Melihat ekspresi gadis itu berubah membuat Rafa heran. "Apa sesuatu terjadi di antara kamu sama Pak Juan?" tanya laki-laki itu pada Clara. Ia ingin tahu apa gadis itu dan pria yang bernama Juan memiliki sebuah hubungan? Jika tidak, mengapa gadis itu mengetahui Direktur perusahaannya.
"Ah, nggak kok, Kak. Tadi saya lihat artikel di ponsel dan muncul nama Pak Juan yang merupakan Direktur Penerbit ini, jadi ... saya mau memastikan saja," jawab Clara berusaha menutupi apa yang terjadi antara Juan dan dirinya. Ia berharap laki-laki itu mempercayai apa yang ia ucapkan.
"Oh oke, kalau begitu. Saya harus pergi, kalau ada yang mau ditanyakan lagi kamu bisa hubungi saya," pamit laki-laki itu kemudian pergi dari sana. Kini di ruangan tersebut hanya ada Clara seorang diri setelah Rafa pergi untuk mengurusi pekerjaannya yang lain. Clara menghela napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan, ia harus berusaha tenang agar semua tidak menjadi kacau.
"Oke ... sekarang gue harus tenang dan memikirkan ini baik-baik," ucap gadis itu pada dirinya sendiri.
"Gue udah melakukan hal yang membuat naskah gue sendiri tidak aman."
"Bisa aja Pak Juan nolak naskah gue ataupun mem-blacklist gue."
"Sekarang gue harus minta maaf ke Pak Juan dan bersikap baim padanya mulai hari ini," ucap gadis itu mengatakan apa yang ingin ia lakukan. "Okeee ... gue harus cari Pak Juan dan meminta maaf padanya."
Clara buru-buru mengambil tasnya kemudian keluar dari ruangan tersebut. Ia pergi mencari pria tersebut dan ingin meminta maaf padanya
****
Clara berkeliling mencari pria yang menjabat sebagai Direktur di perusahaan ini.
Gadis itu turun dari lift kemudian berjalan menuju reseptionis tempat awalnya datang.
Ia ingin menanyakan keberadaan Juan di sana. Banyaknya ruangan dan lantai membuat gadis itu sulit mencarinya.
"M—maaf, Mba. Saya mau tanya sesuatu boleh?" ucap Clara pada sang reseptionist. Wanita yang ada di sana dengan mah menanggapinya. Meskipun gugup, gadis itu harus menanyakannya. "Saya mau tanya, ruangan Pak Juan di mana ya?"
Mendengar pertanyaan dari Mira, wanita itu tiba-tiba saja ekspresinya berubah. "Hm ... Maaf, Mba. Sepertinya saya salah dengar, bisa di ulang lagi? Mba mau cari ruangan siapa?" tanya sang reseptionist itu meminta untuk mengatakan orang yang dicarinya sekali lagi.
Clara cukup bingung dengan reaksi wanita tersebut, kenapa sepertinya dia salah mendengar nama atasannya sendiri? Karena di minta untuk mengulanginya lagi Clara pun mengulangi pertanyaannya itu. "Saya mencari Pak Juan, Mba. Pak Juan yang saya dengar dia menjabat sebagai Direktur di penerbit ini," kata Clara memperjelas orang yang ia cari. Pastinya yang namanya Juan bukan hanya satu kan.
Dan reaksi reseptionist itu pun tidak jauh beda dengan reaksi sebelumnya. Dia nampak shok ada seorang gadis kecil yang mencari pria itu. Clara tidak tahu apa yang terjadi, namun gadis itu harus bertemu dengan laki-laki itu dan meminta maaf sekarang juga. Ini pun demi kelancaran proses terbit naskahnya, ia harus mencari pria tersebut dan meminta maaf atas semua kelakuannya selama mereka bertemu. Ia tidak ingin dinilai atititednya jelek sehingga naskahnya tidak jadi diterbitkan karena sikap si penulis yang di nilai jelek oleh sang Direktur.
"Hm ... Maaf, Mba ini keluarganya Pak Juan bukan ya? Kalau iya, keluarga dari mana?" tanya wanita itu lagi pada Clara. Gadis itu mengerutkan keningnya, ia heran kenapa wanita itu menanyakan apakah dirinya anggota keluarga dari pria itu atau bukan?
Karena gadis itu bukan anggota keluarga Juan, ia pun mengglengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Saya bukan anggota keluaranya Mba," kata gadis itu menyatakan dirinya bukan keluarga dari Juan.
"Oh, maaf, Mba. Kalau bukan anggota keluarganya, kita tidak bisa memberitahu di mana ruangan Pak Juan."
"Tapi Mba sudah membuat janji dengan Pak Juan untuk bertemu? Kalau sudah saya akan beritahu Pak Juan kalau salah satu tamunya datang," lanjut wanita itu.
"Eh? Meamangnya sesusah itu bertemu dengan Pak Juan sampai-sampai harus membuat janji dengannya terlebih dahulu?" tanya Clara pada wanita itu. Ia mengerutkan keningnya heran kenapa untuk bertemu dengan Juan saja ia harus membuat janji dengan pria itu.
"Iya, karena jabatan Pak Juan yang membuat beliau tidak bisa bertemu dengan sembarang orang, beliau juga memiliki banyak pekerjaan jadi harus membuat janji terlebih dahulu kalau mau bertemu dengannya," jelas reseptionist itu memberitahu Clara kenapa dirinya harus membuat janji terlebih dahulu dengan pria tersebut juka ingin bertemu dengannya.
Clara memanyunkan bibirnya, karena tidak mungkin menanyakannya pada reseptionist itu ia pun pergi dari sana dan memutuskan untuk mencari keberadaan pria itu sendirian. Gadis itu berjalan kembali masuk ke dalam gedung itu dan mencari pria yang bernama Juan. Karena ia hanya bertemu dua kali dan tidak mengingat bagaimana wajah pria itu, ia membuka kembali artikel yang dibacanya sebelum bertemu dengan Editornya dan menjadikan gambar itu sebagai patokan mencari sang Direktur.
Gedung ini sangat luas, ia mencari di satu lantai saja capeknya luar biasa. Apalagi dirinya harus mencari di seluruh gedung ini, satu hari ini saja tidak akan cukup untuk mencarinya. Karena lelah Clara pun memutuskan untuk beristirahat sebentar dan memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Gadis itu pergi ke kantin dan membeli makanan, ia duduk di salah satu kursi yang disediakan di sana.
Sambil makan ia memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menemukan pria yang bernama Juan itu.
Di saat ia sedang asyik makan, seseorang menghampirinya. Seorang wanita yang cantik sekali.
"Apa kursi ini ada yang menempati?" tanya wanita itu pada Clara, gadis itu seketika menggelengkan kepalanya sebagai jawaban kursi itu tidak memiliki pemilik.
Wanita itu pun meminta ijin untuk duduk bersama dengannya, lagi-lagi Clara mengangguk mengiyakannya, keduanya pun duduk berhadapan dalam keadaan canggung karena masing-masing dari mereka belum saling mengenal satu sama lain. Keduanya saling diam dan menikmati makanan masing-masing, baik Clara maupun wanita itu tidak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak tahu menahu apa yang dilakukan satu sama lain.