Clara diajak ke Rumah Juan oleh Ibunya. Gadis itu keringat dingin karena ia sama sekali tidak memiliki hubungan dengan keluarga ini.
Kenapa gue jadi diminta ke rumahnya, ucap Clara dalam hati. Dirinya merasa tidak memiliki hubungan dengan keluarga ini, tapi wanita itu mengajaknya ke rumahnya. Ini adalah sebuah kejadian yang tidak ia rencanakan namun terjadi.
Ibu Juan membuka pintu rumah kemudian mempersilakan gadis itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Karena sudah dipersilakan oleh wanita itu Clara pun masuk ke dalam rumah tersebut. Dirinya kagum dengan rumah tersebut yang terlihat minimalis namun terkesan mewah. Ternyata ini rumah pemilik redaksi yang ia datangi.
Bagus banget rumah Pak Juan, ucap Clara dalam hati kagum dengan rumah yang ia masuki.
Mata gadis itu terus menyapu seluruh sudut ruangan, rasanya sangat ruji jika satu sudut pun tidak ia lihat.
"Kenapa? Apa rumah ini begitu aneh untuk ditinggali?" tanya Ibu Juan melihat kelakuan Clara.
"Ah, nggak kok. Rumah ini sangat bagus untuk dipandang, maafkan kelakuan saya yang tidak sopan," ucap gadis itu meminta maaf. Ia merasa tidak sopan melakukan hal tersebut.
"Saya tidak peduli pandangan kamu tentang rumah ini, karena saya tidak tinggal di sini," ucap wanita itu membuat Mira bingung. Bagaimana bisa wanita itu masuk ke dalam rumah yang tidak ditinggali olehnya, namun pertanyaan tersebut langsung dijawab saat wanita tersebut mengatakan ini adalah rumah anaknya.
"Juan membeli rumah ini dengan hasil jerih payahnya sendiri, laki-laki itu selalu saja mengatakan dirinya bisa melakukan semuanya tanpa kami orang tuanya. Dia sangat mandiri sampai-sampai orang tuanya tidak boleh ikut campur dalam urusannya. Termasuk dalam mencarikan pasangan hidup untuknya," lanjut wanita itu menceritakan bagaimana anaknya di dalam kehidupannya.
Mungkin itu adalah informasi penting untuk Maggie dan beberapa karyawan penggemarnya juga beberapa media yang sering sekali meliput keseharian laki-laki tampan ini, namun informasi tersebut tidak berguna untuk Clara, meskipun wanita tersebut menceritakan bagaimana anak laki-laki yang beliau urus dari kecil Clara tidaklah peduli. Gadis itu tidak mendengarkannya dengan serius.
Ibu Juan menyuruh Clara untuk meletakan beberapa kantong belanjaannya di dapur, seperti yang Clara duga dapur di rumah ini sangatlah bagus. Gadis itu menyukai dapur di rumah ini.
"Wow, bagus banget dapurnya!" seru Clara saat berada di dapur.
Gadis itu meletakkan belanjaannya di atas meja kemudian melihat-lihat sekitar.
"Kamu suka dapur di rumah ini?" tanya wanita itu dan Clara mengangguk mengiyakannya.
"Juan sangat suka memasak, laki-laki itu membuat dapur senyaman mungkin. Mungkin ... kamu juga suka memasak?" tanya wanita itu tiba-tiba saja.
"Eh? Nggak kok, saya kan sudah bilang kalau saya lebih sering memasak makanan instan, jadi belum bisa dibilang kalau saya suka memasak," ucap gadis itu tidak ingin Ibu Juan salah sangka dengannya. Bahkan gadis itu tidak bisa memasak sama sekali, yang ia bisa masak hanyalah menggoreng telur dan membuat mie instan.
"Oooh, begitu. Kalau begitu, nanti ketika kalian menikah saya minta kamu jangan menyusahkan Juan dalam urusan makanan. Makan saja apa yang dia buat dan jangan protes karena semua makanan yang dimasak oleh laki-laki itu akan terasa sangat enak," kata Ibu Juan memperingati gadis itu untuk tidak menyusahkan anak laki-lakinya kelak tentang makanan.
Clara hanya tersenyum canggung kemudian mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Lagian siapa juga yang akan menikah? Pak Juan menjadikan saya pasangan pura-pura hanya untuk menghindari kencan buta yang Ibu lakukan padanya, kata Clara dalam hati. Gadis itu merasa bersalah karena telah datang ke rumah laki-laki yang bahkan ia kenal satu hari. Seperti ada yang salah dalam cerita ini, kenapa dirinya yang bukan siapa-siapa pria itu datang kerumahnya tanpa sepengetahuan yang punya rumah.
"Kamu sama sekali belum pernah memasak hal lain selain makanan instan?" tanya wanita itu dan Mira mengangguk pelan malu. Gadis itu tidak memiliki bakat dalam hal memasak, sebagai calon menantu dia terlihat sangat malu karena tidak bisa melakukan hal yang kebanyakan wanita bisa.
"Kalau begitu kamu bantu saya memasak mau?" tanya wanita itu lagi pada Mira.
"Eh? Bantu Ibu Masak?" tanya Mira mengulang apa yang dikatakan oleh wanita tersebut.
Ibu Juan mengangguk pelan dan berkata, "Iya, kenapa? Kamu gak mau temani saya memasak?"
"Aaah, nggak-nggak. Bukan begitu. Hanya saja, setelah saya mengatakan kalau saya tidak bisa masak saya pikir Ibu tidak ingin memasak bersama saya," ucap Clara merasa rendah.
Ibu Juan tertawa kecil, apa yang dilakukan oleh Clara terlihat lucu di matanya. "Kenapa kamu berpikir seperti itu? Memangnya saya itu wanita jahat yang akan tidak menyukai calon menantunya hanya karena dia tidak bisa memasak? Hahahaha ...."
"Kalau kamu berpikir seperti itu kamu salah besar. Justru saya akan mengajarinya memasak sampai bisa," lanjut wanita itu tersenyum pada Clara. Mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu membuat Clara terharu, gadis itu tidak percaya kalau wanita di depannya ini sangat baik sekali.
Padahal, saat bertemu kemarin raut wajah Ibu Juan ketika menatapnya itu terasa tidak enak. Clara sudah menyimpulkan sendiri kalau wanita itu tidak menyukai dirinya, namun kedua kalinya mereka bertemu tidak disangka wanita itu sangat baik kepadanya, bahkan yang ia pikir Ibu Juan akan lebih membencinya ketika mengetahui dirinya tidak bisa memasak ternyata semua hanyalah ketakutannya semata.
"Ibuuu, terimakasih!" seru Clara berterimakasih pada wanita itu.
"Eeeeh? Kenapa kamu malah berterimakasih pada saya?" tanya ibu Juan heran.
"Ibu baik banget sama saya, saya pikir Ibu akan membenci saya. Saya takut hal itu terjadi."
Ibu Juan tersenyum, gadis itu sepertinya memiliki perasaan tulus yang tidak akan membuat anaknya bahagia. Akhirnya, Juan menemukan seseorang yang akan membuatnya bahagia, batin wanita itu.
"Yasudah, kalau begitu kita masak sekarang ya," kata Ibu Juan dan Clara mengangguk mengiyakannya. Keduanya pun membuka tas belanja yang berisi berbagai makanan di dalamnya, wanita itu memberi instruksi pada gadis itu harus diapakan bahan makanan tersebut.
Selama memasak Clara terlihat bahagia, gadis itu mendengar dengan saksama apa yang diperintahkan oleh Ibu Juan. Memasak bersama dengan wanita itu sangat menyenangkan, meskipun dirinya beberapa kali melakukan kesalahan wanita itu dengan sabar memaafkannya dan menanganinya dengan santai. Clara senang sekali, wanita ini sudah seperti orang tuanya sendiri karena beliau pun memperlakukannya seperti sang anak.
Ternyata ada sisi positifnya Clara menjadi kekasih Juan, gadis itu tersenyum bahagia mengetahui Ibu Juan sangat baik.
******