Chereads / My Boyfriend 18 Years Old / Chapter 18 - Akibat Foto Selfie

Chapter 18 - Akibat Foto Selfie

Kepala wanita itu membentur pintu lift yang belum terbuka sempurna cukup kencang, seketika pandangannya menggelap ia tak sadarkan diri lalu terjatuh.

Bruuuk....

"Astaga..., " dengan sigap Moren menangkap tubuh belakang Lidza.

Asisten Bertopun segera menahan pintu lift agar tetap terbuka dikarenakan kaki Lidza terjulur keluar dan hampir terjepit.

Naomi yang memang sedang lewat hendak menuju lift khusus karyawan tak sengaja menatap ke arah lift, terdapat 3 pria tampan yang terlihat panik salah satunya Moren Stev CEO perusahaan itu, dan seorang wanita yang sangat dikenalnya itu sedang tergeletak pingsan.

"Lidza..., " gumamnya

Naomi pun segera berlari kecil mendekati lift para petinggi itu dengan tergesa-gesa.

"Apa yang terjadi pak, mengapa Lidza berada di lift ini dan tidak sadarkan diri?" tanyanya panik.

"Dia terbentur pintu lift yang sepenuhnya belum terbuka hingga pingsan, O ya kamu kenal dengan wanita ini, " tanya Moren.

" Tentu saja kenal pak kami 1 divisi, meja kami juga bersebelahan," jelasnya.

"Kalau begitu cepat masuk kau temani dia ke rumah sakit," perintah Moren kepada Naomi.

"Berto segera hubungi supirku untuk menunggu di lobby sekarang, " ucapnya lagi.

" Baik tuan, " Berto segera menutup lift dan memencet tombol L disaat Naomi telah masuk ke dalam kotak besi khusus itu, segera ia mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi supir tuannya.

Moren segera mengangkat Lidza ala bridal style, sehingga membuat ke 3 orang yang sedang bersamanya itu tercengang.

" P...pak biar saya saja yang menggendong wanita itu, " ucap Sekretaris Paul.

" Tidak apa-apa aku saja, wanita ini cukup ringan, " ucap Moren santai.

Moren menatap intens wajah wanita digendongannya itu, cantik namun ada beberapa cemong karena debu menempel di wajahnya juga gumpalan keringat, lalu ia teringat kembali saat wanita itu mendaratkan dahinya cukup keras ke pintu lift yang sepenuhnya belum terbuka membuatnya menggeleng kan kepala tak percaya, lalu tanpa sadar bibirnya menunjukkan senyuman tipis.

"Dasar wanita aneh yang ceroboh, " gumamnya.

Hal itu tak lepas dari penglihatan asistennya.

" Tuan berikan wanita itu, aku yang akan menggendongnya supaya jas anda tidak kotor terkena bau juga keringat karyawan wanita ini, lagipula sebentar lagi anda akan ada meeting penting jadi penampilan anda harus tetap bersih terjaga, sebaiknya saya yang membawanya kedalam mobil dan tuan bisa segera menuju ruang meeting bersama sekretaris Paul, " ucap Berto setelah selesai menghubungi supir tuannya.

Naomi yang mendengar ucapan menghina untuk teman dekatnya itu dari asisten CEO nya itupun mendelikan matanya tidak senang.

-Ganteng-ganteng tapi bermulut pedas, dikira virus apa si Lidza. Pengen tak sumpel mulutnya itu pake rawit setan plus bubuk cabe pedas maximal. (batin Naomi).

Tanpa menunggu jawaban dari tuannya itu, Berto segera mengambil alih tubuh Lidza dengan cukup kasar yang memang sudah tidak sadarkan diri lagi.

"Pelan-pelan Berto nanti kalau wanita ini jatuh gimana,bisa gak sadar-sadar dia dari pingsannya," ucap Moren terkekeh, ia tahu kalau asisten sekaligus teman akrabnya ini tidak suka menyentuh apalagi menggendong sesuatu yang kotor kecuali keadaan yang membuatnya terpaksa.

-Dasar wanita jorok, ceroboh sekaligus menyusahkan, hidup lagi. (batin Berto kesal).

Berto memandang jijik wanita yang ada digendongannya itu, karena ia seorang pria pencinta kebersihan kalau bukan karena tuanya yang telah menggendongnya terlebih dahulu, tak sudi ia bersentuhan dengan wanita berpenampilan buruk digendongannya itu.

Tak lama sampailah mereka di lobby utama, pintu lift pun terbuka Berto segera keluar dari lift itu sedangkan Moren kembali naik ke atas bersama sekretarisnya menuju lantai yang terdapat ruang meeting.

Berto mempercepat langkahnya sembari memanggil security penjaga pintu utama, ia sudah tidak tahan mencium bau parfum bercampur keringat yang menurutnya menyengat, ditambah wajah sekaligus kaki kotor Lidza.

"Radit... radit..., " teriaknya.

Naomi yang turut berjalan di belakang pria itupun mempercepat langkahnya sembari mengumpat kesal.

"Pak...pak pelan-pelan nanti temen saya jatuh, bisa geger otak itu temen saya kalau sampe jatuh 2x punya hati apa kagak sih, astaga, " ucap Naomi kesal.

"Apa kamu bilang, kalau saya gak punya hati udah saya lempar dari atas gedung ke lobby teman menyusahkan kamu ini!" ucap Berto dengan tatapan tajam.

"Radit... radit cepetan kesini..., " Berto kembali berteriak memanggil security yang bernama Radit itu, membuat seluruh mata yang berada di lobby itu menatap kearahnya.

Naomi hanya bisa mengurut dada dan membuang nafasnya kasar berusaha untuk sabar menghadapi asisten CEOnya itu yang menggendong Lidza bak sebuah boneka.

"Iya pak saya dateng, ada apa pak?" tanya security bernama Radit itu menghampiri dengan tergesa-gesa.

"Bawa wanita ini dan masukan kedalam mobil tuan Moren, bilang ke supir untuk mengantarkannya ke rumah sakit terdekat, " Berto memberi perintah dan dijawab dengan anggukan Radit.

Security itupun segera mengambil alih tubuh Lidza dan digendongnya wanita itu menuju mobil yang sudah terpakir didepan Lobby utama.

"Hei kamu ngapain diem disitu temenin sahabatmu itu, memang dasar wanita itu menyusahkan, cih, " ucapnya ketus sembari mengeluarkan handsenitezer lalu menyemprotkannya kesuluruhan tubuhnya. Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan Naomi yang wajahnya sudah merah padam.

"Dasar pria gi*a, " umpat Naomi sembari meninju udara dengan kedua kepalan tangannya.

Setelah sekian detik mengumpat juga memukuli udara, Naomipun segera berlari menuju mobil Range Rover Sport 3.0 HSE milik CEO nya itu untuk menemani sahabatnya ke RS terdekat.

Saat masuk kedalam mobil itu Naomi langsung menaruh kepala Lidza temannya itu di atas pahanya, setelah itu netranya segera melihat sekeliling bagian dalam mobil itu yang memiliki interior sangat mewah.

"Kyaaa keyeeen banget, kesempatan tidak akan datang ke 2x nya, harus foto selfie nih, " gumamnya.

"Ehem, " dehem Naomi yang berhasil membuat sang supir melirik kaca spion dalam yang menampakkan bagian duduk penumpang belakang.

"Ada yang bisa dibantu bu, " tanyanya.

"Saya boleh gak foto Selfie pak, " tanya Naomi penuh harap.

"Oh silakan bu gak masalah, " ucap sopir itu ramah.

"Wah, terimakasih banyak pak, " ucap Naomi dengan senyum merekah.

Naomipun beraksi dengan kamera foto selfie nya, gerak kanan kiri maju mundur sehingga melupakan Lidza yang saat ini sedang terbaring diatas pahanya, kepala Lidza turut terguncang ke kanan kiri maju mundur, lalu sang supir tiba-tiba merem mendadak mobilnya.

Bruk....

"Astaga, "

Naomi segera menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangannya lalu meringis melihat tubuh Lidza temannya itu menggelinding ke bawah jok, sehingga bagian belakang kepala Lidza terantuk kaki jok bawah.

"Untung si Lidza pingsan kalau tidak pasti habis aku diumpat dan diamuknya. "

Rumah sakit,

Mata Lidza mengerjap terbuka, perlahan netranya menatap sekeliling yang serba putih.

"Kamu sudah sadar Lidza, " Ucap Naomi yang baru masuk kedalam ruangan abis dari toilet.

"Aku dimana Na?" tanya Lidza.

"Di rumah sakit, tadi dikantor kamu pingsan, kamu baik-baik saja kan?" ucap Naomi menatap khawatir sobatnya itu.

"Oo, aku sudah merasa baik Na tapi ouch dahiku sakit juga kepala belakang ku..., " tangan kanan Lidza memegang dahi sedangkan tangan kirinya memegang kepala belakangnya dirasakan benjolan di keduanya.

"Apa yang terjadi mengapa benjolan dibagian dahi juga belakang kepalaku ini cukup besar?" tanyanya heran, akhirnya ia mengingat kalau dahinya benjol pasti saat menabrak pintu lift, tapi dia tidak tahu dengan benjolan di bagian kepala belakangnya.

"Ah, I...itu ma... maaf kau menggelinding jatuh kebawah jok saat supir pak Moren ngerem mendadak karena tiba-tiba ada kucing menyebrang, dan aku sedang berselfie ria sehingga tidak sempat menahan tubuhmu itu, maafkan aku karena keasyikan foto selfie sehingga sempat melupakanmu yang belum sadarkan diri" jawab Naomi dengan wajah pias.

"Ish kau memang tidak setiakawan," ucap Lidza kesal.

"Ya maaf, abis kesempatan kan tidak datang untuk ke 2x nya lagi, " ucap Naomi cengengesan.

"Ckckck, aku mau minum, " ucap Lidza kemudian karena merasakan kerongkongannya kering.

Naomi segera menuangkan air kedalam gelas kaca rumah sakit lalu memberikannya kepada Lidza namun sebelum itu ia membantu Lidza untuk mendudukkan diri terlebih dahulu.

"Terimakasih Na, " ucap Lidza menerima gelas berisi air yang disodorkan temannya itu.

"Dza sebenarnya ada apa denganmu hari ini?, kata dokter tubuhmu lemah karena perutmu kosong juga kelelahan ditambah benturan yang cukup keras sehingga membuatmu pingsan, " tanya Naomi.

"Lihat benjolan juga memar di dahimu ini, " ucap Naomi yang sengaja menekan benjolan itu dengan telunjuknya.

"Aw.... sakit Na, " ucap Lidza

"Pasti sakitlah lagian pintu lift dicium, coba yang dicium itu CEO kita, kan muantap tuh," ucap Naomi yang langsung mendapatkan jitakan pedas dari Lidza.

"Aw... sakit Lidza, " ucap Naomi menujukan wajah cemberut.

"Sakit mana sama benjolan kepala belakangku ini Naomi?" ucap Lidza berpura-pura ketus.

"Yaelah pendendam banget sih u, kan diriku sudah meminta maaf," ucap Naomi diiringi kekehan.

"O ya ceritakan padaku kenapa kamu bisa datang terlambat sehingga membuatmu tidak sempat sarapan?" tanya Naomi lagi.

"Aku tidak bisa tidur, menjelang subuh barulah aku bisa tertidur sampai bangun kesiangan, entah kenapa alarmku tidak berbunyi mungkin karena aku salah setting, " Lidza menjelaskan.

"Nah masalahnya apa yang bikin kamu baru tidur menjelang subuh?"

"I... itu karena aku..., " ucap Lidza terjeda.

Braaak....

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, muncullah sosok yang membuat Lidza tercengang.

"Ka... kamu, bagaimana bisa mengetahui aku disini?" tanya Lidza tak percaya.

"Eh kamu mengenalnya Dza, siapa dia?" tanya Naomi kaget.

Bersambung....