-be rawitnya dong Lidza gak nendang nih tahu isi gak pake rawit, " minta Naomi sembari mengadahkan telapak tangannya ke dekat Lidza, semua yang melihat sifat absurd Naomi hanya menggelengkan kepalanya ada juga yang tertawa kecil.

Akhirnya dengan perasaan kesal Lidza pun segera melemparkan bantal ke wajah teman konyolnya itu.

"Aww, sakit tau Lidza, " ucap Naomi kesal.

"Ehem, sebenarnya kalian ini siapa, mengapa kau mengaku sebagai kakaknya Damian?" terpancar ketidaksukaan dari wajah Dareanto.

"I-itu...., " ucapan Lidza terjeda ia bingung harus menjawab apa, karena memang dia telah salah mengakui Damian sebagai adiknya kepada Naomi.

"Dia pacarku paman, " ucap Damian.

"A-APA!!!" teriak Naomi.

Dareanto dan para dokter, suster juga pasien terbelalak kaget mendengar pengakuan Damian, dan yang paling Syok tentu saja Naomi.