Orang yang mirip dengan Alex!
Setelah puas memandangi sungai Seine, Akhirnya Chika memutuskan untuk kembali ke Apartemennya. Entah mengapa gadis itu begitu bersemangat sekali umtuk kembali ke Apartemennya.
Padahal, di Aparteman nanti ia hanya akan bertemu dengan tugas yang sangat banyak.
"Demi tugas cepat selesai sesemangat ini gue," uhar Chika.
"Auu" tiba-tiba saja untuk kedua kalinya hari ini Chika di tabrak oleh seseorang.
"Lo lagi, kenapa sih lo main nabrak orang aja!. Gak lihat apa gue segede ini," protes Chika.
"Maaf Mbak, saya benar-benar tidak sengaja!" ucap seseorang itu.
Tiba-tiba Chika teringat sesuatu.
"Suara itu," batinnya.
Buru-buru ia menatap orang yang telah menabraknya.
"Alex?" tanya Chika.
"Maaf Mbak, saya bukan Alex," sahut pria itu.
"Aku mohon kamu jangan bohong, jangam gantungin aku seperti ini lagi Lex," ucap Chika.
Karena saking rindunya Chika pun memeluk Alex.
"Pelukan ini, lama sekali rasanya aku sangat mendambakannya. Ya, aku sangat merindukan pelukan ini!" ucap Alex dalam hati.
Namun buru-buru Alex tersadar bahwa ia saat ini tengah menyamar. Bisa-bisa nanti Alex ketahuan.
"Maaf Mbak, tapi saya memang bukan Alex. Saya Jordan," ucapnya.
"Tidak mungkin, wajah kamu sangat mirip dengan Alex, mana mungkin ada orang yang kembar di dunia ini sama Alex. Dia tidak punya saudara kembar," sangkal Chika.
"Tidak menutup kemungkinan seseorang untuk memiliki kembaran, jadi saya mohon jangan beranggapan kalau saya ini adalah orang yang Mbak maksut, permisi saya mau istirahat!" pamit Alex.
Lelaki itu kemudian bergegas masuk ke dalam unit Apartemennya.
"Masak sih, apa gue ini lagi mengingau ya!. Tapi dia benar-benar mirip sama Alex!" ucap Chika.
Gadis itu pun akhirnya masuk ke dalam Apartemennya. Rasanya ia sangat tidak.percaya dengan apa.yang di lihatnya barusan.
Ia sampai memgambil foto Alex yang ia taruh di dal dompetnya.
"Tidak ada bedanya, suaranya sama perbedaanya cuma karena orang tadi itu pakek kaca mata," ujar Chika.
"Gak beres ini, kayaknya gue lagi halu deh!" uajr Chika.
Ia pun kemudian memyambar handuk yang ia letakan di belakang pintu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
"Mandi aja ah biar segar," ucap Chika.
Sementara di dalam Apartemennya Alex justru tengah menangis.
"Andai saja tadi gue bisa memeluk elo lebih lama Chik, pelukan itu begitu menghangatkan!" ucap Alex.
Sayangnya ia tidak bisa melakukan itu, Alex sadar saat ini bukanlah saatnya ia untuk menamnpakan dirinya di hadapan Chika.
Ia tidak ingin jika saat ia berhalusinasi seperti apa yang terjadi seperti biasanya itu di lihat oleh Chika.
"Gak bisa dan gak boleh, Chika boleh ketemu sama gue kalau gue sudah kembali seperti dulu. Kalau nanti gue udah sembuh!" ujar Alex.
Ia pun mengambil ponselnya dan memandamgi foto mereka berdua. Foto itu di ambil saat Chika buta dulu.
Saat itu bahkan lebih bahagia dari saat ini. Alex bisa begitu dekat dengan Chika, selalu menyempatkan waktu untuk Chika.
"Gue gak nyangka kalau kita sekarang sejauh ini Chik, sedangkan raga kita sebenarnya dekat!" ucap Alex.
Sembari mengelus fotonya dan Chika yang sedang tersenyum, Alex kembali menitikan air mata.
Terkadang seorang laki-laki mampu menitikan air matanya saat melihat orangnyanh di cintainya terasa jauh, bukan karena ia lemah namun itu karena perasaan seorang lelaki yang sudah sangat mendalam.
Kini hari mulai berganti malam, Chika yang sudah selesai mandi pun mulai merasakan lapar. Cacing-caing di perutnya rasanya kini sudah mulai berdemo meminta jatah makan.
"Lapar banget gue, mau keluar cari makan malas banget. Tapi gue lapar!" ujar Chika.
Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju dapur dan membuka kulkasnya.
"Bahan makanan ada, tapi kenapa ya kok gue males banget!" ucap Chika.
Padahal di dalam kulkasnya ada beberapa bahan makanan yang bisa di olah, tapi rasa malas membuat Chika tidak berselara mengolah bahan-bahan tersebut.
"Kekiar aja deh, nyari makan di luar!" ucap Chika.
Di kamar sebelah, Alex juga tengah bersiap-siap untuk mencari makan.
"Makan apa ya yang enak, kayaknya gue lagi kepengen spageti deh!" ujar Alex.
Ia pun kemudian keluar dari Apartemennya, bersamaan dengan itu kebetulam Chika juga keluar dadi dalam Apartemennya.
"Permisi," ucap Alex.
"Ehh, tunggu-tunggu!" cetus Chika.
"Ada apa ya Mbak?" tanya Alex.
"Lo pasti mau cari makan kan, bareng yuk gue juga mau cari makan," tukas Chika.
"Maaf tapi-"
"Udah gak ada tapi-tapian, lagian kan kita tetanggaan gak ada salahnya kan kalau saling mengenal!" ujar Chika memotong jawab Alex.
"Ya udah deh, boleh Mbak!" sahut Alex kemudian.
Mereka berjalan menuju lift yang akan mengantarkan mereka sampai ke lantai bawah.
"Kebetulan gue lagi kepengen spageti, gimana makan spaheti aja yuk," ajak Chika.
"Ternyata kamu juga lagi kepengan makan makanan itu Chik," ujar Alex dalam hati.
"Boleh Mbak," jawab Alex.
Sebisa mungkin Alex tidak boleh menunjukan kecurigaan saat di depan Chika. Karena kalau sampai Chika tau kalau dirinya memang benar-benar Alex itu bisa membahayakan keselamatan Chika.
Mengingat bahwa dirinya kini terjerat kasus narkoba yang sama sekali ia tidak melakukannya. Ia hanya di jebak.
"Oh ya, Jordan kan ya? Kalau boleh tau kamu kuliah dimana?" tanya Chika.
"Saya baru mau mendaftar Mbak," jawab Alex.
"Kampusnya yang dekat sini juga?" tanya Chika begitu antusias.
"Iya Mbak," sahit Alex.
"Wah kota sekampus kalau begitu," ujar Chika.
Kalau bukan karena ia ingin dekat dengan Chika tanpa Chika ketahui, sebenarnya Alex juga masih ingin mengejar mimpinya untuk kuloah di Jerman.
Tapi saat ini yang lebih penting di hidupnya adalah Chika, meskipun tidak bisa bersama-sama sebagai sepasang kekasih setidaknya masih bisa menjadi sahabat.
Mereka telah sampai di sebuah resto yang dekat dengan Apartemen mereka.
Chika langsung memesan dua spageti untuknya dan untuk Jordan.
"Suka pedas kan? Samain aja ya kaya punyaku," ucap Chika.
Sepertinya Chika memang masih curiga kalau Jordan itu adalah Alex. Buktinya sekarang ia memesan makanan yang pedas, yang bahkan Alex tidak terlalu suka makan pedas.
"Iya suka kok," sahut Alex.
"Maaf, aku cuma mau tau apakah kamu itu benar-benar Jordan atau Alex," ucap Chika dalam hati.
Tidak lama kemudian spageti yang Chika pesan pun telah datang.
"Yuk langsung di makan," ucap Chika.
"Iya."
Alex melihat spageti di depannya saja rasanya perutnya sudah mulai mules.
"Kamu kenapa?" tanya Chika.
"Gak papa kok, yuk langsung kita makan," jawab Alex.
"Kamu pasti masih mengira kalau aku Alex kan?" ucap Alex dalam hati.
Dengan terpaksa Alex mulai memakan spageti itu. Meskipun pada akhirnya nanti perutnya akan terasa sakit tapi ia tidak boleh membuat Chika curiga terhadapnya.