Chereads / LYTLM (S1) : When Our Love Began / Chapter 16 - Chapter 16

Chapter 16 - Chapter 16

Xiaozhan sampai di taman dengan Pao dan Pan yang masih setia di depannya. Sepertinya Pao dan Pan exited sekali dengan ini. Mereka bahkan tak bisa diam sejak tadi. Selalu saja mencoba melepas tali yang mengikat mereka.

"Shi. Aku tahu kalian semangat karena ini, tapi aku tak kan membiarkan kalian melepas tali ini. Aku tak ingin kalian hilang, hao ma? Jadi nurut ya?" Xiaozhan berjongkok dan mengelus kepala mereka berdua sambil mewanti-wanti mereka.

Sedangkan Pao dan Pan hanya menggonggong dengan ekor yang dikibas-kibaskan. Bahkan aku berpikir mereka sama sekali tak paham apa yang Xiaozhan maksud.

Xiaozhan berjalan mengelilingi taman dan mengamati beberapa bunga cantik yang baru mekar di sana. Sepertinya itu tidak ada saat terakhir kali dia ke sana. Ia juga melihat banyak kupu-kupu yang berterbangan ke sana ke mari. Meili, itu yang ada di pikirannya saat melihat mereka.

Karena ia begitu menikmatinya, bahkan ia tak sadar jika Zhuocheng dan Xuanlu sudah ada di sampingnya entah sejak kapan.

"A-Zhan, apa kau melamun?" tanya Xuanlu yang menyadarkan Xiaozhan akan keberadaan mereka.

"E-eh? Meiyou. Mereka hanya terlalu cantik untuk dilewatkan." jawab Xiaozhan.

"Shi." Xuanlu juga tersenyum mengamati mereka.

"Tapi jangan lepaskan Pao dan Pan juga." entah sejak kapan Pao dan Pan sudah ada di tangan Zhuocheng.

"Benarkah?" Xiaozhan sedikit tersentak.

"Untung kami kemari jika tidak entah sampai mana mereka akan pergi." ketus Zhuocheng.

"A-Cheng, jangan terlalu menyudutkannya. Kau juga pernah hampir menghilangkan mereka juga, kan?" Xuanlu mengingatkan.

"Jiejie..." Zhuocheng menatap jiejienya cemberut.

"Sudah-sudah. Bukannya kalian ingin membawa mereka jalan-jalan?" ucap Xuanlu kemudian, lalu mereka berdua mengangguk.

"Jika begitu, bawa mereka. Aku akan siapkan piknik mini kita di sana." ucap Xuanlu menunjuk ke arah salah satu pohon rindang di sana yang terlihat teduh di bawahnya.

"Piknik? Kita akan piknik?" Xiaozhan sedikit terkejut.

"Shi. A-Cheng yang memintanya tadi. Jadi aku siapkan sekalian." ucap Xuanlu tersenyum.

"Wowow. Jadi ini keinginan Zhuocheng didi, ya? Wah mengejutkan sekali. Sebegitu tak bisa berpisah denganku kah?" goda Xiaozhan.

"Diam kau." ucap Zhuocheng menatap Xiaozhan seram.

Yang ditatap hanya cuek bebek.

.

.

.

.

Setelah Xiaozhan dan Zhuocheng kembali, mereka melaksanakan piknik mini. Cukup menarik, mengingat mereka jarang melakukan ini.

"Wah...apa makanan ini Jiejie yang membuatnya?" tanya Xiaozhan dengan mata berbinar.

"Shi. Aku sengaja membuat makanan kesukaanmu dan Zhuocheng. Aku pikir ini akan jadi hal yang spesial." ucap Xuanlu dengan senyum cerahnya.

"Wah...jiejie perhatian sekali. Aku semakin menyayangimu." Xiaozhan menampakkan senyum idiotnya.

"Hahaha...jiejie juga menyayangimu." ucapnya sambil terkekeh.

"Ehm..." tiba-tiba Zhuocheng.

"Ou..ou...apa kau cemburu?" goda Xiaozhan.

"Untuk apa? Tidak sama sekali." jawab Zhuocheng cuek.

"Kalian ini... Jiejie juga menyayangimu A-Cheng. Kalian didi kesayanganku." ucap Xuanlu kemudian.

"Aku tahu." Zhuocheng memalingkan wajahnya.

"Hahaha..." tawa Xiaozhan dan Xuanlu.

"Ah aku akan memberi makan Pao dan Pan." ucap Xuanlu kemudian.

Xiaozhan yang menyukai makanan itu, menatapnya dengan berbinar dan mulai memakannya. Namun saat makanan itu sampai di kerongkongannya....

"Uhukkkk...ukkk...." Xiaozhan terbatuk seperti ia tak bisa menelan makanan itu. Bahkan sepertinya tubuhnya menolak makanan itu masuk.

"Zhan, jangan bercanda." ucap Zhuocheng yang kelihatannya panik, namun Xiaozhan masih juga terbatuk dan bahkan telah mengeluarkan air mata.

Dan segera Zhuocheng meraih air dan meminumkannya pada Xiaozhan, namun tetap saja, ia memuntahkannya dan masih kesakitan.

"Jiejie...lihat Xiaozhan." panggil Zhuocheng pada Xuanlu dengan paniknya.

Xuanlu segera beranjak dengan paniknya ke arah mereka.

"A-Zhan, A-Zhan. Apa yang terjadi? Jangan membuat kami khawatir." panik Xuanlu sambil mengguncang tubuh Xiaozhan. Namun Xiaozhan masih tak menjawab.

Xiaozhan mendengar jelas panggilan mereka, namun ia tak bisa menjawabnya karena sakit itu. Matanya memburam dan akhirnya menggelap. Ia pingsan.

"Jiejie, Xiaozhan pingsan." Zhuocheng semakin panik.

"Bawa ia pulang segera." ucap Xuanlu membawa Pao dan Pan, sedangkan Xiaozhan berada dalam gendongan Zhuocheng.