Chereads / Let Go (Omegaverse) / Chapter 8 - What's Wrong With Me (2)

Chapter 8 - What's Wrong With Me (2)

Hari ini aku dan Nuri menghadiri pesta di rumah utama untuk merayakan pertunangan sepupuku. Seluruh anggota keluarga hadir hari ini begitu juga keluarga calon suami sepupuku.

Selama pesta berlangsung aku merasa tidak tenang. Instingku mengatakan ada hal yang tidak mengenakkan akan terjadi.

Untuk menghilangkan kekhawatiranku, aku meninggalkan acara dan memutuskan untuk mencari udara segar di balkon lantai dua sambil merokok. Tidak biasanya aku seperti ini.

Namun, belum lama aku menyesap rokokku. Aku menangkap sosok laki-laki yang sangat aku kenal, Raymond. Dia terlihat sedang menelpon seseorang. Lalu, tak lama dia kembali lagi ke dalam dan beberapa saat kemudian sosoknya keluar sambil berlari menuju parkiran. Dia terlihat sedang terburu-buru.

Aku menyesap kembali rokokku. Ah, Lennox, dia sedang apa ya di rumah. Pasti dia sedang menatap laptopnya sambil cemberut. Tanpa sadar aku tersenyum membayangkan wajahnya yang menggemaskan.

Tak ada angin, tak ada hujan, aku tiba-tiba teringat sosok yang mengisi hari-hariku selama hampir dua minggu terakhir.

Awalnya memang terasa canggung, namun lama-lama aku terbiasa dengan kehadirannya. Ya, aku sudah terbiasa, terbiasa sarapan bersama, terbiasa dilepas kepergianku ke kantor, terbiasa disambut dengan senyuman setelah lelah beraktifitas dan aku juga mulai terbiasa dengan aroma manis yang selalu tercium dari tubuh mungil Lennox.

Bukan, bukannya aku cabul. Hanya saja bau itu selalu tercium oleh indraku walaupun samar. Selalu membuat hatiku tenang dan nyaman. Hal ini membuatku bertanya, apa bau seorang omega selalu manis seperti itu?

Tadinya aku ingin mengajaknya kesini, tapi dia menolak dengan alasan ingin menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian beristirahat.

Lennox memang sibuk sekali beberapa hari terakhir. Dia bangun lebih awal dan tidur paling akhir. Setiap aku pulang dia selalu terduduk di ruang keluarga sambil menghadap laptop dan TV selalu menyala walaupun tidak di tonton sama sekali. Biar tidak sepi katanya.

Acara sudah selesai dan kerabatku sudah berangsur-angsur pulang. Aku pun memutuskan untuk pulang. Karena seperti yang tadi aku katakan, hatiku merasa tidak nyaman.

Ketika sedang menyalakan mobil, aku menangkap sosok Raymond keluar dari mobilnya sambil menutup pintu mobil dengan kasar. Dia terlihat berantakan sekali. Rambutnya yang tadi di sisir rapi ketika pergi meninggalkan pesta sekarang terlihat acak-acakan. Jas merah maroon yang melekat pada tubuhnya sekarang tidak ada, kemeja putih yang dia kenakan tadi kini sudah berganti menjadi kaos berwarna putih.

Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dengannya dan aku pun tidak peduli. Itu bukan urusanku.

Jalanan cukup lenggang malam ini. Tidak butuh waktu lama, cukup tiga puluh menit berkendara aku sudah sampai di kediamanku.

Dengan menggendong Nuri yang sudah tidur aku memasukkan kode dan kemudian membuka pintu rumah. Namun, aku di kejutkan dengan suasana rumah yang masih gelap gulita. Hidungku mencium bau asing yang memenuhi seluruh area rumahku. Tidak salah lagi, ini adalah feromon dari alpha lain, yang aku tidak tahu siapa.

Aku tidak menyalakan lampu sama sekali. Kakiku langsung bergerak menaiki tangga menuju kamar Nuri yang berada di lantai dua. Aku membuka pintu kamar Nuri, menyalakan lampu dan membaringkannya di atas tempat tidurnya.

Dengan suasana hati yang buruk sejak memasuki rumah tadi, aku turun kembali ke lantai satu. Menyalakan semua lampu, membuka semua jendela, membiarkan udara masuk dan membawa keluar feromon asing menyebalkan yang entah sejak kapan memenuhi setiap sudut di lantai satu ini.

Sambil menunggu bau feromon ini hilang, aku memutuskan untuk mandi. Mendinginkan kepalaku yang sejak tadi tersulut emosi.

Tak lama setelah mandi aku keluar dari kamarku, samar-samar aku masih bisa mencium feromon yang tadi cukup pekat sekarang sudah sedikit memudar. Ku putuskan untuk menutup semua jendela yang tadi aku buka.

Karena tadi diriku tidak dapat berpikir jernih, aku melupakan sesuatu yang penting, Lennox. Sejak tadi aku tidak melihatnya sama sekali. Aku kemudian melirik jam kayu yang tergantung di atas TV, sekarang jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Sepertinya dia sudah tertidur.

'Ah sepertinya aku juga harus tidur.' Batinku.

Namun sebelum tidur, seperti biasa, aku selalu minum dua gelas air putih. Aku pun berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Tanpa sadar aku menoleh ke arah dimana kamar Lennox berada. Dari sela bawah pintunya aku dapat melihat cahaya keluar dari sana. Tidak biasanya dia menyalakan lampu ketika tidur, apa Lennox belum tidur ya? Atau dia sedang mengejar deadline sampai-sampai tidak menyadari aku sudah pulang? Berbagai pertanyaan muncul timbul di benakku.

Akhirnya aku tidak jadi tidur dan memutuskan untuk menonton TV saja.

Sejam, dua jam, dan hampir tiga jam aku menunggu Lennox keluar dari kamarnya. Aku sudah bolak-balik, dari ruang keluarga ke kamarnya sebanyak tiga kali. Tapi Lennox tidak keluar juga dan lampu kamarnya tetap menyala. Sefokus itukah dia dengan pekerjaannya?

Langkahku membawaku kembali ke depan kamar Lennox, ini sudah ke empat kalinya. Jika tadi aku langsung kembali menuju ruang keluarga, kali ini aku terdiam di depan pintu kamar Lennox sambil berharap semoga sosok yang dari tadi aku tunggu keluar menampakkan dirinya.

Sambil terus beraharap, akhirnya dewi fortuna sedang berbaik hati padaku. Aku mendengar langkah kaki yang terburu-buru. Pintu itu akhirnya terbuka dan....

Brukk..!

Sosok mungil itu menabrakku. Indra penciumanku langsung menangkap aroma yang sama seperti ketika aku memasuki rumah tadi kini keluar dari kamar Lennox. Bau feromon ini lagi. Bau ini jauh lebih pekat dari sebelumnya dan membuatku muak.

Seketika itu juga, hatiku memanas. Aku tidak bisa mengontrol emosiku. Mata indah itu membulat, Lennox ketakutan.