Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Husband is not Gay

🇮🇩KN_Author
--
chs / week
--
NOT RATINGS
129.5k
Views
Synopsis
Lelah melihat kelakuan Antonio yang sangat brandal, terikat obat-obatan dan sampai melakukan hubungan dengan sesama jenis, membuat tuan Dennis mencarikannya seorang istri. Perempuan yang di pilih adalah Tya. Anak salah satu orang kepercayaannya yang mencoba korupsi dengan perusahaan milik tuan Dennis. Ia memberikan sebauh timbal balik pada Tya, jika gadis itu mau menikah dengan putranya, maka ayahnya, Adam Joetama akan di bebaskan dari penjara atas kasus korupsi tersebut. Demi membantu sang ayah, akhirnya dia menerima tawaran tersebut. Berlandaskan dendam kemarahan pada keluarga Frederick yang di anggap Tya tidak adil dengan kasus ayahnya. Tya bertekad akan membuat Antonio Frederick jatuh cinta padanya. Dan setelah itu, akan dia permainan cinta pria tersebut. Meski sangat mustahil karena pria itu punya mental seksual menyimpang. Namun Tya yang cantik selalu berusaha mengejar cinta itu. Perlahan, hidup bersama. Membuat Tya takut, kalau hatinya berkhianat dan malah terbalik jatuh cinta pada Antonio. Akankah Tya bisa bertahan dan tidak jatuh cinta pada Antonio? Atau justru keduanya terikat bersama dalam sebuah rasa yang tidak seharusnya ada?
VIEW MORE

Chapter 1 - Awal Cerita Antonio dan Tya

Keadaan club tampak kacau setelah di datangi puluhan anak buah Tuan Dennis yang bertubuh besar dengan bekal ilmu bela diri tinggi. Mereka menyusuri satu club mencari-cari sosok yang diperintahkan untuk dibawa.

Tepat di depan pintu sebuah ruangan private. Jedag-jedug musik disko terdenger sampai keluar. Salah satu anak buah itu memberi instruksi pada pemilik club malam untuk membuka ruangan.

Dengan patuh si pemilik ruangan terpaksa membuka pintunya. Dan benar saja, di dalamnya adalah orang-orang yang bermaksiat. Pesta seks dan teramat senang menikmati kegiatan mereka.

Musik di matikan. Orang-orang yang ada di sana terdiam. Suara bising yang memengakan telinga itu seketika hening.

Para anak buah Tuan Dennis masuk tak peduli orang-orang tak berbusana dalam sana. Yang mereka tuju adalah seorang pria.

Antonio Frederick. Putra tunggal keluarga Frederick yang murni dari darah orang-orang terhormat. Ibunya masih punya keturunan darah bangsawan Inggris namun dirinya di besarkan oleh ayah berketurunan ningrat Indonesia.

Salah satu anak buah itu menemukannya. Seketika mereka bergerombol di samping Antonio. Mengelilinginya dengan wajah kesal. Hari menjelang subuh begini mereka harus meninggalkan waktu istirahat demi menjemput tuan muda yang satu ini.

Sementara pria itu, dia santai saja. Pria yang sedang bersatu dengan salah satu teman mainnya. Ia melepas miliknya dan dia dengan santai memakai baju. Seperti mengerti apa yang harus ia lakukan dengan gerombolan orang-orang ini.

"Tuan besar ingin anda pulang sebelum polisi datang," ujar salah satu kepala anak buah itu.

"Kau lihat aku sedang apa?" tanya Antoni dengan nada menantang. Terbesit kekesalan dalam nada bicaranya.

"Sebaiknya segera, Tuan Muda. Polisi dan reporter akan menyerbu tempat ini. Tentu yang reporter inginkan adalah berita tentang anda. Jadi saya harap..."

"Bawel sekali," tungkas Antoni merasa pengang di ceramahi.

Setelah selesai menggunakan celana, Antonio di giring ke mobil para anak buah itu. Ia naik dengan santai. Bahkan tidak mempedulikan para anak buah tuan Dennis yang menyemprot disenfektan di sekitar tubuhnya.

Mengantisipasi adanya penyakit mengerikan itu.

Mobil meninggalkan kawasan club malam yang terkenal berani membuat kelas privat bagi pria-pria berseksual menyimpang yang mau mengadakan pesta bebas. Bahkan tempat ini menjadi sasaran utama polisi.

Tepat dua menit setelah rombongan mobil Tuan Dennis meninggalkan tempat, polisi dan para reporter datang.

****

Sebelum masuk ke dalam rumah, Antonio di semprotkan lagi sebuah disenfektan cukup banyak. Dia mulai kesal dan menatap dengan tajam pria yang berani menyemprotkan cairan itu bahkan sampai kewajahnya.

Tapi seperti biasa. Dia tidak melakukan apapun lebih dari itu.

"Tuan besar ingin bicara dengan anda," ujar orang kepercayaan tuan Dennis.

Pria muda berusai kisaran 35-40 tahunan. Masih tampan dan berkepribadian baik. Sangat patuh dengan apa yang di perintahkan Tuan Dennis.

Jeremy Mexes, pria ini bisa di bilang lebih berguna dibanding Antonio, yang kerjanya hanya bersenang-senang sesuka hati.

"Tua bangka itu sudah pulang?" tanya Antonio dengan nada mengejek. Ia seolah lupa kalau tua bangka itu adalah ayahnya sendiri.

"Tuan Dennis pulang beberapa jam yang lalu. Beliau menunggu di ruang makan," jelas Jeremy sambil mempersilakan Antonio berjalan.

Pria berperawakan tinggi besar itu berjalan santai ke ruang makan. Menyapa santai pria usia 70 tahunan yang tengah menikmati sarapan pagi.

"Pagi, Daddy. Wow, kelihatannya Tuan Dennis Frederick lebih tampan tidak termakan usia," katanya sengaja mengguraui orang tua sendiri.

Wanita di sampingnya, Ellyana memandangi putranya yang tampak kacau itu. Batinnya terasa sakit melihat tingkah putra semata wayang ini.

"Perbaiki cara berpakaian dan perilakumu. Sampai kapan kau mau bersikap kanak-kanak begini?" geram tuan Dennis.

Sementara yang di gerami hanya tertawa-tawa tak merasa bersalah.

Dia duduk mengambil tempat di samping Daddy dan Mommy-nya.

"Tumben sekali Tuan dan Nyonya Frederick makan bersama," sindir Antonio menatap Daddy dan Mommy-nya bergantian.

"Antonio, tolong rubah sikap dan gaya bicara kamu," tegur Ellyana yang merasa tidak nyaman pada putra semata wayangnya yang terkesan keterlaluan.

"Ah, Mommy. Seperti inilah aku tumbuh. Mommy tau apa tentangku? Mommy-kan selalu ada di luar negeri bersama pria-pria bayaran Mommy."

"Antoni jaga mulutmu!" bentak Ellyana dengan tatapan mata membulat nan tajam.

Perkataan Antonio bukan lagi rahasia umum. Semua orang tau, tapi berpura-pura tidak tau. Bahkan sang suami juga tau.

Tapi Tuan Dennis tidak perduli. Toh, apa yang di lakukan Ellyana istrinya, juga ia lakukan. Bersenang-senang dengan gadis-gadis cantik tiap malam.

Keluarga utuh yang sebenarnya berantakan.

"Aku sudah tidak bisa menoleransi sikap dan perilakumu, Antonio. Ini kali terakhir kudengar kau ada di club malam sialan itu. Jangan sampai aku menggunakan cara kekerasan untuk memperbaiki sikapmu ini," ancam Tuan Dennis dengan rahang beliau yang menajam akibat rasa marah yang tak terbendung melihat pertumbuhan Antonio yang makin kacau.

"Kau sudah 34 tahun, Antonio. Sebaiknya segera perbaiki sikap dan pribadimu. Sebentar lagi kau akan jadi pewaris keluarga Frederick," timpal Ellyana.

Antonio menanggapi kedua orang tuanya dengan malas. Selalu begini kalau bertemu. Tidak ada gunanya sedikitpun ia bertemu dengan kedua orangtuanya.

Tiap kali dapat ceramah, tanpa contoh yang baik dari kedua orang tuanya, Apalagi kedekatan dari mereka untuk menjaga perilaku Antonio.

Ia lebih sering di biarkan tumbuh sesuka hati. Bak sebuah taman indah dengan pagar-pagar emas. Di sana ia sebuah biji yang tumbuh menjadi tanaman tanpa perawatan dari pemiliknya. Membiarkan tumbuh dengan limpahan pupuk dan air yang tidak di takar dengan baik.

Tumbuh sesuka hati dan di jenguk pemiliknya kadang-kadang. Dan tanpa sadar, Antonio justru tumbuh menjadi tanaman liar berduri. Semua karena ketidak pedulian orang tuanya.

"Sebaiknya kau segera menikah!"

Mata Antonio membulat. Lama dia menatap Daddy-nya. Sebelum akhirnya Antonio tertawa.

"Aku tidak percaya Daddy bergurau di meja makan," balas Antonio masih dengan tawa pecahnya.

"Aku tidak bergurau. Sudah lelah aku melihat tingkah laku tidak bermoral kau selama ini. Lebih baik kau segera menikah saja. Akan membuatmu lebih bertanggung jawab."

Antonio diam beberapa saat. "Kalau aku tak mau?" tanyanya di saat berikutnya.

"Maka bersiap untuk keluar dari gelar Frederick. Dan tidak ada warisan untukmu. Aku lebih sudi memberikan hartaku ini pada orang-orang yang kuanggap berguna."

Iris mata Antoni menajam. Di lihatnya pria berstatus Daddy-nya itu.

"Aku akan cari gadis yang baik untukmu. Jadi kau harus bersedia kalau mau harta-harta itu jatuh padamu."

****

Pagi itu Tya berpakaian causal santai memasuki rutan polda. Sudah satu minggu berlakangan ia datang kemari dan menemui ayahnya. Sekedar memberikan makanan atau selimut seperti sarung ataupun hal lain yang di butuhkan ayahnya.

Setelah kasus korupsi itu, ayahnya di tetapkan tersangka utama. Pada akhirnya pun sang ayah di tahan.

Tya harus menguatkan hati tiap kali melihat tubuh ayah-nya mengurus dalam penjara.

Ia duduk di ruang tunggu. Dan seperti biasa sang ayah akan datang dan duduk berhadapan dengan Tya.

"Apa kabar, Ayah?" tanya Tya setiap kali bertemu.

Pria tua itu tersenyum kecil. "Kabar ayah baik. Putri ayah bagaimana?"

"Tya baik, Ayah." Ia mengeluarkan sebuah kotak makan. "Ayah makan dulu ya."

Adam Joetama, menerima kotak makan yang di berikan anak bungsunya. Sangat berterima kasih dengan perhatian yang di curahkan sang putri.

"Tya masih akan usahakan kebebasan untuk, Ayah. Ayah jangan khawatir ya. Nanti Tya bakal cari pengacara," ujar Tya terlihat memberikan harapan dan semangat pada sang ayah.

Adam hanya tersenyum. Ia tidak ingin berharap, juga tak ingin menyusahkan putrinya.

"Sebaiknya kamu fokus pada kuliah dan cita-cita kamu, Tya. Kamu fikirkan bagaimana diri kamu saja," nasehat Adam sembari meremas tangan putrinya.

Ia sudah cukup tua dan lemah. Tidak ada gunanya juga memperhatikan kasus ini. Bagaimana pun, ia bersalah. Dan ini adalah hukuman setimpal. Meski korupsi ini tidak hanya di lakukannya seorang diri.

"Tya masih fokus kuliah kok, Ayah. Cita-cita Tya juga masih Tya kejar. Tapi buat Tya ayah yang paling utama." Suara gadis usia 23 tahun itu menjadi serak dan seketika matanya berair. "Ayah jaga kesehatan," lirihnya.

Sebisa mungkin Tya padahal menahan air mata ini. Tapi tetap tidak bisa ia tahan juga. Saat masuk saja sudah beberapa kali ia mengusap air mata. Dan lagi-lagi tumpah.

"Anak ayah. Kasihan sekali kamu, Nak," gumam Adam sambil mengusap puncak kepala putrinya.

Kedua anak dan ayah itu saling menyayangi. Tapi sayang keadaan ini tidak bisa membuat mereka bersatu.

"Jam kunjungan habis."

Kalimat itu seolah adalah finish pertemuan mereka hari ini. Dan kalimat itu yang paling Tya benci.

Sebelum mereka berpisah, Tya memeluk ayahnya lebih dulu. Dan mereka melepas rindu dengan janji Tya kalau dia akan datang lagi besok.

Demi tuhan, di usai 23 tahun ini, Tya rasa dirinya sendiri. Ayah yang di cintainya sudah pergi lagi ke dalam sel tahanan.

Ayahnya malang, di usia serenta itu harus masuk dalam dinginnya sel penjara.

"Nona, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda!"

Bersambung....