Chereads / MY BLOOD'S DEVIL AND ANGEL ! / Chapter 21 - Bagian Ke Dua puluh satu

Chapter 21 - Bagian Ke Dua puluh satu

KISAH PERJALANAN ANTONIO : PEMBUNUH BERANTAI 3

Aku pun mulai berubah bentuk menjadi Devil, ketika lelaki itu mulai menancapkan batang besi untuk perapian ke tubuhku. Aku mulai bertanduk, rambut hitamku mulai memanjang. Tangan dan jari serta kuku mulai runcing, lengkap dengan sayapku.

"I ... iblis !" teriak lelaki itu, ketakutan.

"Kenapa takut? bukankah aku adalah dirimu ?" tanyaku dan tertawa.

"Inilah aku yang ada didalam hatimu, kebencianmu dan juga kemarahanmu terwujud menjadi aku !" aku tersenyum menyeringai.

Dia melemparkan salib kayu kepadaku, aku melihatnya dan mengamblnya lalu menghancurkannya.

"Percuma, kamu melempar benda suci ini, kalau hatimu kotor dan hitam sepertimu! pertolongan pun hanya sia-sia belaka, bagai tikus terperangkap !" aku mendekat. dan dia tersudut di pojokan.

"Kemana seringai jahatmu itu tadi? kini kamu berubah seperti kami yang ketakutan! kamu kini merasakannya bukan ?" aku menyentuh pipinya dengan kuku jariku yang runcing sehingga mengeluarkan darah, dari pipinya, dia pun meringis sambil menangis.

"Sakit? oh ... kasihan !" aku tersenyum dan menjilati pipinya dengan lidahku yang panjang dan runcing.

"Enak sekali darahmu! kamu mau? kan suka darah ? hi ... hi ...!" tawa seringaiku.

"A... A... ampun ... to ... tolong aku !" ucapnya terbata, air matanya meleleh.

"Apa kamu tahu sayang! rasanya, itu sering diucapkan korbanmu bukan? dan kamu tahu apa sikapku? TIDAK PERDULI ...!" aku kembali tertawa.

"Bunuh aku sekarang !" katanya terengah.

"Tidak semudah itu! kamu harus merasakan akibatnya dahulu atas semuanya! aku akan perlihatkan sesuatu kepadamu !" aku pun menggerakan tanganku, ia menjerit seketika. Ya aku perlihatkan perbuatannya selama ini tepat di depan matanya, setiap kali ia menyiksa korbannya ia akan merasakan sakit korbannya.

Aku kini berpaling kepada kedua gadis itu yang kini ketakutan saling berpelukan erat.

"Jangan-jangan sakiti aku !" teriaknya, aku tersenyum dan menggerakan tanganku mereka pun pingsan.

Aku kembali ke wujud semula, sementara lelaki itu masih dalam pengaruhku. Aku memutuskan pergi dan mengambil tas ransel serta barang-barangku yang hangus terbakar. Aku mengibaskannya dan kembali seperti semula seperti tidak pernah terbakar.

Ternyata benar, rumah ini sangat besar. Berdiri diatas bukit di sebuah ranch yang luas, milik seorang kaya di daerah itu. Aku menatapnya sebentar lalu pergi melanjutkan perjalanan. Setiap manusia mempunyai rasa iri dengki dan juga dendam. Bila tak segera di diatasi akan menjadi iblis dihatinya.

-----------------------

Aku tiba di sebuah kota yang cukup besar dan ramai. Aku kini sedang berada di penampungan di sebuah gereja. Seperti biasa disini disediakan tempat tidur, kamar mandi dan juga makanan. Semua yang tinggal berada disini adalah para gelandangan, tuna wisma, pecandu narkoba dan juga orang sepertiku.

"Breaking news, berita mengejutkan dan menggemparkan! seorang pembunuh berantai gadis remaja baru saja di tangkap! dalam kondisi tidak karuan dan berteriak didalam sebuah rumah besar milik pengusaha kaya Jaferson! ditemukan juga dua korban selamat, sementara ada dua korban tewas di kubur di belakang rumah dan juga dua kuburan lain yaitu kedua orang tua tersangka yang dinyatakan hilang oleh keluarganya ..." itulah isi berita itu dari sebuah televisi yang berada di penampungan itu, tapi tidak diperdulikan orang lain.

Malam pun tiba, kami semua tertidur. Keesokkan harinya terjadi kehebohan, karena banyak barang yang hilang di curi, semua saling menyalahkan karena memang ada tunawisna yang di curigai yaitu seorang pria berkulit hitam. Tapi dia menolak karena sudah tobat, dia menantang semua untuk memeriksa barangnya. Terrnyata semua barang ada padanya, semua berusaha mengeroyoknya.

"Maaf bukan dia pelakunya !" kataku menengahinya.

"Kamu membelanya ?" tanya yang lain.

"Bukan hanya kalian saja yang kehilangan tapi barangku juga! sayangnya dia sepertinya membuang salib emasku! dia mengira itu hanya sepuhan biasa! dan itu tak ada padanya !" jawabnya.

"Benarkah ?" tanya yang lain tak percaya.

"Coba lihat, semua yang ada pada dirinya hanya barang saja bukan? bagaimana uang kalian apa tidak hilang juga ?" tanyaku dan semua salng pandang dan semua pun memeriksanya.

"Uangku hilang !"

"Aku juga !"

"Nah, pelakunya hanya mengincar uang saja, sedang barang-barang di timpakan kepada orang lain yang reputasinya sudah ketahuan tapi dia tidak !" jawabku.

"Lalu siapa pelakunya ?" tanya mereka.

"Ya, sekarang sedang mencari salibku yang di buangnya !" jawabku tersenyum dan aku ke luar, di sana ada seorang lelaki bertato dan sepertinya seorang pencandu narkoba. Sedang memegang salibku tapi dia menolak dan mengakui itu miliknya.

"Aku sih tidak apa-apa kalau memang benar itu milikmu, tapi dengan syarat tidak mengotorinya karena salib itu bukan sembarangan, asal tahu saja punyaku mempunyai kutukan! dulu salib itu milik seorang biarawan tapi sayang dia di bunuh dan salib diambil oleh sang pembunuh! dia bersumpah bila salib itu di perggunakan untuk hal buruk ia akan mati atau minimal kesialan dalam hidupnya !" jelasku. Sepertinya ia tak percaya.

Dia pun pergi, belum berapa lama ia terserempet mobil. Dan semua melihatnya dan saling pandang.

"Tunggu, ia pelakunya ?" tanya merela baru tersadar dan semua mengejarnya. lelaki itu terkejut dan lari. Kembali beberapa kesialan di alaminya.

"Terima kasih, telah menyelamatkanku !" ucap bapak-bapak itu.

"Sudahlah, anda menang di fitnah! dia melakukan itu hanya mencuri buat membeli narkoba saja !" kataku.

"Aku Sam !" kenalnya. Aku memberitahu siapa namaku.

Tak lama semua kembali dan meminta maaf karena mencurigai lelaki itu mengambil barang sedang uang mereka untungnya bisa berhasil kembali, tapi mereka meyakini salib itu milikku, karena sesuai dengan ceritaku yang tidak bohong lelaki itu mendapat kesialan.

"Kamu dari mana dan mau kemana ?" tanya mereka. Aku menceritakan asal dan tujuanku.

"Oh kamu pendeta ?" tanya mereka,

"Bukan hanya dibesarkan di sana! aku belum di sumpah menjadi pendeta atau pastor !" jawabku dan mereka mengangguk.

"Tunggu ini tas ranselmu? aku menemukannya berserakan di mana lelaki itu berdiri !" tanya seseorang dan aku mengangguk.

"Hanya ini punyamu ?" tanya mereka heran, melihar barangku cuma alkitab dan jubah pendetaku.

"Ya ini barang berhargaku! selain salib yang di bawa lelaki tadi! alkitab ini aku dapat dari seseorang katanya ini juga bukan sembarangan, ini asli dari ribuan tahun lalu !" kataku sambil menunjukan isi alkitab yang bahasanya berbeda dengan dilihat sekarang dan sudah tua.

"Ini jubahku! aku memakainya sejak aku tinggal di biara dan ini awet! bila musim dingin bisa menghangatkan ini cukup tebal tapi bila musim panas berubah jadi sejuk !" jelasku pakaian itu seperti baju pendeta abad pertengahan, berwarna coklat panjang sekaki. Semua hanya mengangguk.

Tiba-tiba datang seseorang dan membawa salibku ! semua terkejut dan itu teman si lelaki. Dia mengatakan lelaki itu sudah mati ditembak oleh seorang pengedar karena tidak mau menerima salibku sebagai ganti untuk sebungkus narkoba yang ia inginkan. Aku menerimanya dan aku ke wastapel untuk mencucinya sebelumnya aku berdoa terlebih dahulu untuk kembali mensucikan salib itu gelang dengan bulir-bulir bulat sebanyak 10 buah di sekelilingnya yang terbuat dari kayu mahoni.

"Apa yang kamu lakukan ?" tanya mereka.

"Tentu saja mensucikan salib ini kembali karena telah kotor !" kataku.

"Kamu tidak takut itukan salib kutukan ?"

"Tentu saja, aku tidak melakukan kejahatan! dan ini sudah diberikan secara ikhlas kepadaku bukan mengambilnya dari seseorang !" jawabku. Setelah itu aku memasukan ke tas ranselku dan pamitan pergi ...

Bersambung ...