Saat mereka hampir selesai dengan masakan itu, mama dan baba datang.
"Wah! Anak-anak gadisku rajin sekali pagi-pagi sudah memasak. Duibuqi, shi? Mama pulang larut sekali semalam, jadi tak bisa bangun pagi." ucap Mama sedikit tak enak pada mereka.
"Meiguanxi, Ma. Kami senang bisa membantu mama. " ucap Xuanlu menoleh pada mereka.
"Ma, aku laki-laki bukan gadis!" kesal Xiaozhan, ia mempout bibirnya lagi.
"Haha...iya tapi kau cocok jadi seorang istri A-Zhan." goda baba pada Xiaozhan.
"Ba...." Xiaozhan merengek.
Mereka semua tertawa menanggapi rengekan Xiaozhan.
"Hao ma. Hao ma. Kami akan tunggu di sana." ucap baba lalu duduk menunggu masakan itu tersaji di meja makan sambil memandangi mereka dan entah sejak kapan di sana juga sudah ada Zhuocheng yang duduk seperti seorang yang speechless.
"A-Cheng, kenapa kau tak membantu mereka." tanya mama.
"Meiyou. Aku tidak bisa memasak." ucap Zhuocheng sambil menggelengkan kepalanya.
"Lalu harusnya kau membantu mereka dan bisa belajar dari mereka juga." nasihat mama.
"Zhihou." ucap Zhuocheng cuek.
"Zhuocheng, kau ini sama seperti mamamu dulu ya.." ucap baba.
"Weisheme?" Zhuocheng menaikan alisnya heran.
"Dulu kan mamamu juga tak mau memasak untukku setelah kita menikah. Dan aku yang memasak sampai Xuanlu lahir." ucap baba mengingat kenangan itu.
"Zhe shi zhen de ma?" Zhuocheng mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Shi, tapi setelah jiejiemu lahir, dia yang memasak untuk kami." ucapnya lagi.
"Qin, jangan bilang begitu. Kau membuatku malu." ucap mama dan memukul lengan baba.
"Haha...itu benar adanya." ucapnya.
"Qin...." Kini giliran Mama yang merengek.
Mama tsundere sekali, padahal sering marah pada baba.
Xiaozhan tertawa dalam hati melihat tingkah laku mama.
Moment itu juga dinikmati oleh Zhuocheng yang sedikit tersenyum dan Xuanlu yang menahan tawanya.
.
.
.
.
Seperti yang sudah direncanakan Xiaozhan hari ini, ia akan pergi berjalan di sekitar taman bersama Pao dan Pan. Sedih sekali jika mereka berdua tidak diajak jalan-jalan padahal Xiaozhan sedang libur. Maka dari ia membawa mereka ke taman.
Pagi-pagi sekali setelah acara sarapan itu, Xiaozhan menjemput mereka. Zhuocheng yang tidak tahu apa yang direncanakan anak itu pun mengikutinya.
"Jadi kemana kau akan membawa mereka kali ini?" tanya Zhuocheng setelah mengetahui Xiaozhan menghampiri Pao dan Pan.
"Eh? Ah, hanya berjalan-jalan di sekitar taman. Sudah lama bukan sejak terakhir kali mereka keluar rumah?" Xiaozhan mengelus kepala mereka berdua.
"Benar. Ingat asal jangan sampai mereka kabur saja. Jaga baik-baik anjing itu." ingat Zhuocheng.
Ya, Pao dan Pan itu anjing peliharaan mereka sejak kecil. Kenapa Zhuocheng begitu pada Xiaozhan? Karena dulu pernah ia membiarkan Xiaozhan membawa mereka jalan-jalan sendiri dan menyedihkannya mereka hampir saja hilang. Namanya juga Xiaozhan, kan? Jika sudah asik dengan sesuatu, pasti akan lupa dengan lainnya.
"Shi, shi. Aku tahu itu." Xiaozhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena mengingat kejadian itu.
"Baguslah. Akan kubunuh kau jika itu terulang lagi." Zhuocheng memelototi Xiaozhan.
"Shi. Aku akan pergi sekarang. Jangan terlalu cemas." ucap Xiaozhan melewati Zhuocheng dan menepuk pundaknya.
"Aku tak apa jika kau yang hilang." ketus Zhuocheng.
Padahal dalam hati, Zhuocheng lebih mencemaskan anak itu daripada anjing-anjing kesayangannya. Bukankah kalian akan lebih menyayangi orang yang sudah kalian anggap saudara? Apalagi kalian tumbuh bersama.
"Shi, shi. Suibian." Xiaozhan masih menjawab itu padahal ia sudah berada di ruangan yang berbeda dengan Zhuocheng.