Chereads / My Husband is not Gay / Chapter 9 - Orang Pertama yang Dilihat

Chapter 9 - Orang Pertama yang Dilihat

Tya menggeliat pelan saat merasakan kembalinya nyawanya ke dalam tubuh. Perlahan dia terbangun. Ia berbalik merenggangkan tubuh, dan membuka mata.

Sesosok pria dengan tampang bak malaikat. Wajah yang terlihat polos saat menutup mata. Diam-diam Tya suka memandangi Antonio yang sedang tertidur.

Rasanya cukup kaget Antonio akhirnya memilih untuk berbaring bersama dengannya. Ia pikir pria ini akan tidur di balkon saja.

Pukul berapa sekarang? Apa ini sudah siang? Rasanya Tya terlalu malas untuk bangun. Melihat Antonio yang sedang tidur jauh lebih menyenangkan.

Lama Tya diam di tempatnya, tidak sedikitpun dia mengalihkan pandangan.

Sampai ia melihat wajah Antonio bergerak dengan kerut pelan. Terburu-buru dia menutup mata.

Semenit

Dua menit

Tiga menit

Dirasakannya tempat tidur bergerak kecil. Dan gerakan turun Antonio dari sana dirasakan Tya.

Ia tetap di posisinya sampai Antonio terdenger membuka pintu kamar mandi dan menutupnya kembali.

Barulah, Tya perlahan membuka mata sebelah, lalu sebelahnya lagi.

Hampir saja ketahuan. Akan malu sekali kalau Tya sampai ketahuan melihat wajah Antonio seperti tadi.

Tya duduk di atas tempat tidur bingung akan melakukan apa. Ia iseng melihat kearah pintu. Kata Antonio tadi malam pintu ini terkunci.

Ia bergegas turun dan menekan gagang pintu. Sekali ia menekan, pintu terbuka.

Hey?! Antonio berbohong padanya?

Dinding kamar hotel ini menunjukkan pukul 6 pagi. Sudah cukup pagi untuk Tya. Bosan menunggu Antonio yang sedang mandi, ia berinisiatif mengambil laptop dalam tasnya. Melihat akun YouTube-nya yang beberapa minggu ini nganggur karena Tya sibuk dengan kasus Ayahnya.

Tya membuka akun YouTube miliknya. Melihat beberapa video yang ia unggah dan memeriksa rating naik turun video miliknya.

Cukup bagus.

Tya tersenyum dengan subscribe yang terus naik dan naik. Meski cukup pelan, tapi dia senang bisa menampilkan channel buatannya sendiri dengan kreativitas bakat dari dirinya.

"Mandilah. Kau menunggukukan?"

Tya menoleh saat Antonio yang ternyata sudah selesai mandi. Pria itu berucap dengan nada yang sama dinginnya seperti tadi malam.

Dia tidak menatap pada Tya sedikitpun. Langsung ke lemari hotel dan mencari pakaiannya.

Tya meletakkan laptopnya cepat tanpa mematikannya. Lalu kekamar mandi.

****

Antonio sudah mengenakan pakaian. Dia melihat koper Tya yang sama seperti tadi malam hanya ada pakaian tipis yang tentunya bukan ide bagus di pakai keluar.

Ia memutuskan memesankan Tya pakaian via online. Menebak ukuran gadis itu dan menyuruh salah satu butik yang di pesannya mengantarkan pakaian itu.

Jangan tanyakan kenapa Antonio mau repot-repot melakukan ini untuk Tya. Dia hanya, merasa tidak nyaman kalau gadis itu memakai pakaian tipis atau cuma pakai jubah mandi saja.

Setelah memesan pakaian, dia menunggu dengan duduk di sofa sambil melihat telivisi. Saat asik melihat berita di sana, Antonio tertarik saat ujung matanya melirik laptop Tya yang terbuka.

Jiwa iseng dan keponya mencuat. Antoni menghampiri benda itu, melihat layar yang saat ini memperlihatkan akun YouTube Tya.

"Dia YouTubers? Subscribe-nya lumayan juga," gumam Antonio.

Jarinya menari di keyboard. Melihat-lihat video apa saja yang Tya upload.

Hampir semua story telling. Antoni hanya melihat-lihat judulnya saja tanpa membuka salah satu videonya.

"Sedang apa?"

Ia mendongak cepat saat mendengar suara yang tidak jauh darinya.

Tya di depannya, gadis itu kembali memakai jubah mandinya tadi malam. Berdiri sambil melihatnya yang sedang melihat-lihat laptop gadis itu.

"Kamu apain laptop aku?" tanya Tya terlihat tidak suka.

"Mmmhhh.."

Antonio tidak enak menjawab. Ia mencari-cari jawaban terbaik untuk membalas pertanyaan Tya. Tapi sayangnya tidak ada kalimat dalam kepalanya yang cocok dijadikan jawaban.

Tidak mungkin kalau Antonio bilang dia bosan dan iseng melihat-lihat laptop Tya. Terkesan kurang baik di dengarnya.

"Kau kenapa pakai baju ini lagi?" tanya Antonio mengalihkan pembicaraan.

"Aku cuma ada ini," balas Tya. Gadis itu seperti hendak membahas Antonio yang melihat isi laptopnya tanpa izin.

Suara bel hotel berbunyi. Seperti alarm penyelamat baginya.

Tya berjalan ke pintu. Seorang pria di sana memberikan bingkisan padanya.

"Apa ini?"

"Itu baju untukmu. Pakailah. Kita akan cekout," sahut Antonio cepat.

Tya membuka isinya. Benar-benar pakaian. Dia melihat baju itu. Dress selutut berwarna pastel dengan desain sederhana. Cukup sopan.

"Baiklah," balas Tya lalu masuk ke kamar mandi.

****

Hari ini mereka cekout kamar. Sebuah mobil sudah menunggu untuk menjemput mereka. Kini mobil itu membelah jalanan menuju kediaman Tuan Dennis.

Baik Tya maupun Antonio sama-sama tidak mengeluarkan suara sepatah katapun. Waktu berjalan tanpa adanya percakapan.

Mereka sampai di sebuah rumah besar yang di kelilingi taman. Di dalam sana tuan Dennis sudah menunggu kedatangan sepasang suami istri yang baru saja sah ini.

Meski mereka berstatus suami isteri, tidak tampak seperti pasangan ketika keduanya keluar dan memasuki rumah. Antonio jalan lebih dulu dari Tya.

Tuan Dennis menyambut mereka. Menyuruh keduanya duduk Karena ada hal yang perlu di sampaikan.

"Bagaimana malam kalian? Aku harap sangat menyenangkan," tutur tuan Dennis membuka percakapan.

Tya tersenyum membalas tuan Dennis sopan. Sementara Antonio membuang pandangan dengan malas.

Ia mencari keberadaan Mommy-nya. Kemana wanita itu, setelah acara resepsi, sepertinya sang Mommy hilang bagai di telan bumi.

"Aku turut senang kalian sudah terikat satu sama lain. Dan kuharap kalian bisa punya kehidupan yang bahagia bersama."

Antonio mengangkat alis penasaran dengan maksud kalimat Daddy-nya.

Setelah itu Jeremy menghampiri mereka. Mengambil posisi berdiri di belakang kursi tuan Dennis, sembari memegangi sesuatu.

Tuan Dennis mengulurkan tangan kebelakang meminta sesuatu pada Jeremy. Dan Seolah paham Jeremy memberikan yang tuan Dennis inginkan.

"Setelah menikah, aku berencana memberikan kalian apartement. Agar kalian bisa hidup berdua dengan mandiri."

Pupil mata Antonio menyipit merasakan makna yang masuk dalam hatinya.

Tuan Dennis memberikan sebuah dokumen kepemilikan apartement yang mana di dalamnya lengkap dengan card kuncinya.

Lama Antonio melihat benda itu. "Well, Daddy tidak sedang berusaha mengusirku dengan halus bukan?"

Tuna Dennis tersenyum kecil. "Aku cuma ingin anak dan menantuku menjalani kehidupan mandiri. Tapi jika kau merasa aku mengusirmu, terserah kau saja."

Antonio tertawa hampa. "Siapa tau saja Daddy berusaha mengusirku agar Daddy bisa memberikan saham perusahaan pada manusia penjilat di belakang Daddy itu," ujar Antonio dengan kalimat sinisnya.

Ia melirik singkat Jeremy yang tidak tampak peduli dengan ucapannya.

Sementara tuan Dennis juga memilih tidak peduli dengan ungkapan putranya itu.

"Terimalah, Tya. Ini untuk kalian." Tuan Dennis menyerahkan dokumen itu.

Tya dengan ragu menyambutnya. Mengusap dokumen itu beberapa saat.

"Jadi sekarang kami harus pergi?" tanya Antonio pada Daddy-nya.

"Terserah kau saja. Kau sudah punya istri, dan seharusnya kau tau harus bagaimana."

Bersambung....