"Ini aku Jacky, apa kau masih mengingatku?" tanya wanita itu dengan tatapan penuh kebencian.
"Ka.. kamu... , " miss Jane benar-benar terbelalak dibuatnya.
Setelah sadar dari keterkejutannya miss Jane hanya menyeringai, dan segera berjalan duduk di kursi kebesarannya tak menggubris kehadiran wanita itu, ia segera membuka laptop dan berkas-berkas diatas mejanya dengan aura dingin melingkupinya.
Tatapan wanita itupun seketika berubah sayu, ia terus menatap sosok dibalik meja yang pernah sangat dicintainya itu, ketampanan juga aura dingin diwajah pria itu tetap sangat memukau baginya. Setelah mencarinya selama 26th dan akhirnya berhasil ia temukan pria itu telah berubah menjadi sosok wanita jadi-jadian, membuatnya merasakan sakit juga pedih yang sulit diartikan. Entah mengapa hatinya tetap tertambat pada pria setengah wanita di depannya ini biarpun sudah puluhan tahun berlalu.
Sadar kehadirannya itu tidak mendapatkan respon sama sekali, seketika keangkuhan diwajahnya kembali ia perlihatkan.
"Sepertinya kamu tidak senang dengan kehadiranku Jacky. " ucap wanita itu sinis.
"Salon ini tidak layak menerima tamu terhormat seperti ye, silakan mencari salon lain yang lebih berkualitas dibandingkan salon ini. " ucap miss Jane tetap memusatkan netranya didepan leptop.
"Cih, Jacky aku tak menyangka kau malah jadi semakin parah seperti ini, kukira wanita itu bisa memberikan perubahan dalam dirimu sepertiku dulu, tapi ternyata dia malah membuatmu makin terjerumus dan menjadikan dirimu berpenampilan diluar kodratmu, hahaha mungkin ini hukuman untuk seorang pengkhianat sepertimu yang pada akhirnya akan hidup sendirian seumur hidup, dan kupastikan saat bertemu wanita itu akan kubuat dia merasakan sakit juga penderitaan yang telah aku alami selama ini 3x lipat!" ucapnya dengan kilatan mata kebencian.
"Miera Scott sebaiknya ye jaga ucapan!" ucap miss Jane santai sembari membuka berkas satu persatu.
"Hahaha apa kau marah Jacky karena aku akan mencari dan membuat wanita sekaligus teman masa kecilmu itu lebih menderita lagi, kupikir kau dulu benar-benar mencintaiku sehingga aku memberikan segala-galanya kepadamu, tapi ku tak menyangka kekasih juga sahabatku sendiri telah menusukku dari belakang, bahkan ibuku meninggal itu semua karena ulah kalian berdua!!!" Miera menahan air mata kepedihannya supaya tidak keluar.
"Ye sendiri yang telah membuatnya meninggal, bahkan karena keserakahan ye juga telah membunuh ibu dari sahabat sendiri. Ye memang wanita iblis!, belum cukupkah penderitaan yang diterimanya karena ulahmu Miera!" ucap miss Jane dengan menekankan nama wanita itu penuh kebencian sekaligus kepedihan dihatinya.
"Dia baru kehilangan ibunya, tapi aku telah kehilangan semuanya karena kalian berdua, tapi aku merasa puas pada akhirnya kalian tetap tidak dipersatukan!!" cemooh Miera.
"Oh ya apa kau tahu dimana wanita ular itu berada? setelah kejadian itu kalian menghilang begitu saja memangnya kalian pikir bisa lari dariku, Oh no.. no...no buktinya aku menemukanmu sekarang, dan aku yakin akan menemukan wanita itu segera," ucapnya menyeringai.
"Cukup bicaranya akika harus segera menghadiri seminar tentang kecantikan,sebaiknya ye segera pergi," ucap miss Jane menutup dan merapikan semua berkas-berkasnya lalu berdiri dari kursinya dan segera melangkahkan kaki menuju pintu ruangannya.
Miera mengepalkan tangannya, raut wajah angkuh nya berubah menjadi merah padam.
"BERHENTI JACKY!!!" teriaknya.
Miss Jane pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh kebelakang, ekspresi wajahnya berubah jadi begitu dingin, serta ada aura dingin yang terpancar dari tubuhnya.
"Berhenti memanggilku Jacky karena dia sudah Mati!, ingat baik-baik kalau kau berani melakukan sesuatu atau menyentuhnya, aku akan memberikan penderitaan untukmu 5x lipat!" ucapnya dengan nada mengintimidasi.
Wanita itu tercengang dan hanya terdiam, ia merasa inilah sifat sebenarnya pria yang dicintainya karena ekspresi juga ucapan dinginnya inilah yang sangat memukau baginya saat bersama dulu.
Miss Jane pun segera membuka pintu ruangannya lalu melangkah keluar dan menatap sekelilingnya.
"Hey semuanya hari ini akika ingin mentraktir ye ye pade di warteg sebrang, mursid endes lagi, cus yuk jengong lambreta ya, " ucap miss Jane kembali dengan logat ban*i nya.
Gubraaaak....
Miera Scott pun pingsan seketika.
Skip
"Kak aku Cherry Witz adik kelasmu, kita sering bertemu di perpustakaan, " ucap Cherry tersenyum manis.
Damian pun mengingat-ingat namun tetap tidak mengenali gadis ini, ia memang sering ke perpustakaan sekolah untuk membaca sekaligus menyendiri supaya terhindar dari kejaran semua gadis sekelasnya maupun adik kelas yang selalu mencoba mencari perhatiannya, juga teman-teman pria yang suka menjilatnya, meskipun trauma nya sudah hilang namun ia tetap merasa tidak nyaman berinteraksi dengan teman-teman pria disekolah nya itu, ditambah ia juga harus menjaga hatinya hanya untuk Lidza seorang, entah itu hanya karena sebuah obsesi atau cinta baginya sama saja, janji itu harus ditepati baru bisa disebut pria sejati.
"Maaf aku tidak mengenalmu, dimana kedua wanita itu?" ucap Damian tak peduli dengan raut kecewa gadis didepannya itu.
"Oh kakak berdua tadi sudah pulang, mungkin sedang melakukan pembayaran, " ucap Cherry memaksakan senyuman.
"Ok terimakasih, " ucap Damian segera berlalu pergi.
"Eh, Kak Damian, " panggil Cherry namun pria itu sudah melangkah cepat keluar ruangan.
Seketika kekesalan melingkupi wajah Cherry dan ibunya.
"Dasar anak konglomerat memang begitu angkuh dan tidak punya tata krama," Gumam Bertha ibu Cherry.
"Tenanglah nak kamu masih bisa mendekatinya saat di sekolah nanti, " ucap Bertha menghibur putrinya.
"Aku tidak berani bu, ditambah sebentar lagi kak Damian akan segera lulus, " ucapnya sedih.
"Makanya nak kamu tuh harus sedikit agresif, lagipula masih ada waktu beberapa bulan sebelum kelulusan, ibu punya rencana untukmu nanti, " ucap Bertha dengan seringai liciknya.
Cherry pun menganggukkan kepala dan tersenyum, ia percaya ibunya pasti memiliki ide supaya dirinya bisa mendekati pria yang membuatnya jatuh cinta setengah mampus itu.
Di bagian kasir Naomi sedang melakukan pembayaran sedangkan Lidza duduk menunggu teman baiknya itu menyelesaikan pembayarannya.
" Kak, "
terdengar suara yang amat Lidza kenali.
"Ngapain sih tuh anak ngikutin aku terus, bikin bete aja, " gumamnya.
"Kak Lidza kenapa sudah mau pulang tubuh kakak masih lemah, tinggallah sehari lagi disini aku akan menyuruh paman menyiapkan ruang VIP untukmu istirahat, " ucap Damian menghampiri lalu segera duduk disamping wanita itu.
" Tidak usah Dami aku sudah sehat, lebih nyaman beristirahat di apartemenku sendiri, " ucap Lidza sedikit gugup.
"Kalau gitu biar aku yang antar pulang, dan menemani kakak ya?" tanya Dami sembari menggenggam kedua tangan Lidza, terlihat kelembutan dimatanya yang memukau.
Melihat tatapan lembut Damian, wanita itu tertegun sebentar entah kenapa desiran aneh juga debaran jantung mulai mengusik Lidza.
-Tidak boleh... tidak boleh, denger ya jantung jangan pernah mengkhianatiku. (batin Lidza)
Wanita itu menggelengkan kepalanya berkali-kali supaya tersadar dari pikirannya yang hendak menyimpang, namun perbuatannya itu malah membuat Damian salah paham.
"Kak aku akan tetap mengantarkanmu pulang juga menemanimu biarpun kau menolak, " ucapnya tidak senang.
"Eh kapan aku menolak?"
"Barusan aku lihat kakak menggelengkan kepala berkali-kali, bukankah itu artinya kakak tidak memperbolehkanku mengantarkan dan menemanimu!" ucap Damian dingin.
-Astaga nih bocah pengen tak jitak pake ulekan rasanya, edeeh. (batin Lidza).
Wanita itu mengurut dahinya kesal, namun ke salah pahaman terus berlanjut.
"Kak apa kau merasakan kepalamu sakit, sudah kubilang istirahatlah dirumah sakit ini sampai kau pulih,untuk biaya kau tak perlu khawatir itu urusanku, " Damian segera menaruh punggung tangannya di dahi Lidza terlihat kekhawatiran diwajahnya.
Lidza pun merengut kesal, memang susah berhadapan dengan bocah usia 18 tahun yang sok tahu, sok dewasa, dan sok segala-galanya ini, sedewasa-dewasanya pemikiran anak 18 tahun tetaplah dia seorang bocah.
"Eh bukan, aku sudah sehat kok, " Lidza menggenggam telapak tangan Damian yang berada di dahinya lalu segera menurunkannya.
Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundak Damian.
"Kalian berdua kalau mau romantisan liat-liat tempat dong di taman atau dirumah kek jangan dirumah sakit, yang ada pasien disini pada ngiri sampe pingsan nanti, " ucap Naomi di iringi kekehan.
Pletak...
"Auw, Lidza kamu Jahat!" ucap Naomi kesal karena jitakan sobat cantiknya itu telah menyakiti dahi cantiknya itu.
"Damian sedang apa kau disini?"
Seseorang memanggil.
"..... "
Bersambung...