Chereads / My Husband is not Gay / Chapter 7 - Di Hari Pernikahan

Chapter 7 - Di Hari Pernikahan

Pernikahan di gelar besar-besaran. Tuan besar Dennis Frederick mampu menggelar pernikahan mewah dalam satu minggu dengan bantuan puluhan orang-orang berpengalaman. Dan tentunya dengan kekuasaan yang beliau miliki.

Orang-orang penting hadir di acara itu. Dan rasanya ini benar-benar berat bagi Tya. Saat ini, dirinya menjadi pusat perhatian selaku mempelai wanita, yakini menantu keluarga Frederick.

Selama proses resepsi mewah ini, rasanya Tya sulit bernafas. Dia mencoba sehati-hati mungkin dalam bertindak, kalau tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.

Satu-satunya sahabatnya yang datang adalah Qiara. Dan ayah Tya, beliau juga datang. Tampak sekali dari wajah beliau raut sedih yang tidak seharusnya beliau tampakan.

Pernikahan seorang putri kandung harusnya menjadi hal yang paling membahagiakan. Tapi tidak, ketika putri tercinta harus berakhir dengan pria seperti Antonio.

Sebagai seorang ayah, beliau merasa gagal menjaga anak bungsunya. Tapi di sini, beliau tak bisa berkata apa-apa. Kekuasaan Tuan Dennis, benar-benar di atas kemampuan protesnya.

Pada akhirnya Tuan Joetama hanya bisa berdo'a kebahagiaan bagi putrinya. Dan semoga pernikahan ini, adalah sebuah berkah tak terduga.

Setelah acara mewah itu, Antonio dan Tya di arahkan ke kamar pengantin. Sejujurnya Tya berat ingin ke sana. Rasanya masih bermimpi menghadapi pernikahan secepat ini.

Tapi mau tidak mau, Tya harus ikut keinginan Tuan Dennis. Dan begitupun Antonio, pria itu juga ikut saja dengan raut tampang tak relanya.

Di lorong sebelum meninggalkan lantai pesta, Tuan Adam Joetama berdiri di depan putrinya. Menatap sayup wajah berpoles make up yang sangat cantik itu.

Harusnya hari ini adalah hari beliau memeluk erat penuh kebahagiaan untuk putrinya. Dan memberikan restu serta do'a terbaik. Tapi meski semua tidak sesempurna itu, beliau akan tetap memberikan do'a terbaik untuk putrinya.

"Ayah?" bibir kecil Tya berucap kecil saat melihat sosok ayahnya yang berdiri mencegat mereka.

Wajah dengan senyum tipis itu, merenggangkan tangannya, dan seolah paham Tya pun memeluk Ayahnya erat. Tak terasa menangis dalam pelukan ayahnya.

"Putri ayah sekarang sudah menikah." Getir suara tuan Joetama memeluk putrinya dengan balutan gaun putih. "Semoga pernikahanmu menjadi berkah dan memberikan kebahagiaan yang selama ini tidak pernah kamu rasakan, Tya."

Do'a dari ayahnya, dianggukan cepat oleh Tya. Dia yakin, do'a orang tuanya adalah yang terbaik.

"Maafkan ayah."

****

Tya membuka pintu kamar yang katanya ini adalah kamarnya. Saat masuk, ia terdiam cukup lama, memandangi seluruh sudut kamar dari ambang pintu.

Ia masuk perlahan, diam-diam mencari keberadaan Antonio yang tadi mendahuluinya saat sang ayah mencegat Tya untuk bercakap singkat.

Pria itu tidak ada di sini?

Ruangannya kosong!

Namun di detik berikutnya saat suara air shower menyala di kamar mandi menepis pikiran Tya kalau Antonio tidak ada.

Pria itu ada di kamar mandi?

Tya diserang rasa gugupnya. Ini benar-benar malam pernikahannya? Ia bahkan masih belum bisa percaya. Tapi nyatanya ia berada di satu ruang tidur, dengan seorang pria berstatus suaminya.

Ruang tidur ini, di dekor indah untuk malam pertama romantis bagi pasangan suami-istri yang baru menikah.

Tapi serasa cukup menyeramkan bagi Tya. Pikirannya kabut kemana-mana.

Click!

Tya berbalik cepat. Memandang ke arah pintu kamar mandi. Mata Tya dan Antonio seraya bertabrakan.

"Kenapa kau melihatku?" tanya Antonio dengan nada datar.

Tya cepat-cepat berbalik lagi menghindari tatapan dengan Antonio.

"Cepat mandi! Aku tidak suka gadis jorok!"

Antonio beralih ke lemari pakaian setelah berkata begitu. Tya melirik dari sudut matanya. Saat itu, ia baru sadar Antonio hanya memakai handuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

Dan, lihat! Tanpa berfikir panjang pria itu hendak melorotkan handuk yang melilit di pinggangnya. Matanya Tya membulat. Sebelum handuk itu benar-benar lepas, Tya refleks berlari ke kamar mandi terburu-buru.

Nafasnya tersengkal-sengkal seperti habis maraton.

Kenapa pria itu tidak mengganti pakiannya di kamar mandi saja? Dasar tidak tau malu!

Dengan perasaan kesal, Tya melepas gaun pengantin yang di kenakannya. Ia sudah tidak sabar bersentuhan dengan air dingin dan merasakan kesejukan setelah hampir seharian gerah dengan gaun pengantin yang merepotkan ini.

Kurang lebih 30 menit Tya mandi, ia merasakan segar setelah sekujur tubuhnya di siram air dingin. Perasaannya membaik setelah berendam cukup lama di bathtub. Ia kemudian mengambil jubah mandi yang ada di sana.

Tadi dia lupa mengambil pakaian dari koper, dan itu karena Antonio! Pria itu sungguh menyebalkan.

Untung saja ada jubah mandi ini. Kalau di lihat-lihat jubah mandi ini memang di peruntukan baginya dan Antonio. Karena ada sepasang. Tapi Antonio tidak memakainya.

Setelah memastikan badannya di balut dengan rapi dan sopan, Tya keluar kamar hendak mengambil pakaian.

Tapi saat keluar, mata Tya tak sengaja melihat ke balkon kamar. Melihat Antonio di sana, duduk termenung memandang keluar.

Makanan yang tampak telah tandas di makannya. Dan di seberang ada kursi yang sepertinya di peruntukan untuk Tya. Itu harusnya menjadi makan malam romantis di balkon. Tapi sepertinya Antonio sudah memakan makanannya.

Yang Tya heran, raut wajah Antonio saat ini. Raut wajahnya tak terbaca. Tapi Tya rasa ada makna dengan tatapannya di bawah sana.

Antonio seperti sedang memikirkan sesuatu. Lama dia termenung menatap Antonio dari tempat yang masih sama. Hingga wajah Antonio berbalik ke dalam kamar. Tya sontak terperanjat, salting sendiri apalagi saat Antonio mengerutkan keningnya mendapati Tya memandanginya seperti tadi.

Tya cepat-cepat meraih kopernya dan membawa ke dalam kamar mandi. Tidak ada waktu memilih baju yang akan di kenakannya. Lebih baik memilih dalam kamar mandi dari pada terus di tatap Antonio. Apalagi saat dia ketahuan memandangi Antonio seperti tadi.

****

"Cepat makan!"

Tya mengalihkan perhatiannya pada Antonio. Pria itu menyadari kalau dia sudah keluar dari kamar mandi.

Setelah berbagai pertimbangan, Tya tak punya pilihan lain selain menghadapi tatapan aneh Antonio. Tidak mungkinkan dia diam dalam kamar mandi sampai pagi?

Pelan Tya berjalan ke kamar mendekati Antonio. Kini dia sudah berganti pakaian, tapi...

Dengan hembusan nafas malas Antonio melirik Tya yang sudah ada di sampingnya. Ia tidak peduli andai saja iris matanya tidak menangkap pakaian Tya saat ini. Antonio sampai mengulang lirikannya lebih jelas lagi.

Lama Antonio memandangi tubuh Tya yang bergerak kikuk. Yang sialnya malah membuat Antonio merasakan sesuatu yang aneh.

Ia menelan saliva demi melonggarkan ketegangan. Berdeham kecil. "Kenapa kau pakai pakaian seperti ini? Sengaja mau menggodaku?"

"Mmhhh.... Anu..." Tya bingung bagaimana menjelaskannya. Pasalnya dirinya sendiri pun masih tidak mengerti.

Semua baju dalam kopernya menghilang dan tiba-tiba saja berubah menjadi baju-baju seperti ini semua. Baju tidur model seksi yang biasa di pakai istri untuk menggoda suaminya.

Tya sempat berfikir kopernya tertukar, tapi tidak mungkin karena koper Tya ada nama kecil yang ia selipkan di dekat resleting. Dan nama itu ada.

Ia bahkan berfikir panjang mau bagaimana. Tidak mungkin kalau dia hanya mengenakan jubah mandi saja semalaman. Mau bicara pada Antonio tentang masalah ini juga cukup canggung.

Akhirnya keputusan terakhir Tya menganakan salah satu pakaian dalam koper itu. Dan yang ia pakai inilah yang paling sopan.

Model baju tipis dengan lengan tali dan panjang hanya sampai seperempat paha. Ini yang paling bisa di terima Tya meski tetap saja kekurangan bahan.

"Cuma ada pakaian-pakaian seperti ini yang ada di koperku," jawab Tya.

"Kau sengaja hanya mengepak pakaian seperti ini?"

"Tidak!" Tya mengeleng cepat. "Aku juga tidak mengerti kenapa semua pakaianku berubah jadi pakaian seperti ini," ujar Tya serba salah.

Dahi Antonio mengerut beberapa saat. "Duduklah," ujarnya kemudian.

Tya bergerak duduk, sebisa mungkin sangat pelan. Salah salah dia bisa memamerkan hal paling berharganya pada Antonio.

Pria itu berdiri setelah Tya duduk. "Makanlah," ujarnya lalu pergi dari sana.

Tya menghela nafas cukup panjang. Apa setidak sudi itu Antonio makan dengannya?

Bersambung....