Pagi ini, seperti biasa aku duduk di samping tempat tidur. Tempat dimana Kakakku terbaring koma. Biasanya, aku akan menatapnya sambil menangis, tapi hari ini berbeda.
Hari ini rasanya aku ingin bunuh diri.
Pikiranku terasa kosong, harapan yang telah lama kupegang erat-erat sudah melayang dan hancur.
Perkataan dokter kemarin masih terngiang-ngiang di kepalaku.
"Maaf karena mengatakan ini, tapi sudahkah kamu menerima kepergian Kakakmu? Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tubuhnya semakin memburuk. Sudah 3 tahun, dan tubuhnya sama sekali tak beraktivitas membuat sebagian besar organ tubuhnya hancur. Sudah tak ada gunanya menunggu keajaiban. Kalaupun dia berhasil bangun, tubuhnya tak akan mampu lagi bertahan."
"Jad...Jadi maksudmu? Semua upaya selama ini tak berguna? SEMUA ALAT MEDIS DI TUBUHNYA TAK ADA HASILNYAAA???!?!"
Dokter itu menatapku sambil menghela nafas, "Sudah 3 tahun, dan anda pasti sudah merelakannya kan? Alat alat itu hanya membantu memenuhi kebutuhan asupan dan oksigennya, tapi tak ada gunanya jika tubuhnya tak bergerak sama sekali. Tubuhnya pun semakin memburuk, tak peduli sebesar apa upaya kita, tak akan bisa bertahan lagi. Anda sudah tahu ini sejak hari pertama kan? Kami sudah membantu anda untuk membuatnya bertahan selama 3 tahun ini, dan itu tak ada hasilnya selain menambah sakitnya. Sudah saatnya anda melepaskannya."
Kukepalkan tangan dan seluruh tubuhku terasa panas. Tidak...Tidak! Aku masih tak bisa merelakannya. Tapi, apa yang bisa kulakukan? Apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkannya?
Apa yang bisa kulakukan kalau aku kehilangan dia?
Triing!
Terdengar notif handphone dari tas ku yang membuat semua pikiranku buyar. Sejak kapan aku memasukkan handphone ke dalam tas ku? Aku memutuskan untuk tak menghiraukannya.
Triing!
Triing!
Triing!
Triing!
Uuuh...sial. Siapa sih yang terus terusan mengirim pesan? Suara notif terus muncul seolah mendesakku untuk melihatnya. Mendengar suara yang sama terus menerus membuat kepalaku semakin sakit dan seakan ingin meledak.
Bergegas, kubuka tas dan mengambil handphone untuk mengutuk dan memaki siapapun orang kurang ajar ini. Dan kerutan di wajahku bertambah saat melihat biang keroknya ternyata orang yang sudah kukenal.
MNV 861
[Hei,apa kabar?]
[Ada hal penting yang harus kita bicarakan.]
[Terkait janjiku pada pertama kali kita saling mengirim pesan.]
[Hei, cepat jawab!]
[P]
[P]
[P]
[P]
Si brengsek ini. Hatiku sekarang tengah kacau, dan dia akan membantuku untuk menghancurkannya berkeping keping? Segera kuketik jawaban untuknya.
-Jangan ganggu aku sekarang.
[Oh...Ayolah~Kau sudah memainkan gameku dengan baik seminggu ini. Itu menyenangkan kan?]
[Aku sempat trauma loh saat kamu memakiku malam itu, namun ternyata setelah itu kamu melakukan saranku supaya bisa memainkan game ini. Dan lihatlah sekarang, kamu ketagihan memainkannya kan?]
-Aku tak berminat membicarakannya. Aku sudah tak punya semangat hidup sekarang.
Kutaruh HP ke dalam tas dan menutup mataku. Ya, semenjak kejadian streaming yang memalukan seminggu lalu, aku langsung mematikan kamera dan mengirim pesan untuk MNV 861, hanya untuk mengutuknya 2 jam penuh. Dia pun baru membalas nya besok pagi. Yah...aku tak menyangka dia akan membalas pesanku sih.
MNV 861 mengirim belasan permintaan maaf dan memberitahu cara meng-install apk. pihak ketiga supaya aku bisa memainkan gamenya. Aku hanya mengabaikannya, tapi entah kenapa ada dorongan dari diriku untuk mengikuti sarannya. Sejak pertama kali aku melihat gamenya, hatiku sangat tertarik. Rasanya suasana di dalam game itu sangat menenangkan dan familiar.
Saat berhasil dan aku bisa memainkan permainannya, ada perasaan damai dan tenang di hatiku. Perasaan yang belum pernah kurasakan semenjak kejadian kecelakaan 3 tahun lalu. Rasanya sangat menyenangkan berpetualang dengan memakai karakter pangeran mahkota, membunuh monster, berinteraksi dengan para warga dan meningkatkan level. Aku juga menikmati membaca kisah latar belakang para karakter dan NPC di bagian Info.
Semenjak kejadian itu, aku selalu streaming dan memainkan game itu sejak pulang dari rumah sakit sampai lewat tengah malam. Walau penontonku berkurang, aku tak terlalu menghiraukan nya karena aku benar-benar telah terobsesi dengan game ini. Aku memainkan game ini setiap malam sampai dokter memberitahuku kabar buruk itu kemarin.
Triing!
Triing!
Triing!
Triing!
Uuuh,sial. Aku lupa mematikan notif nya. Suara notif berkali kali itu muncul lagi, menyakiti telingaku. Aku pun meraih handphoneku dan membukanya untuk membenarkan tebakanku, kalau biang keroknya masih orang yang sama.
MNV 861
[Hei, jangan gitu dong. Ini sangat penting.]
[Kau sudah memainkan game ku dengan baik seminggu ini, dan ini saatnya aku menepati janjiku.]
[Aku punya hadiah untukmu.]
-Aku tak menginginkannya.
[Oh ya? Bagaimana kalau kubilang hadiah ini bisa menyembuhkan keluargamu?]
Mataku terbuka lebar setelah membacanya. Dia juga tahu hal ini? Segera kutulis balasanku:
-Maksudmu?
[Kau akan melakukan apapun untuk bisa menyembuhkan Kakakmu kan?]
-Bagaimana kaau bisa tahuu?
[Itu tak penting. Yang lebih penting aku punya ramuan yang bisa membuat kakakmu bangun dan sehat kembali.]
-Kalau kamu jujur, tolong cepat berikan. Aku membutuhkannya.
[Tapi ada syaratnya.]
-Bagaimana aku bisa tahu kau tidak menipu diriku?
[Kau punya pilihan lain?]
Yaaaah.... yang dikatakannya benar. Aku sudah putus asa sekarang. Melihat kakakku semakin sekarat, aku tak punya pilihan lain. Aku akan melakukan apapun.
-Baik. Apa maumu?
[Setelah kuberikan ramuannya, kamu harus memasuki game 'The Another World'. Ya, gameku yang kau mainkan seminggu ini.]
-Kau mencoba mempermainkan ku?
[Aku sangat serius sekarang. Jadi kau mau menerimanya atau tidak?]
-Bukankah katamu ini hadiah? Kenapa ada syaratnya?
[Aku tak bisa mengirim benda pada orang yang bukan penduduk game ini. Aku cuma bisa memberikan benda pada orang yang telah resmi menjadi penduduk game 'The Another World'. Sebenarnya...dunia kita berbeda.]
-Maksudmu?
[Ya. Aku tinggal di 'The Another World'. Game yang kamu mainkan belakangan ini. Aku bisa menghubungimu dan membantumu berkat skill ku.]
Kepalaku semakin berat dan sakit. Apa dia mempermainkan ku? Sebelum pikiranku bisa memprosesnya, dia mengirim pesan lagi.
[Kesepakatan kita adalah kamu menjadi penduduk 'The Another World'. Baru setelah itu aku bisa memberimu ramuannya.]
-Bagaimana aku bisa memberi Kakak ku ramuannya jika aku masuk ke duniamu?
[Jangan khawatir. Aku bisa memberimu jeda waktu satu jam sebelum kamu memasuki duniaku. Kamu bisa menggunakan waktu itu untuk menyembuhkan Kakakmu dan melakukan hal lainnya. Bagaimana?]
Aku terpaku, otakku masih berusaha memproses semua kejadian tak masuk akal ini. Tapi, aku sudah lama menunggu keajaiban, dan sepertinya sekaranglah waktunya.
-Baik. Aku setuju.
[Keputusan yang bagus. Sekarang terima kesepakatannya.]
Triing!
Tiba tiba di depanku muncul jendela notifikasi yang melayang-layang. Aku hampir tak bisa menyembunyikan kekagetanku. Warnanya kombinasi hitam dan putih, persis seperti di game.
[`MNV 168` telah mengundangmu untuk memasuki dimensi dunia 'The Another World' dan tinggal di sana. Apakah kamu menyetujuinya?
(YA). (TIDAK)]
Tak menunggu lama,telunjukku menekan tombol Ya.
[Anda telah menyetujui undangan `MNV 168`.
Anda resmi menjadi penduduk 'The Another World' dan bisa berinteraksi dengan sesama penduduknya sekarang. Jiwa anda akan segera dikirim ke 'The Another World']
[Waktu pengiriman yang tersisa: 59 menit 40 detik.]
[Anda telah menerima 1 item.]
Tiba tiba di depanku, muncul cahaya keemasan yang menyilaukan. Di tengahnya terdapat sebuah botol kaca indah melayang layang. Di tengah botol kaca itu terdapat gambar mahkota berwarna kuning keemasan dengan lingkaran berwarna hitam dan putih dibelakangnya. Didalam botol itu terdapat benda cair berwarna hijau muda yang menyejukkan.
Segera kuraih ramuan itu dan kubuka tutupnya. Saat kubuka alat bantu bernafas di mulut Kakakku, aku sempat takut ramuan ini tidak ampuh atau bahkan beracun. Namun saat melihat ramuannya yang berwarna hijau muda terang, hatiku menjadi damai dan bertekad bahwa semua akan baik-baik saja.
Pelan pelan, kubuka mulut Kakak dan meminumkan isi ramuan sampai habis. Setelah habis, tiba-tiba tubuhnya bersinar. Sebuah cahaya hijau menyelimuti seluruh tubuhnya dan aku bisa melihat tubuhnya membaik.
Wajahnya yang pucat, mulai bercahaya lagi. Badannya yang kurus kering, perlahan tumbuh dan subur. Seluruh kulitnya yang pecah pecah, berubah mulus kembali. Di depan mataku, tubuhnya mulai membaik ke keadaan sebelum dia koma, bahkan lebih baik. Tak terasa, pipiku terasa basah. Harapanku yang telah melayang jauh, perlahan menghampiri kembali.
10 detik kemudian, cahaya itu menghilang. Meninggalkan sebuah tubuh yang sangat sehat dan terawat, tak ada lagi tanda pucat dan koma di tubuhnya.
Perlahan, mata Kakakku terbuka, dia kemudian bangkit dan duduk. Wajahnya yang tampan membuat ekspresi bingung dan linglung sambil mengusap matanya. Dia terlihat seperti baru bangun tidur kecantikan.
Tubuhku berjalan ke arahnya dengan gemetar, air mata terus mengalir, sementara hatiku terus meyakinkan diriku kalau ini bukan mimpi.
"Kak...?"
Yang dipanggil kemudian menatapku. Kulit di antara alisnya berkerut. Dia membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu yang terasa seperti petir di siang hari.
"Kau...siapa?"