Chereads / Pelangi dihidup Bara / Chapter 17 - Akhirnya pulang

Chapter 17 - Akhirnya pulang

Tidak selamanya mendung berarti akan turun hujan, tidak selamanya angan sesuai dengan harapan dan kenyataan. Tidak juga selamanya cinta akan berbalas, begitu juga kehidupan yang penuh dengan lika liku maupun suka dan duka. Terlalu banyak, impian yang indah dan sudah masuk dalam daftar coretan pena pada secarik kertas putih, yang tersimpan rapi dalam sebuah lemari tersembunyi. Hanya sang pemilik cerita yang mampu membuka semua coretan itu.

Sherly sudah teramat bingung di tempatnya, ingin melapor namun ini belum 1x24 jam. Tapi, jika hal buruk terjadi pada Pelangi, apa yang Sherly bisa perbuat. Mungkin, hanya penyesalan yang mampu dirinya miliki saat itu.

"Tidak, tidak. Aku tidak boleh lemah, tidak juga harus mencemaskannya seperti ini, ingat Sher, orang tua Pelangi yang sudah menghancurkan keluarga kecilmu," pekik Sherly saat mengingat hal buruk yang terjadi padanya dahulu kala.

"Ayo Sherly, kamu gak boleh lemah, mereka harus menerima balasan yang setimpal atas perbuatannya pada anak dan suami mu!" pikir Sherly dari sisi gelapnya.

"Jangan Sher, ingatlah.., Pelangi begitu baik dan menyayangimu. Bahkan dia selalu menuruti semua keinginanmu, berbaik sangkalah sedikit dengannya, doakan yang terbaik untuknya, agar Pelangi bisa cepat kembali ke rumah," sisi terang Sherly berbisik, membuat Sherly semakin bingung.

"Ah.., diam!"

Sherly kini hanya mampu duduk termenung di sofa kamarnya, menantikan Pelangi kembali atau menunggu waktu untuk segera melaporkan kehilangan Pelangi.

***

"Kamu semalaman ada di mana?" tanya Raino saat melihat Pelangi sudah meletakkan sendok dan garpunya di piring, bertanda bahwa gadis di depannya saat ini sudah selesai dengan sarapannya.

"A-aku," Pelangi menghentikan ucapannya lalu menarik nafasnya, kemudian iya buang dengan perlahan. Raino hanya memperhatikannya saja, sembari menunggu Pelangi menceritakan apa yang telah terjadi padanya semalaman, tanpa berani menyelanya.

"A-ku semalaman terpaksa menginap di rumah teman," lanjut Pelangi berbohong, bukan dirinya sengaja menutupi kenyataan yang terjadi padanya semalaman, namun Pelangi terlalu takut jika harus menceritakan keadaan yang sebenarnya.

"Kamu yakin?"

"Tentu, dan sekarang kamu bisa tolong antarin aku pulang ke rumah gak? Bunda pasti khawatir banget sama aku,"

"Dengan senang hati," sahut Raino dengan senyum palsu, sementara pikirannya merasakan ada sesuatu yang di sembunyikan Pelangi darinya. Tapi, Raino tidak tahu apa yang membuat Pelangi berbohong padanya, mungkin akan lebih baik jika dirinya tidak banyak bertanya saat ini dan Pelangi pasti punya alasan, mengapa dia tidak berkata jujur padanya.

"Maafin aku ya Ren," batin Pelangi merasa bersalah, sambil melihat ke arah laki-laki yang kini tengah dekat dengannya.

Sepanjang perjalanan, tidak ada pembahasan apapun di antara mereka hanya keheningan lah yang mampu keduanya ciptakan. Hingga kini mobil Raino sudah terparkir di halaman rumah Pelangi.

"Makasih ya Ren, udah mau antarin aku pulang,"

"Iya, sama-sama, aku gak di tawarin masuk ni?"

"Kamu yakin? Entar di omelin bunda loh,"

"Gak papa, kan salah aku juga, kamu jadi pulang telat,"

Pelangi tersenyum dengan ucapan Raino, padahal ini murni karena kecerobohannya, beruntung Pelangi berhasil kabur dan sekarang dirinya harus lebih waspada dengan apa yang akan terjadi kedepan pada dirinya. Iya tahu, jika Bara bukanlah orang sembarang, pasti tidak semudah itu bisa lepas darinya.

Sekarang pikiran Pelangi begitu kacau, masalah Sherly juga belum selesai, sekarang malah timbul masalah baru, membuat Pelangi semakin jauh merasakan kebahagiaan atau kebahagiaan justru tidak akan pernah menghampirinya? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu jawabannya.

"Yakin? Kalau bunda ngomel gimana?" tanya Pelangi merasa tidak enak, menolak juga rasanya tidak sopan, karena Raino sudah berbaik hati mengantarkannya pulang ke rumah.

"Kenapa harus ngerasa gak yakin, coba?"

Dengan langkah penuh cemas, Pelangi masuk ke dalam rumahnya di temani Raino yang sepertinya tidak ingin jika Pelangi mendapatkan semburan dari Shely sehingga Raino ingin membantunya. Tentu hal itu tidak di ketahui oleh Pelangi, dirinya hanya beralasan jika ingin sekedar mampir.

"Akhirnya kamu pulang nak," ucpa Sherly yang terlihat begitu khawatir, entah dia berlaku yang sebenarnya atau hanya menjalani lakonnya. Tetap saja ketakutan masih Pelangi rasakan, walau tidak terlihat ada kemarahan dari Sherly. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika Sherly akan kembali menghukumnya saat Raino tak lagi berada di rumah mereka.

"Iya bun, maafin aku,"

"Semalam Anggi bersamaku tan, maaf karna tidak mengabari tante, habisnya aku telponin hp tante, tapi gak ada jawaban," ucap Raino beralasan,

"Iya gak papa Ren, yang penting Anggi pulang dalam keadaan baik-baik aja, lain kali jangan di ulangi lagi ya?"

"Iya tan, sekali lagi maafin Raino ya tan,"

"Iya,"

"Bun, Anggi mandi dulu ya, habisnya badan anggi lengket banget," pamit Pelangi, memanfaatkan situasi, walau ia tahu setelah Raino pergi, dirinya pasti akan kena semburan maut.

"Ia nak, bunda siapin makanan buat kamu dan Raino ya,"

"Iya, makasih ya bun." sahut Sherly yang kini sudah berlalu pergi menuju kamarnya untuk segera membersihkan dirinya. Kali ini pikiran Pelangi sungguh bercabang, pasalnya bukan hanyalah memikirkan cara untuk bisa terbebas dari Sherly. Tapi kini Pelangi harus memikirkan cara bagaimana dirinya bisa menghindari Bara yang tidak menutup kemungkinan Bara akan kembali datang untuk mencarinya dan menculiknya kembali. Entah apa kesalahan orang tuanya di masa lalu yang pernah mereka perbuat hingga Pelangi yang harus menanggung derita ini sendirian.

"Ma.., aku mohon segera sembuh, aku butuh mama sebagai penyemangatku," batinnya berucap dan kemudian Pelangi menanggalkan seluruh pakaiannya dan membersihkan tubuhnya yang terasa begitu sangat lengket akibat keringat dan bercampur debu jalanan.

"Kamu tunggu di sini ya Ren, tante mau siapin makanan dulu ," ucap Sherly, sebenarnya Sherly ingin sekali marah. Tapi, saat dirinya melihat wajah ketakutan yang Pelangi sembunyikan, tiba-tiba saja hatinya luluh, mungkin akan lebih baik jika Sherly memberikannya waktu untuk menghilangkan rasa ketakutannya.

"Beres tan," sahut Raino santai yang kini tengah asik bermain game online kegemarannya, sambil menunggu Pelangi selesai mandi.

Pucuk di cinta ulampun tiba, itulah pepatah yang pantas saat Raino melihat Pelangi tengah menuruni anak tangga, kaki jenjang dan mulus milik Pelangi di tambah dengan wajah natural yang bening, serta tubuh sintal yang ideal, membuat Raino terpesona akan kecantikan teman wanitanya itu. Raino memang belum menyadari akan perasaannya. Namun, berada di dekat Pelangi terasa begitu nyaman baginya, bahkan Raino rela melakukan apapun untuk melindungi Pelangi.

"Hai Ren, kamu belum balik?" sapa  Pelangi dan bertanya mengenai keberadaannya yang Pelangi sangka Raino sudah meninggalkan rumahnya dan kembaliu ke rumah sakit untuk menjaga omanya.

"Iya Gi, aku tadinya mau balik. Tapi, aroma masakan tante membuat perutku lapar, jadi aku gak mau menolak tawaran tante dong." Ucap Raino beralasan.

"Dih, alasan kamu terlalu klasik, bilang aja kalau kamu masih betah ketemu aku kan?" canda Pelangi membuat Raino salah tingkah.

"Hahaha, pede banget mbak. Beneran loh, aku gak enak nolak tawaran tante,"

"Hmm, kok aku mencium bau-bau kebohongan ya?" ledek Pelangi yang terus menggodai Raino.

"Bilang aja kamu betah di rumah ku kan? Atau besok kamu pindah aja ke sebelah, tuh pas banget ada rumah yang di jual," canda Pelangi dan itu membuat Raino berpikir, apa sebaiknya dirinya mempertimbagkan ucapan Pelangi.