Antonio beranjak pergi setelah Tya duduk. Dia berjalan ke kamar, ke tempat tidur di mana koper Tya ada di sana. Ia membuka dan melihat semua isinya.
Benar-benar hanya ada pakaian tipis seperti yang di kenakan Tya. Bahkan ada yang lebih parah hanya menutupi atas dan bawah saja.
Antonio mengeleng tidak mengerti dengan desainer pakaiannya. Bagaimana bisa terfikir membuat pakaian seminim ini.
Semua pakaian masih berlabel. Antonio mengusap labelnya. Ini label pakaian ternama. Harganya pasti tidak murah.
Satu kesimpulan dalam kepalanya, ini pekerjaan Daddy-nya. "Pasti tua bangka itu yang merencanakan ini," gerutu Antonio kesal.
Ingin membuatnya bergairah pada gadis itu heh? Terlalu picik kalau berfikir ia akan terangsang dengab melihat gadis itu mengenakan pakaian minim.
Dia menurunkan koper itu dan menyingkirkannya. Mungkin besok pagi dia akan pesankan Tya pakaian yang lebih sopan.
Dan untuk malam ini, Antonio tidak mungkin biarkan Tya hanya memakai pakaian itu. Ia benci memikirkan dirinya merasakan sesuatu saat melihat tubuh Tya.
Antonio ke kamar mandi. Satu hal yang di tatapnya di sana. Jubah mandi yang tadi di pakai Tya.
Jubah mandi itu 10 kali lipat lebih baik. Ia meraih jubah itu dan beranjak pada Tya.
****
Suapan terakhir sup hangat yang Tya makan, sangat enak. Membuat tubuhnya hangat dan nyaman.
"Pakai ini saja,"
Kain jubah mandi di lemparkan ke meja. Tya sedikit kaget dan menatap Antonio Beberapa saat.
"Malam ini kau pakai ini saja," kata Antonio mengulang. Saat bicara matanya memandang ke arah lain. Tidak menatap Tya sedikitpun seperti menghindari menatap dirinya.
Tanpa alasan yang Tya mengerti, hatinya bisa merasa pilu dengan sikap Antonio seperti ini. Mungkinkah ini karena... dania merasakan Antonio sebagai suami seperti jijik melihat tubuh setengah telanjangnya?
Apa seburuk itu dia di mata Antonio?
Pria itu meninggalkannya lagi. Meninggalkan Tya yang merasa ada tusukan menyakitkan di dadanya.
"Ty! Sadar dong, kamu jangan berharap gitu. Harusnya dia yang berharap. Bukannya harusnya dia yang jatuh cinta sama kamu? Biar bisa balas dendamkan?"
Tya mencoba menyadarkan dirinya dan menyemangati diri lagi. Tidak boleh Tya merasa pilu apalagi merasakan perasaan seorang istri. Mungkin suatu hari nanti, cepat atau lambat pria itu pasti akan menceraikannya.
Dia tidak mencintainya!
Tya tidak boleh berharap apa-apa.
Antonio yang harus berharap padanya dan jatuh cinta padanya. Lalu setelah itu, dia yang akan pergi
Iya. Harus seperti itu!
****
Tya sudah melapisi pakaiannya tadi dengan jubah mandi. Ia kembali ke kamar setelah menghabiskan makan malamnya.
Antonio, pria itu sedang berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya. Tya mengurungkan niat untuk bertanya mau kemana pria itu.
Setelah beberapa lama di depan cermin, Antonio menghampiri pintu dan menekan gagang pintunya.
Beberapa kali menekan gagang pintunya, ternyata pintu tidak kunjung terbuka.
"Kau mengunci pintunya?" tanya Antonio berbalik pada Tya.
"Tidak," jawab Tya yang sudah duduk di pinggir ranjang.
Antonio kembali mencoba membuka pintu.
"Pintunya terkunci?" tanya Tya.
"Sialan tua bangka ini!" maki Antonio lalu meninju pintunya kesal. Menimbulkan suara yang cukup nyaring. Tya bahkan kaget di buatnya
Ponsel dalam saku celana Antonio terlihat bercahaya. Ia meraih benda pipih itu. Ada pesan masuk.
Kucung penjilat kesayangan tua bangka:
Jangan keluar dari kamar sampai besok pagi!
Jeremy. Pria itu yang mengirim pesan. Rasa kesal dalam dadanya kian mengganda. Antonio yang tadinya hendak keluar untuk bersenang-senang. Tapi tanpa dia ketahui ternyata saat sibuk di kamar, ada yang mengunci pintu ini.
Dan baru ia sadar kalau kunci pintu kamar ini tidak ada di tangannya.
Berarti malam ini, ia harus tidur di kamar ini bersama Tya?
Antonio menoleh sejenak pada gadis yang sejak tadi melihatnya.
Ia mengalihkan pandangannya. Tidak mau berlama-lama melihat tubuh Tya.
"Kau mau tidur?" tanya Tya.
"Tidur saja duluan," balas Antonio lalu beranjak ke balkon kembali.
Tya menghela nafas melihat Antonio yang tidak mau berlama-lama dengannya. Kalau begitu bagaimana dia bisa membuat Antonio jatuh cinta padanya?
Ia mengenyahkan semua pikiran berat itu. Mengambil posisi berbaring dan menyelimuti tubuhnya. Seharian ini dia sangat lelah. Akan lebih baik kalau segera tidur.
Di balkon, Antonio memandangi langit malam. Melihat jalanan raya hotel yang begitu ramai. Malam ini, ia terjebak di kamar yang sama dengan gadis itu. Harusnya ia tidak ada di sini. Rencananya sejak awal akan pergi setelah resepsi. Tapi sayangnya sang Daddy cukup cerdik untuk mengetahui rencana anaknya.
Akhirnya tidak ada lagi yang bisa Antonio lakukan selain diam. Pikiran Antonio melayang pada saat ia kuliah dulu.
Saat itu pertama kali Antonio melihat Jeremy sebagai asisten Daddy-nya.
Jeremy seperti punya magnet tersendiri untuk meraih pujian Tuan Dennis. Sejak awal Antonio melihat tiap pujian dan sanjungan bagi Jeremy bahkan hanya karena hal kecil yang pria itu lakukan.
Sementara dirinya, tidak ada satupun hal yang mampu membuat Daddy-nya tertarik, apalagi sampai memujinya. Mungkin langit akan runtuh kalau sampai hal itu terjadi.
Kalau di pikir-pikir, apa saat ini dia kalah? Karena pria asing yang tidak tau di mana asalnya berada, tiba-tiba menjadi orang kepercayaan nomor satu Daddy-nya.
Harusnya ia yang ada di posisi itu. Bukan Jeremy.
Mungkin harusnya dia mulai memperlihatkan pada Jeremy kalau posisinya terlalu tinggi. Dirinya yang harus menjadi orang kepercayaan Daddy-nya.
Saat ini Antonio bertekad. Dia akan jadi kesayangan Daddy-nya dan mendepak Jeremy.
Setelah pikiran panjang dan kekesalannya, Antonio kembali ke kamar. Dilihatnya sosok di atas tempat tidur yang sudah terlelap dengan posisi menyamping.
Ia tidak mengerti kenapa dirinya yang seharusnya benci pada Tya justru merasakan hal lain ketika melihat gadis ini.
Pikirannya mengatakan gadis ini yang menjadi penyebab dirinya harus menikah. Menang benar Daddy-nya yang telah menjodohkan mereka, tapi kalau Tya menolak, pastinya mereka tidak akan menyatu dalam satu pernikahan seperti ini.
Gadis ini pasti sengaja. Dia ingin hidup bergelimang harta dengan menikah dengan seorang Antonio Frederick. Tidak mungkin Tya tidak tau tentang dirinya secara keseluruhan. Tua Bangka yang di bencinya itu pasti sudah cerita.
Kalau gadis baik, pasti akan berfikir dua kali menerimanya dengan segala fakta yang tidak bisa di terima. Dan Tya, gadis ini malah dengan senang hati menerima pernikahan ini. Buktinya tidak ada kalimat penolakan yang keluar dari mulutnya. Bisa di pastikan Tya ingin sesuatu dalam penikahan mereka.
Akhirnya setelah lama berdiri tanpa melakukan apapun, Antonio memilih mengambil tempat di samping Tya. Walau bagaimanapun dia lelah. Istirahat adalah hal yang baik untuk saat ini.
Antonio berbaring dengan mata nyalang menatap langit-langit. Perasaannya saat ini bercampur aduk. Entah dengan dorongan apa Antonio memiringkan badan pada Tya. Melihat punggung gadis itu.
Dia tidak terlihat jahat. Justru perasaan Antonio menghangat tanpa alasan jelas. Entah kenapa saat ini ia merasa punya seseorang setelah lama merasakan kesendirian. Batinnya tidak jelas. Seolah kehadiran Tya bak sebuah ikatan perasaan yang bisa membuatnya merasa tenang. Merasa punya seseorang.
"Sial! Apa yang kupikirkan!"
Cepat-cepat Antonio mengenyahkan pikiran tak mendasar seperti itu. Ia berbalik membelakangi Tya. Lebih baik dari pada dia memandangi gadis itu. Membuat akalnya kian tidak terkendali.
Rasanya malam ini menjadi malam panjang untuk Antonio. Dirinya tidak bisa mengenyahkan rasa yang tadi menyusup dalam hatinya. Melewati detik demi detik terasa lama.
Bersambung....