PETUALANGAN ANTONIO : MESTERI SEBUAH LUKISAN
"Seni lukis di bagi menjadi beberapa gaya, antara lain gaya Barok yaitu lukisan yang lebih bergaya realisme dan penuh warna, gaya Resenaissance yaitu pelukis yang mulai mempelajari anatomi tubuh serta prespektifnya, yang ketiga gaya impressionis ..." Begitulah dosen sejarah seni menjelaskan semuanya tentang lukisan dari pra sejarah sampai sekarang, bagi yang lain ini cukup membosankan. Tapi bagi 30 mahasiswa yang mengikutinya termasuk aku tetap fokus karena dosennya terbilang galak.
"Teng ... teng ...!" terdengar suara bel berbunyi, mata kuliah selama 3 jam itu selesai sudah.
"Jangan lupa, lusa terakhir makalah di kumpulkan! bila terlambat nilai akan di kurangi !" katanya dengan sikap cuek tidak perduli mata kuliahnya di dengar, di perhatikan atau tidak. Dia pun keluar duluan, setelah itu mahasiswa yang lainnya.
"Lo udah buat ?" tanya Rob temanku bertubuh biasa dan berkaca mata. Aku mengangguk.
"Iya dong, lo tahu kan dia seperti apa! materinya pun susah! gue harus bergadang di perpustakaan !" kataku sambil merenggangkan tubuh.
"Bagaimana dengan lo ?" tanyaku, dia mengangguk.
"Sama, gue juga !" keluhnya, akhirnya aku pamitan pergi untuk bekerja sambilan, Rob tahu tentang hal itu, hampir sebagian mahasiswa melakukan hal sama denganku, tentu dengan pekerjaan yang berbeda.
Kebanyakan untuk menambah uang saku, lainnya mengisi waktu luang dan sebagainya. Dan itu tak masalah kok, yang penting bisa
menambah pengalaman. Beberapa temanku, memang sempat bertanya kenapa memilih di toko barang antik tidak di cafe atau restoran ? bagiku hanya mencari pengalaman yang berbeda hanya itu. Bos aku tahu kok, tak masalah bila aku bekerja sesuai dengan jam kuliahku.
Biasanya bila aku datang maka dia pergi ke luar, dan memintaku untuk menutup tokonya tak lebih dari pukul 5 sore, tidak sampai malam bukanya. Seperti sekarang ini, Mr Thomson langsung pergi ketika aku datang dan seperti biasa setelah itu aku mengerjakan tugasku.
Tugas rutinku sebelum duduk di depan kasir adalah membersihkan semua barang antik, dan sekarang aku serta penghuni di dalamnya sering mengobrol tentang apapun termasuk rahasia Mr Thomson. Masa lalu lelaki tua itu cukup menyedihkan, konon sebenarnya Mr Thomson dulu baik, ramah dan pandai bergaul dengan siapa pun, tapi semua berubah setelah putri kesayangannya meninggal dunia, di susul istri tercinta. Kini hanya tinggal seorang anak lelaki yang sudah menikah dan tinggal di luar kota.
Mr Thomson generasi ke 4 pemilik toko barang antik, konon kakek buyutnya seorang profesor arkeolog terkemuka lulusan Havard universitas. Dia sering berkeliling dunia, menemukan dan mencari harta karun dari situs-situs purbakala dari peradapan Mesir, Maya hingga bajak laut.
Dan sudah banyak barang antiknya di beli oleh para hartawan sampai artis, dan pernah masuk koran sehingga tokonya menjadi terkenal. Di basement rumah dan tokonya dia mempunyai brangkas khusus yang menyimpan benda antik mahal dan langka. Sayang akhir-akhir ini dia sering mencari benda yang di dalamnya berisi kutukan. Konon sebagian besar yang di pajang di toko adalah hasil pencariannya selama ini. Kenapa menjadi berubah seperti itu? tak ada yang mengetahuinya.
----------------
Suatu hari, tumben Mr Thomson tidak kemana-mana. Seharian ini dia di toko dan duduk di depan meja kasir, sedang aku berada di belakang sedang membersihkan beberapa benda antik yang di simpan di belakang, setelah selesai aku pun ke depan, dan terkejut ada sepasang suami istri sedang mengobrol dengan bos.
"Mr Thomson tolong bantu kami, mencari lukisan yang hilang di curi !" ucap seorang lelaki kepada bos, bertubuh gemuk dan berjenggot itu.
"Kenapa kemari? tidak ke kantor polisi ?" tanya Mr Thomson heran tapi terlihat cuek.
"Bukan, begitu! maksudku kami sudah menghubungi polisi dan kasusnya sedang di tangani karena ada barang lain yang hilang juga selain lukisan itu ...! tapi masalahnya lukisan itu bukan sembarangan !" jawab si lelaki.
"Maksud anda ?" tanya Mr Thomson.
"Lukisan itu .... terkutuk !" jawab si perempuan, Mr Thomson tertegun.
"Sebenarnya sih, kami tidak keberatan tentang hal itu! tapi ... kakek buyutku mengatakan jangan sampai lukisan itu jatuh ketangan orang lain karena akan kena sial, dari yang ringan hingga berat !" lanjut si lelaki.
"Jadi selama ini, ketika lukisan berada di anda tidak terjadi apa-apa ?" tanya Mr Thomson, keduanya mengangguk.
"Menurut kakek buyut anda, kenapa lukisan itu terkutuk? apa dia membelinya dari orang lain ?" tanya Mr Thomson yang mulai tertarik tentang lukisan itu, termasuk aku juga.
"Bukan, lukisan itu di buat oleh temannya yang seorang pelukis! dan dia memberikannya kepada kakek buyut! tak lama setelah itu pelukis itu meninggal! aku tidak tahu, bagaimana itu bisa terkutuk! yang jelas sebelum di simpan di brangkas, lukisan itu di pajang di dinding ruang tengah! tapi kami sering kejadian aneh! lukisan itu selalu jatuh tanpa tahu kenapa! padahal semua baik-baik saja !" jelas si perempuan, di angguki si lelaki dan kemudian memperlihatkan foto lukisan sebelum di curi, ternyata lukisan seorang perempuan duduk di kursi, di sebelahnya ada meja dan sebuah vas bunga matahari, hanya itu. Tapi memang seperti nyata lukisannya realistis. Mr Thomson tertegun dan menatap kedua tamunya.
"Ada apa Mr Thomson ?" tanya si lelaki.
"Apa ini lukisan dari Sergio Mendez ?" tanyanya tak percaya. Kedua tamunya terkejut.
"Anda tahu ?" tanya mereka.
"Tentu saja! Sergio Mendez seorang pelukis gaya Resenaissace moderen yang terkenal di abad moderen tahun 1940 an !" jelasnya.
"Dan lukisan ini memang karya beliau yang terakhir dengan judul Mona! dan sekarang berada di katalog di sebuah balai lelang Chirsty New York dan di tawar pembuka sebesar 5000 dollar! lelangnya akan dilakukan minggu ini !" katanya, kedua tamunya terkejut.
"Kok bisa balai lelang melakukan itu? dan tidak mempelajari latar belakang lukisan apa itu curian atau tidak ?" ujar mereka tidak mengerti. Mr Thomson mengeluarkan buku katalog yang dimilikinya dan memperlihatkan foto lukisan itu dan memang benar.
"Kita harus menelpon balai lelang itu untuk menghentikan penjualan lukisan tersebut
!" seru si lelaki marah. Dan dia memencet tombol handphonenya dan menelpon balai lelang yang terkenal itu.
"Apa? itu tidak mungkin! kami punya buktinya !" ucapnya terkejut tapi marah, dan setelah itu di tutup.
"Gila ... katanya lukisan itu milik seorang pengusaha kaya yang keasliannya dapat di percaya !" katanya kesal.
"Tunggu, jadi lukisan itu ada dua ?" tanya si perempuan. Semua tertegun tak percaya.
"Mungkin saja itu duplikat yang sama !" ujar Mr Thomson.
"Ya memang, tapi kenapa balai lelang yakin itu asli ?" tanya si perempuan.
"Sebenarnya mudah saja melihat lukisan itu palsu atau asli !" kataku tanpa sadar, semua terkejut.
"Maksud kamu ?" tanya si lelaki.
"Maaf tadi anda mengatakan, kalau itu lukisan terkutuk bukan ?" jawabku, semua tertegun.
"Hmmmm .... seperti ada seseorang yang mungkin menjualnya kepada pengusaha kaya! dan terjadi sesuatu dan menjualnya !" ujar Mr Thomson.
"Tapi sayang, biasanya sang penjual atau lelang merahasiakan identitas si pemilik atas permintaan klien !" katanya, lagi dan semua mengangguk.
"Yap, betul! tapi apa kita harus membelinya juga? alias ikut lelang ?" tanya si lelaki.
"Satu-satunya cara kita harus ke New York !" ucap si istri.
"Yap, dan kita harus memperhatikan siapa tahu itu palsu !" ujar si suami, Mr Thomson mengangguk
"Ya sudah kita semua ke New York !" ajak si perempuan cantik dan anggun.
"Maksudmu semua ?" tanya Mr Thomson.
"Ya, termasuk dia !" si Perempuan. Menunjuk kepadaku.
Bersambung .....