"Gue-"
"Apaan? Lo kalau ngomong yang jelas," desak Alex.
"Emm, gak papa kok iya pasti gue akan jadi temen dia kok. Lo tenang aja," ujar Rio.
Bagi Rio tidak perlu lah kalau sampai Alex tau jika dirinya itu ternyata menyukai Chika.
"Yabudah kalau gitu, akhirnya gue lega juga kalau dia ada yang jagain. Soalnya gue bener-bener gak tenang banget karena di sini tidak ada satupun yang dia kenal," tukas Alex.
"Lagian kenapa lo gak mencoba masuk aja ke universitas sini, gak ada salahnya juga kan elo coba!" saran Rio.
"Dengan penampilan gue yang seperti ini, aduh lo bener-bener yakin Yo," sahut Alex.
"Kenapa enggak, penampilan itu masih bisa di rubah kok Lex. Dan lo jangan terlalu mempermasalahkan itu," ujar Rio.
"Gue fikir-fikir dulu aja deh, lagian kalau mandiri gak lewat jalur beasiswa kan pastinya mahal," tukas Alex.
"Oke brother, lo fikirin aja dulu yang matang, kalau lo emang udah mantap mau kuliah di sini gue pasti akan bantuin elo kok!" ujar Rio.
"Thanks ya, gak nyangka gue baru kenal udah dapat temen sebaik elo. Mulai sekarang kita sahabat oke," ucap Alex.
"Siap," sahut Rio.
Keduanya pun kemudian berjalan menuju sungai Seine. Di sungai itulah tempat melepas penat, tempat yang paling cocok untuk bersantai sembari menikmati pemandangan yang indah.
"Di sini aku selalu melepaskan semua uneg-uneg yang ada di pikiranku," ujar Rio.
"Emang elo mikir apa aja?" tanya Alex.
"Banyak yang gue fikirin tapi gue harap semua itu tidak merusak hidup gue lebih parah lagi!" tukasnya.
"Emang separah apa sih hidup elo, sampai-?sampai elo bilang gitu!" ucap Alex.
"Belum saatnya gue cerita sama elo, nanti kalau gue lagi baik gue bakalan cerita sama elo!" tukas Rio.
"Huu, rese lo!" sahut Alex.
Ternyata masalah yang menurut Alex berat, masih ada yang memiliki masalah yang jauh lebih berat darinya.
Masalah seperti seni dalam kehidupan, karena tanpa masalah hidup kita tidak akan terasa luar biasa.
"Yang tepenting apa pun masalah yang sedang kita hadapi kita harus semangat brow, jangan sampai karena masalah yang ada kita jutru down," ucap Rio.
"Mending cari makan aja yuk, dari pada mikirin masalah terus. Perut juga harus di fikirkan ini," ajak Alex.
"Ya udah yok, kita cari yang makanan indo aja ya. Soalnya gue gak terbiasa makanan yang ada di sini," tukas Rio.
"Ah elo gimana sih, kuliah di luar negri tapi gak doyan makanan sini" cerca Alex.
"Bukannya gak doyan ya, tapi cuma gak terbiasa aja gitu!" jelas Rio.
"Ya udah deh yuk cari makanannya," ujar Alex.
Keduanya pun kemudian berjalan menuju arah kulineran.
"Nah ini nih kuliner yang gue suka," ujar Rio.
"Berasa makan di negara sendiri ya," sahut Alex.
"Gue bilang juga apa, kalau makan di sini itu berasa kita lagi di negara sendiri!" ujar Rio.
"Lo bener sekali, sering-sering lo ajakin gue kesini ya!" ucapnya.
"Beres, asal elo yang traktir hahaha." Cowok itu kemudian terbahak.
"Huuu rese lo, ujung-ujungnya minta traktir kan lo!" tukas Alex.
"Iyalah, kan lo orang baik pasti mau lah buat traktir gue," ucap Rio.
"Udah ah, gue mau balik Apartemen dulu," sahut Alex.
"Gue ikut dong," pinta Rio.
"Dih ngapain lo ikut ke Apartemen gue?" tanya Alex.
"Ya gue lagi males aja mau balik ke Apartemen gue," jelasnya.
"Ada apaan sih emang sampai lo males gitu mau balik ke Apartemen lo?" tanya Alex lagi.
"Lagi ada ribut-ribut gitu, jadi tuh gini ada pasangan pasutri yang rntah lagi ada masalah apa nah dia itu kerjaannya ribut-ribut terus," jelas Rio.
"Cuma begitu doang masalahnya, tinggal lo pakek headset kan udah beres!" saran Alex.
"Jadi gak boleh nih gue ke Apartemen lo?" tanya Rio.
"Ya bukannya gak boleh Yo, cuma ya gimana ya di Apartemen gue juga sebenarnya lagi ada masalah malahan lebih parah di apartemen gue masalahnya," elak Alex.
Tidak mungkin jika cowok itu mengijinkan Rio untuk ikut ke Apartemennya. Karena jika sampai itu terjadi justru akan berakibat fatal untuk dirinya.
Otomatis Rio akan langsung tau kalau sebenarnya dirinya adalah pengidap penyakit HIV.
"Ya udah deh, tapi lain kali gue boleh kan main ke Apartemen elo," ujar Rio.
"Ya tentu boleh dong," jawab Alex.
Untung saja Rio tidak memaksa lagi untuk ikut ke apartemennya.
"Huhh, syukurlah kalau begitu!" ujar Alex dalam hati.
"Ya udah mending lo catet deh nompr hp gue, biar nanti kita bisa langsung kontek-kontekan," saran Alex.
"Ya udah mana biar gue catat no hp lo," tukas Rio.
Cowok itu kemudian meminta Alex mencatatkan nonya ke hp miliknya.
"Ini sama aja gue yang nyatet dong," cerca Alex.
"Alah sama aja, yang penting nanti gue langsung hubungin elo," ujar Rio.
Cowok itu kemudian berlalu dari hadapan Alex.
Seneng juga rasanya Alex mendapatkan teman seperti Rio. Walau pun terkadang terlihat seperti orang oon, tapi justru lebih seru berteman dengan orang yang jujur apa adamya seperti itu dari pada berteman dengan orang yang munafik.
Setelah itu Alex pun kemudian berjalan menuju arah Apartemennya. Rasanya tubuhnya sudah sangat lemas sekali, dan ia harus segera meminum obatnya.
"Gue harus segera sampai Apartemen," ucapnya.
Sore telah menjemput, pemandangan di sungai Seine jelas terlihat sangat indah sekali.
Senja yang terlihat begitu menampilkam warna yang sempurna.
"Seine, Chika gue di sini Chika. Di negara impian elo!" ucap Alex.
Andai saja tidak ada sesuatu yang menghalanginya, saat ini tentu saja Alex adalah laki-laki yang sangat bahagia karena bisa melihat magic hour bersama orang tersayang.
"Rasanya masih sama, senja itu masih indah di lihat. Dan yang membuatnya sedikit berbeda adalah tidak adanya kamu di sampingku."
Alex mengurungkan niatnya untuk kembali ke Apartemen karena ia ingin menikmati senja terlebih dulu.
"Andai di sini ada elo Chik, gue yakin sekali kalau gue pasti akan menjadi orang yang bahagia. Gue yakin sekali kalau gue pasti akan bahagia!" ucap Alex.
Ternyata di sisi berbeda sungai Seine, Chika juga tengah melihat keindahan magic hour.
Gadis itu terlihat beberapa kali mengambil gambar pemandangan tersebut.
"Alex, di sini gue sedang bahagia namun juga tengah bersedih. Entah mengapa hati gue belum bisa berdamai dengan kenyataan kalau kamu telah pergi meninggalkan aku," ujar Chika.
"Mungkin akan banyak hal yang tidak kita ketahui di dunia ini, dan yang paling terpenting adalah jangan menuduh seseorang tanpa kita tau kejelasan dari orang tersebut"