kemana angin bertiup, di situlah aku akan berjalan dengan sebuah harapan.
Harapan yang akan selalu ku genggam, walau entah sampai kapan itu kan menjadi nyata.
Memang terdengar sulit, namun setiap harapan pasti akan menemukan ujungnya meskipun terkadang ada sedikit perbedaannya harapan dengan apa yang kan terjadi.
"Terimakasih Al, kamu telah banyak membantu saya di negara ini!" ucap Chika tulus.
"Sama-sama, jangan sungkan untuk meminta bantuan kepadaku. Karena dengan senang hati aku pasti akan membantumu," tukas Albert.
"Baiklah, lain kali pasti aku akan kembali meminta bantuanmu jika aku membutuhkan sesuatu," ujar Chika.
Mereka berdua baru saja dari perpustakaan untuk mencari sebuah buku untuk bahan bacaannya. Buku-bukunya banyak yang tidak di bawanya.
Jadi selama berada di negri orang, Chika harus mencari buku-buku lagi untuk mengisi waktu luangnya nanti.
"Kamu suka membaca?" tanya Albert.
"Bukan hanya suka, tapi itu adalah aktivitasku setiap harinya saat SMA!" sahut Chika.
"Woow, keren!" puji Albert.
"Hahaha, baru pertama kalinya saya mendengar pujian itu. Biasanya aku akan di cap sebagai gadis cupu," ujar Chika sembari terbahak.
"Mengapa begitu?" tanya Albert.
"Ya karena aku saat SMA itu memanglah sangat cupu, bahkan aku itu memakai kacamata," jelas Chika.
"Itu tidak menjadi masalah, karena menurutku penampilan itu nomor sekian. Yang paling penting itu adalah kepribadian. Aku sangat yakin kalau kamu adalah gadis dengan kepribadian baik," ucap Albert.
"Bagaimana bisa kamu langsubg menyimpulkan demikian? Bahkan aku sendiri terkadang jengah menatap diriku sendiri," tukas Chika.
"Semua itu terlihat dari caramu berperiaku dan berbicara. Mengapa kamu justru terlihat jengah? Apakah kamu bosan menjadi dirimu sendiri?" tanya Albert.
"Bukannya seperti itu, hanya saja memang aku terkadang itu bosan saja dengan kegiatan yang aku jalani setiap harinya."
"Mungkin karena kamu belum beradaptasi dengan baik di negara ini, aku akan mecoba membantumu agar kamu tidak merasa bosan," ujar Albert.
"Benarkah, aku sangat berterimakasih!" ucap Chika.
Meskipun tidak bisa terbuka seperti saat bercerita dengan Rio, mengenal Albert sangat membantu Chika berkomunikasi di negara ini.
Dari jarak 10 meter dari tempat Chika duduk, rupanya ada yang tengah memperhatikannya.
"Itu siapa, kelihatannya akrab gitu sama Chika," ujar seseorang yang ternyata adalah Rio.
Selama di kampus, Rio memanglah menjadi mata-mata untuk Alex. Apa pun kegiatan Chika Rio akan selalu memberitahukannya pada Alex.
Meskipun dirinya sebenarnya juga suka pada Chika, namun Rio lebih menyayangi Alex yang sekarang ini sudah menajadi sahabatnya.
"Gue harus kasih tau Alex kalau Chika lagi dekat sama cowok lain," cetus Rio.
Ia pun kemudian merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celananya.
"Ada apa Yo?" tanya Alex yang terkihat seperti baru saja bangun tidur.
"Gawat, kalau lo tau pasti lo tidak terima!" ujar Rio yang terdengar mengkhawatirkan.
"Memangnya ada apaan sih, sampai lo teriak-teriak gitu. Apanya yang gawat?" tanya Alex yang belum begitu merespon.
"Lo pasti kagwt kalau dengar apa yang akan gue katakan," tukas Rio.
"Buruan lo katakan, jangan buat gue jadi penasaran ginilah!" pinta Alex.
"Sekarang gue lagi ada di dekat Chika dan lo tai Chika twrlihat akrab gitu sama cowok!" Jelas Rio.
"Ya ampun, kirain itu ada apaan. Ya itu hak dia kan Yo. Mungkin barangkali itu temannya atau kenalannya di Paris," sahut Alex.
"Lo sama sekali gak cemburu?" tanya Rio yang justru heran.
"Ya ngapain gue mesti cemburu. Bahkan gue udah ninggalin dia Yo, dia berhak bahagia lagi!" ujar Alex.
"Wahh, berobat lo Lex. Otak lo udau geser, udah gak bener!" tukas Rio.
"Apaan sih lo, pakek nyuruh gue berobat segala. Gue gak sakit kali!" protes Alex.
"Ya kalau elo gak sakit harusnya lo kaget begitu gue bilang cewek yang lo cinta itu lagi dekat dengan cowok lain," ucap Rio.
"Gue cemburu atau enggaknya lo juga pasti gak bisa lihat gue kan?" tanya Alex.
"Ya enggak sih, hehe!" sahut Rio.
"Ya udah, makanya lo tenang aja. Chika itu bukan tipe cewek yang mudah pibdah ke lain hati kok. Jadi elo tenang aja ya, gue jamin itu karena sampai sekarang pun dia masih nungguin gue!" tegas Alex.
"Ya udah deh, kalau gitu;" sahut Rio.
Telepon pun kemudian di putus sama Alex.
"Waduh, bener-bener nih anak gak ada baik-baiknya. Gue yang nelpon kenapa malah dia yang matiin teleponnya," ketus Rio.
Cowok itu kembali menatap ke arah depan, saat pandangan matanya mencari sosok Chika ia justru tidak menemukannya.
"Kemana perginya ya, perasaan cepet banget dah!" tukas Rio.
Albert yang melihat seperti ada yang memperhatikan ia dan Chika pun mengajak Chika berpindah tempat.
Dengan dalil melihat pemandangan yang lebih bagus, Chika pun dengan mudah mengiyakan permintaanya.
"Emangnya siang-siang gini ada yang kebih bagus dari sungai Seine?" tanya Chika nampak penasaran.
"Ada, kalau cuaca mendukung," sahut Albert.
"Ahh, jangan-jangan kamu ngeprank aku ya. Mana buktinya gak ada yang kamu maksut," ujar Chika.
"Hehe, sebenarnya tadi itu seperti ada yang memperhatikan kita dari jauh, makanya aku ngajakin kamu buat pindah tempat.
"Hah! Masak sih kok aku gak lihat ya," sahut Chika.
"Iya, masak aku bohong sih sama kamu. Tadi itu beneran ada orang yang kaya semacam lagi mematai-matai kita gitu. Di sini kamu gak ada musuh kan?" tanya Albert memastikan.
"Ya gak lah, aku di sini aja baryu 3 bulan. Dan yang aku kenal di sini juga cuma kamu dan 2 orang teman aku yang lainnya. Mana mungkun sih aku ounya musuh di sini," jelas Chika.
"Syukurlah kalau begitu, berarti aku anggap kalau irang tadi itu cuma iseng aja mungkin. Ya udah yuk kita cari makan aja gimana, kamu belum makan kan," ajak Albert.
"Belum sih, cuma aku kaya gak selera gitu mau makan!" tukas Chika.
"Jangan begitu, kalau kamu sakit karena telah makan bagaimana?" tanya Albert.
"Ya enggak lah, aku pasti makan kok. Cuma memang agak gak selera aja gitu," jelas Chika.
"Kalau gitu cari snak aja, dari pada kita berdiri gini gak ada kegiatan kan sambil ngemil enak," saran Albert.
"Ya udah yuk kita cari snak aja," sahut Chika setuju.
Keduanya pun kemudian berjalan mencari mini market terdekat.
Setelah berjalan kurang lebih 5 meteran mereka akhirnya menemukan mini market tersebut.
"Kamu boleh pilih apa pun yang kamu mau, hari ini biar aku yang traktir," ujar Albert.
"Tidak usah repot-repot. Aku masih ounya cukup uang kok," tolak Chika secara halus.
Chika hanya tidak ingin berhutang budi pada seseorang di negara ini. Karena itu akan membuatnya merasa tidak nyaman.