Chereads / SHIRO THE MAGICIAN / Chapter 20 - 20. Kucing Pos Satpam

Chapter 20 - 20. Kucing Pos Satpam

Karena penasaran aku pun mengikuti si Adam. Dari perkataan Adam aku baru tahu jika kucing memiliki wilayah masing-masing, walau bukan penguasa wilayah seperti kucing preman tadi pagi yang bergulat. Tapi tampaknya kucing yang ada di bagian depan ini para kucing lemah, misalnya seperti kucing kecil, kucing betina dan kucing tua.

Tebakanku ternyata benar. Lima ekor kucing liar yang telah menunggu di dekat pos satpam persis seperti perkiraanku. Mereka hanya kucing betina dua ekor yang salah satunya sedang bunting, dua kucing remaja dan satu kucing jantan tua yang tak suka keributan perebutan penguasa wilayah yang selalu menjadi perebutan para kucing jantan dewasa lainnya.

Itu terbukti ketika aku mendekati kelompok kecil para kucing di belakang pos satpam itu.

'Mau apa kucing rumahan manja datang ke tempat kelompok kucing jalanan yang tak suka keributan ini?' sambut kucing jantan tua yang berbadan besar dan gagah berwarna hitam putih.

'Maafkan aku sebelumnya. Aku tak berniat mengganggu kalian semua. Aku hanya ingin jalan-jalan saja dan juga melihat berita tentang kucing persia medium yang sedang dicari pemiliknya.'

'Oh... aku belum pernah melihat kucing itu di sini. Coba saja tanya sama mereka berempat nanti setelah makan, siapa tahu mereka pernah lihat. Tapi kalau mereka tak pernah lihat, kalau kamu berani, cobalah tanya pada kucing-kucing preman di belakang apartement ini! Di sana tempat berkumpulnya informasi. Tapi aku rasa sebaiknya kamu jangan ke belakang.'

'Yah... terimakasih atas nasehatnya pak.'

Ketika kami sedang asik berbicara Adam datang ke tempat kami berada di belakang pos membawa beberapa mangkuk plastik kecil warna warni.

'Kami akan makan siang, apa kamu bergabung?' si kucing tua hitam putih berbaik hati menawarkan makan bersama.

'Tidak pak, terimakasih atas tawarannya. Saya sudah makan sebelumnya.'

'Oh, baiklah. Kalau begitu kami makan dulu.' Ucapnya ramah sambil mendekati Adam.

Para kucing liar berlarian mengikuti langkah Adam. "Eh... beri om jalan. Nanti kalian terinjak, nangis." Ucap Adam diiringi tawa ceria melihat para kucing mengikutinya.

Adam membariskan mangkuk kosong di rumput belakang pos lalu dengan cepat ia menyendok nasi dengan ikan rebus yang ada dalam kantong plastik biru. Para kucing liar segera mendapatkan jatah masing-masing satu mangkuk nasi.

Setelah memastikan para kucing liar itu makan, Adam mengambil air bersih dari keran dengan mangkuk yang agak besar kemudian meletakkan di hadapan kucing liar itu.

Aku hanya bisa memperhatikan tanpa minat karena peruku selalu terisi penuh makanan enak yang dibuatkan mami.

Adam mendekatiku setelah membagikan makanan, berjongkok sebelum duduk bersila di belakang pos bersamaku memperhatikan lima ekor kucing liar yang sedang makan dengan lahap. Adam tertawa sendiri karena merasa senang melihat sekali lagi ia bisa memberikan para kucing liar makan.

Hanya sesaat saja memperhatikan para kucing liar makan, Adam kembali ke pos jaga setelah menyuruhku untuk tidak pergi keluar pagar apartement. "Ingat, jangan keluar!"

Aku mengeong sekali sebagai jawaban setuju. Setelah kepergian Adam, aku melihatnya dari belakang sebelum mendekati para kucing liar yang sedang makan. Karena empat kucing lainnya belum sempat aku tanyai untuk mencari informasi tentang kucing yang sedang dicari pemiliknya pagi tadi.

'Kami sedang makan, tunggulah sebentar lagi!' si kucing tua hitam putih mengingatkanku yang kini duduk tepat di hadapan para kucing liar yang sedang makan.

'Tenanglah pak. Aku tak akan mengganggu dan aku hanya ingin melihat kalian saja.'

'Apa kamu tak pernah melihat kucing liar makan bersama?' tanya si kucing betina, bercorak tortie yang tengah bunting.

Aku mengibaskan tangan kiriku. 'Aku baru saja beberapa hari ini menjadi kucing, jadi ya... ini pertama kalinya aku meihat bahkan dari dekat.'

'Baru beberapa hari?!' seru para kucing dewasa keheranan.

'Apa maksudmu? Bukankah kamu sudah cukup dewasa, yang artinya kamu sudah lama menjadi kucing?' si kucing tua menanyaiku karena kurang percaya dengan ucapanku.

Aku menarik nafas sebelum menjawab. 'Sebenarnya aku ini sebelumnya manusia. Aku seorang manusia dengan kemampuan sihir tingkat menengah. Beberapa hari yang lalu di tempat tinggalku terjadi insiden, aku terlibat langsung dalam kejadian itu! Aku sebagai pemilik kemampuan sihir, menggunakan kemampuanku untuk mencegah terjadinya insiden yang fatal! Lalu karena aku melepas segel kemampuan untuk dapat digunakan secara berlebihan, aku pun mungkin tewas atau terkena kutukan dan berubah menjadi kucing seperti sekarang ini!'

'WAW!!' komentar dua kucing yang baru beranjak menjadi remaja mendengar ceritaku.

Aku hanya bisa tersenyum menanggapi komentar dua anak kucing itu.

Si kucing jantan tua berdehem. 'Baiklah. Anggap kami yang hanya kucing ini percaya, karena kamu sebenarnya juga memiliki bau seperti manusia walau tidak begitu jelas! Melihat tingkahmu yang penasaran dengan kami juga sifat manusia.'

'Benar apa kata Pak Tom.' Ucap betina muda warna oren dan bercorak marbel.

'Jadi bagaimana menurutmu, kucing yang dulunya manusia setelah melihat kehidupan para kucing yang sebenarnya?' si betina tortie bertanya dengan nada sinis.

'Kalian kelompok yang tenang.'

'Kamu akan sedikit terkejut kalau kepala preman kebetulan datang mengacau di sini.' Sela kucing remaja jantan tiga warna, hitam, abu-abu dan putih plus bulu ekor yang sedikit panjang. Tampaknya si remaja jantan itu hasil persilangan.

'Yeah... pagi tadi sepertinya aku kebetulan bertemu kepala preman sedang bergulat dengan. Untunglah Adam dan rekannya segera mengusir mereka!'

Ke lima kucing liar itu berhenti mengunyah dan melihat padaku bersamaan. Mereka sepertinya terkejut mendengar perkataanku.

'Sepertinya kamu antara beruntung dan juga sial jika sempat diperhatikan si preman!' si kucing jantan tua berkata dengan tenang lalu kembali mengajak anggotanya untuk makan.

'Preman yang kalian maksud itu tidak sempat memperhatikan keberadaanku karena dia segera berhadapan dengan satpam tadi pagi. Dia berani melawan manusia walau seekor kucing!'

Ke lima kucing liar yang sedang makan sambil mendengar ceritaku itu kembali terdiam memperhatikanku. Lalu si kucing jantan tua mulai kembali bersuara.

'Dia memang sering menyerang manusia kalau diusik sedang berkelahi dari yang pernah aku dengar. Manusia yang nekat melarangnya tanpa persiapan akan digigit dan dicakar sampai berdarah! Sekarang sebagai kucing, kamu harus waspada dengan para kucing liar yang ada di belakang apartement ini. Mereka ada yang baik, tapi ada juga yang licik!'

'Tenang saja pak, bagaimanapun aku ini masih memiliki sedikit kemampuan sihirku semasa menjadi manusia!'

'Baguslah kalau begitu. Sebentar lagi kami akan siap makan. Kamu boleh bertanya lebih banyak lagi tentang kucing hilang yang kini sedang dicari pemiliknya pada anggota kelompok ini.'

Aku tersenyum sebagai jawaban, kemudian aku duduk berteduh di bawah pohon dengan rumput hijau yang terawat tidak jauh dari para kucing jalanan itu. Enak sekali berteduh sambil tiduran di bawah pohon. Angin dari gedung-gedung tinggi di sekitar apartement cukup kencang terasa ke bawah.