Chereads / MY BLOOD'S DEVIL AND ANGEL ! / Chapter 27 - Bagian Dua puluh Tujuh

Chapter 27 - Bagian Dua puluh Tujuh

PETUALANGAN ANTONIO : MISTERI SEBUAH LUKISAN 3

"Ha ... ha ... ! ini seperti sulap saja !" lelaki si pengacara tertawa terbahak. Semua melirik kepadanya.

"Ini adalah pertunjukan yang sangat menarik !" ujarnya lagi.

"Aaaa ... !" sebuah teriakan tertahan dari semuanya, ketika melihat tangan iblisku muncul.

"Mahluk astral tidak bisa di lihat dengan mata biasa! tapi akan aku buktikan cukup dengan tangan iblisku saja !" kataku dengan senyum seringai.

"Pak pengacara ... atau bisa di sebut anda lah pemilik sebenarnya dari lukisan ini sekarang !" tunjukku dengan tangan dan jariku yang panjang dan runcing. Muka si pengacara mendadak pucat.

"A ..pa maksudmu ...! jangan main-main !" serunya ada rasa marah.

"Mengaku saja ... karena wanita itu ada di sebelahmu! waktumu tidak banyak, kalau tidak ingin mati tapi bila kamu memang begitu ... ya, terserah hi ... hi ... !" tawa pelanku menggema, menggerakan bulu roma setiap yang mendengarnya.

"Aaaa ... !" teriakan kembali terdengar, semua seakan tak ada habisnya terkejut dengan apa yang di saksikan kali ini.

"Siapa dia ... ?

"Monster... ?

"Iblis ...?

"Lihat ... i ..tu ...ada wanita transparan di samping lelaki itu !" begitulah berbagai ucapan keterkejutan mereka. Lelaki pengacara seperti patung tak bergerak sama sekali.

"Tolong ... tolong selamatkan ayahku !" tiba-tiba seorang perempuan berteriak, semua menjadi panik. Perempuan itu berlari kearah lelaki yang berdiri mematung sedangkan wanita transparan ini kini menampakan diri dengan wajah cantik pucat menyeramkan ada rasa marah dalam dirinya dan tangannya siap mencekik lelaki itu yang tidak berdaya atau bergerak sedikit pun.

"Namaku Diana, Mr Thomson akulah yang menelpon dan memberikan katalog pelelangan itu !" katanya sambil berurai air mata dan menatap kepada bosku yang juga masih terkejut atas tingkahku.

"Tolong aku mr Thomson !" dia mendekati lelaki itu dan menceritakan apa yang terjadi semua yang panik terdiam kaku, mereka tidak bisa berbuat apapun. Mr Thomson melihat kepadaku.

"Mona ... benar itu namamu ?" tanyaku akhirnya mengerti dan menatap gadis itu yang berdiri disamping pria yang sebenarnya kakinya tidak menyentuh lantai.

"Betul ... " ucapnya datar dan dingin. Semua terdiam mendengarkan.

"Kenapa kamu mau membunuhnya? apa dia yang membunuhmu ?" tanyanya. Perempuan bernama Mona itu menggeleng.

"Jadi setiap lelaki kaya yang membeli tempatmu akan kamu bunuh? akan ku beritahu dia masih hidup! tapi tidak di sini! dia berada di tempat yang jauh dan sudah tua sekali !" kataku perempuan itu menatapku tajam.

"Dia tak ada apa-apanya bagimu !" lanjutku.

"Tapi, bila kamu tetap membunuhnya! sayang sekali ... kamu tidak bisa membalaskan dendammu !" tanganku menyentuh bunga matahari di dalam lukisan dan secara mengejutkan satu persatu kelopaknya jatuh ke lantai, semua menatapnya tak berkedip.

"BRUGH ... !"

"AYAH ... !"

Sebuah hembusan menerpa wajahku, wanita itu sudah berada dihadapanku dan kini menatapku sedih.

"Aku akan menolongmu! masuklah ke dalam lukisan !" kataku, wanita itu menunduk dan menghilang. Tak lama wanita itu sudah kembali ke lukisan dan kelopak bunga matahari menghilang, semua seperti lukisan biasa. Hanya kini ekpresi wanita kelihatan sedih. Semua tertegun.

Lelaki itu pingsan dan terjatuh, putrinya Diana berlari dan memeluknya sambil menangis.

"Dia tidak apa-apa! Diana, bolehkah lukisan ini aku ambil ?" tanyaku.

"Silahkan, dan bawa pergi lukisan itu !" isaknya, aku mengangguk.

"Direktur lelang, aku ingin mengirimkan lukisan itu ke suatu tempat! kita tak bisa menghentikan hal ini! biarkan dia menyelesaikan apa yang di perbuat di masa lalu !" kataku kepada direktur pelelangan dan dia mengangguk. Aku mengambil kain dan menutup lukisan itu dan beberapa orang membawa lukisan itu pergi atas perintah direktur, aku kini seperti biasa lagi.

Aku kembali ke bangku, seseorang telah menelpon petugas medis dan lelaki itu di bawa ke rumah sakit untuk perawatan, sementara pelelangan di hentikan sementara. Semua terdiam, bingung dan tak mengerti dengan apa yang terjadi.

------------------

Kami sedang duduk di sebuah restoran, dan sudah menyantap makanan. Ada suasana hening, padahal ramai sekeliling dengan obrolan. Hanya suara denting piring dan sendok saja ketika kami makan, tak ada yang berbicara semua sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Aku sebenarnya tidak aneh dengan itu, walau tidak percaya tapi nyata! siapa sebenarnya kamu ?" tanya tuan Emerson dan di ikuti oleh yang lain termasuk istrinya dan Mr Thomson, aku menghela nafas dan memutuskan menjelaskan semuanya tentang jati diriku, semua terdiam. Aku tidak perduli apa mereka percaya atau tidak.

"Maafkan aku !" ucapku.

"Tidak apa-apa, aku sudah tahu !" jawab Mr Thomson,

"Ya aku juga ... wow, rasanya tak percaya! tapi menarik !" tuan Emerson pun setuju begitu pun istrinya, hanya itu tak ada pertanyaan lainnya.

Keesokan harinya kami mendapat kabar, Mr Thomas yang mengaku si pengacara ternyata pemilik sebelumnya lukisan Mona sudah membaik tapi dia tak banyak berbicara tentang masalah yang terjadi, putrinya yang mengabarkan itu dan berterima kasih. Mr Thomson terdiam.

"Kurasa, dia sayang kepadaku juga !" ucapnnya di pesawat dalam perjalanan kembali.

"Ya, dia selalu berada di sisimu !" kataku dia tertegun dan menatapku.

"Dia kecelakaan bukan ?" tanyaku.

"Dia sedang menuju pulang! bersama tunangan pilihannya bukan lelaki yang di jodohkan oleh anda! jangan khawatir! anda tidak sendirian Mr Thomson! setelah istri anda menyusul putrinya ada penerus darinya yang harus anda besarkan penggantinya !" ucapku, dia terkejut tak percaya.

"Hubungan mereka bukan sekejap tuan Thomson! sebelum bertunangan mereka sudah berpacaran lama! sejak SMU sampai bekerja, tentu saja ada hubungan di antara keduanya! anda tahukan kedua orang tuanya pun kehilangan yang sana dengan anda! tapi ada seseorang putra yang menjadi penghubung putri anda dan mereka dengan anaknya !" jelasku, Mr Thomson tertunduk dan menghela nafas, dan dia terisak rasa sedih dan terharu.

Beberapa hari kemudian, ada sebuah paket datang ke toko barang antik. Aku dan Mr Thomson tertegun.

"Bukalah, mungkin lukisan itu! aku mau pergi dulu !" katanya seperti biasa dan aku mengangguk tersenyum. Tapi kepergiannya kali ini menjemput cucunya yang berumur 10 tahun yang di tutupi oleh mendiang putrinya karena ketidak setujuan atas pilihan hidupnya oleh kedua orang tuanya. Cucunya mungkin sebagai pengobat rasa sesal dari keputusannya itu, Mr Thomson menjadi lebih dekat dengannya. Semua yang terjadi di toko barang antik di serahkan kepadaku. Aku terkejut.

"Aku percaya kepadamu Antonio !" ucapnya hanya itu, dan aku tak bisa menolaknya, kurasa hal ini memang yang bisa kulakukan saat ini. Dan aku menerima pekerjaan dan tanggung jawabnya.

"Baik mr Thomson !" jawabku, dia tersenyum. Dan benar itu lukisan Mona. Aku menatap wanita yang berada di lukisan yang tersenyum puas.

"Oke, kamu istirahatlah sekarang !" kataku dengan tersenyum dan menuju ruang basement toko, aku mengambil kunci dan membuka brangkas besi besar dan memencet tombol rahasia yang hanya di ketahui oleh Mr Thomson dan aku sendiri, ketika di buka ... banyak barang dengan aura hitam kuat sekali di sana ! ada apa saja di dalamnya ? .... rahasia ...

Dan aku pun menyimpan lukisan itu disana, dan tersenyum kemudian menutup pintu berangkas itu kembali.

"Dia itu kan iblis ..."

"Aku ingin darah ..."

Bersambung ....