Chereads / MY BLOOD'S DEVIL AND ANGEL ! / Chapter 32 - Bagian Tiga Puluh Dua

Chapter 32 - Bagian Tiga Puluh Dua

PETUALANGAN ANTONIO : PETUALANGAN KE DUNIA LAIN 1

"Wow, Ana rumah nenekmu besar sekali !" Rob kagum ketika kami tiba di depan rumah yang dituju, memang besar dan berlantai tiga dengan pekarangan yang cukup luas.

"Ah tidak, ada yang lebih besar lagi dari ini! rumah keluarga Richadson, orang terkaya di kota ini! hampir separuh properti toko di kota ini miliknya !" kata Ana. Kami hanya menganggu saja, ketika masuk kami di sambut oleh pembantunya bernama Adelle.

"Selamat datang nona Ana !" ucap perempuan tua yang sudah beruban.

"Terima kasih bibi! aku kemari hendak menjual beberapa peninggalan oma! bibi tahu bukan? oh iya Aunty Merry mana ?" tanya Ana. Perempuan itu mengangguk, sepertinya sudah tahu kedatangan kami.

"Oh, mereka belum pulang dari gereja nona !" jawabnya, Ana hanya mengangguk dan kemudian membawa kami ke lantai tiga rumah neneknya itu.

Ruangan dalam rumahnya termasuk luas, banyak barang antik. Seperti kembali ke masa lalu. Ana mengatakan sekarang ini paman dan bibinya yang menempati rumah ini untuk sementara, karena pamannya Arnold sudah pensiun dari tempatnya bekerja sementara rumah mereka kini di tempati putrinya.

Mamanya tidak keberatan, karena tidak akan menjual rumah ini sampai kapan pun juga, sayang kalau dibiarkan kosong. Keluarganya hanya pada tertentu saja datang kesini.

"Kalau boleh tahu? kenapa barangnya ingin di jual ?" tanyaku. Ana tertegun, aku mengerti.

"Tidak apa-apa, katakan saja! apa ada sesuatu di barang antik itu ?" kataku, Ana mengangguk.

"Sudah ku duga! dan itu tidak masalah kok! toko kami menerima barang yang ada isinya !" jawabku tersenyum.

"Ada isinya? kok bisa? apa semua bisa seperti itu ?" tanya Rob.

"Begini setiap barang tua, memiliki memori atau energi baik positif atau negatif! bisa saja barang itu menyimpan kenangan indah dari sang pemiliknya, misal foto, lukisan atau perhiasan! tapi bisa jadi kebalikannya, yang mungkin sudah ada di benda atau barang yang kita beli, atau hadiah yang memiliki hawa negatifnya yang sudah menempel dari awalnya !" jelasku, Rob dan Ana hanya mengangguk.

Ana membawa kami ke sebuah kamar di pojokan, dia membuka pintu kamar karena sudah tertutup lama. Gadis itu menggerakan kuncinya perlahan karena takut dan gemetaran. Aku mengambil alihnya, dia tertegun tapi tak keberatan.

"Kamar ini menyimpan sesuatu! aku bisa merasakan hawa aneh! dan sudah tertutup lama, seakan tidak ingin mengingat lagi sebuah peristiwa besar yang terjadi !" kataku, kedua temanku hanya terdiam.

"Ada cermin kah di dalam ?" tanyaku, Ana terkejut.

"kok kamu tahu ?"

"Cermin baru ya ?" kataku lagi. Ana terdiam.

"Paman Arnold yang membelinya !" Ana pun menceritakan tentang cermin, kamar dan juga pamannya.

"Jalan 66 ya ?" kataku tersenyum. Ana dan Rob terkejut.

Pintu kamar pun di buka, sebuah hawa aneh menyeruak keluar dari dalam kamar. Membuat siapa pun merinding.

"Kalian jangan kaget ya !" kataku kemudian, Rob dan Ana saling pandang dan aku pun membalik tubuhku, keduanya melotot.

"Jangan takut, ini aku yang sesungguhnya! bila berhadapan dengan mahluk seperti ini aku berubah !" kataku tersenyum, tanganku mulai berubah, sebagian wajahku pun sedikit berubah.

"I ... iya !" ucap mereka pelan.

"Itu cermin terkutuk !" tunjuk tanganku yang memanjang dan jari serta kuku yang runcing.

"Maaf, Antonio ... kamu sebenarnya siapa ?" tanya Ana agak ragu dan takut. Aku menatap keduanya.

"Dalam darahku ada Devil dan juga Angel !" jawabku.

"Jadi setengah devil, Angel dan juga manusia! jangan bertanya kenapa aku seperti ini, karena aku sedang mencari asal usul diriku dan juga kedua orang tuaku! aku sejak lahir di titipkan di sebuah gereja terpencil !" aku menceritakan asal usulku. Keduanya agak lega walau sedikit takut.

"Tapi aku bukan mahluk jahat! karena masih ada sisi manusia dan angelku !" kataku.

"Ini semua keluar karena bila ada sesuatu yang jahat !" sambil memperlihatkan tanganku yang berubah.

"Maksudmu dari cermin itu ?" tanya Rob. Aku menggerakan tangan devilku. Kini terlihat yang tak terlihat, keduanya memekik terkejut dan mundur ke belakang tubuhku.

"Oh my God !" ucap keduanya.

"Bagaimana? dengan tangan devilku kini kalian bisa melihat alam lain yang kita tak sadari !" kataku tersenyum menyeringai. Suasana kamar begitu mencekam hawa dingin pun terasa, kami merasa di perhatikan oleh sesuatu yang tak kasat mata.

"Cermin itu pintu gerbang ke dunia lain !" aku pun mendekat dan menempelkan ujung kukuku ke cermin dan seperti air lembut dan kenyal.

"Apa tidak apa-apa ?" tanya Ana, khawatir.

"Kalian aman di dekatku! di dalam tubuh pamanmu ada sesuatu yang menempel kita harus mencari tahu !" Aku menggerakan tanganku seperti mengunci pintu cermin dan seketika suasana kamar berubah seperti biasa.

"Oh, astaga !"

"Aku tak percaya !" ucap keduanya.

"Aku sudah mengunci cermin itu! ada seseorang yang sudah membukanya !" kataku, dan memperhatikan keseluruh ruangan, semua di tubuhku kembali seperti semula. Rob dan Ana memperhatikanku, mungkin tak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi.

"Ini kamar wanita ?' tanyaku.

"Entah, mungkin! aku tak pernah masuk ke sini! Aunty Serena yang memberikan kunci itu, dan memintaku mencari toko barang antik untuk menjual benda yang ada di sini! dan mama sepertinya tidak keberatan !" jelas Ana yang tertegun melihat semua yang ada di kamar ini.

"Entah, suasananya vintage banget! seperti tahun 1900 an !" tambah Rob dan memang ada foto hitam putih berdebu yang memperlihatkan seorang wanita cantik menggunakan gaun panjang agak ketat dengan topi berbulu. Ana dan aku mengangguk.

"Ternyata betul ... ada rasa marah, sedih terkumpul menjadi satu! bunuh diri karena cinta !" kata ku ketika mengambil foto itu. Ana dan Rob hanya terdiam.

"Ana, sepertinya bibimu sudah pulang !" ujar Rob sambil menunjuk ke bawah dari jendela kamar, aku dan Ana pun melihat dan memang betul.

Ana mengajak kami keluar kamar, katanya jangan sampai paman Arnold tahu tentang hal ini. Ana mengunci kembali pintu dan menuju ke bawah bersikap biasa, begitu pun kami.

-------------------

Ternyata bibi Ana sangat baik dan ramah, walau sudah tua masih ada sisa kecantikannya. Sementara paman Arnold, berkulit putih berkumis dan bertubuh tegap agak pincang jalannya dan menggunakan tongkat, wajahnya agak pucat. Dia tidak banyak berbicara dan pamitan untuk istirahat di kamar. Setelah dia pergi Ana pun memperkenalkan aku kepadanya. Terlihat raut wajahnya agak lesu dan dia menghela nafas.

Bibi Ana menceritakan peristiwa dua tahun lalu, waktu itu suaminya pergi untuk urusan bisnis, tanpa di duga dia melewati jalan 66 itu. Setelah itu dia seperti menghilang selama dua minggu, tak ada kabar. Hingga di adakan pencarian sampai akhirnya di temukan mobilnya terpakir di pinggir jalan, tepatnya pertengahan jalan 66. Tak lama dia ditemukan dengan kondisi linglung, pakaiannya masih rapi tapi ada luka di kakinya, ketika di tanya dia tidak ingat apapun. Sejak saat itu dia sering bertingkah aneh, menurut dokter dia sehat tidak kurang apapun. Istrinya sering mengajaknya ke gereja, tapi wajahnya terlihat dingin padahal sebelumnya selalu ceria.

Puncaknya ketika dia membeli sebuah cermin entah dari mana, sejak itu di rumah ini seperti berbeda dan menyeramkan. Ketika ada pastor kemari, cermin itu di sembunyikan entah dimana, akhirnya dia tahu. Kamar itu adalah dulu tempat sepupu dari neneknya yang meninggal di usia 20 tahun karena bunuh diri akibat putus cinta, sejak saat itu kamar itu di tutup.

Ana dan Rob sempat melirik ke arahku, sepertinya apa yang ku katakan sesuai dengan cerita yang di ungkap bibi Ana. Dia pun meminta kami istirahat dan nanti sore mengobrol lagi. Pembantunya mengajak ke kamar, Ana menuju kamar yang bersebelahan dengan kamarku dan Rob. Karena kami berdua sekamar.

Bersambung ...