Chereads / Percayalah padaku / Chapter 5 - Berpisah Lagi

Chapter 5 - Berpisah Lagi

Hatiku panik. Sangat panik.

"Kak, ini aku, adikmu. Kau lupa?"

".....Maaf.."

Dia membuat ekspresi sedih sambil menunduk. Sial...Harapanku akhirnya terkabul. Tapi... Apa ini?

"Tunggu sebentar Kak. Jangan kemana mana."

Aku segera berlari ke ruangan dokter. Jantungku berdebar kencang. Perasaan bahagia, sedih dan panik bercampur aduk di dalam diriku.

"Dokter, tolong periksa Kakakku. Dia telah bangun!"

Dokter tak bisa menyembunyikan betapa kaget dan tak percayanya dia. Pena yang sedang dipegangnya pun tak terasa lepas begitu saja dari tangan nya. Wajahnya menatapku dengan ekspresi kasihan dan bingung. Dia pasti tengah mengira aku sedang berkhayal.

Namun, dia tetap menunjukkan betapa profesional nya dia saat dia berdiri dan mengatakan, "Baik, tolong tunggu. Saya akan segera ke sana."

Aku pun berlari kembali ke kamar Kakak, dan hatiku sangat lega saat melihat dia masih duduk di tempat tidur. Dengan canggung, aku duduk di kursi. Ingin rasanya aku memeluknya, tapi mengingat dia lupa siapa aku, itu hanya akan menambah suasana canggung.

10 detik kemudian, dokter pun masuk dengan beberapa suster di belakangnya. Matanya terbuka lebar, tak percaya akan keajaiban yang dilihatnya. Aku segera berjalan ke dekatnya.

"Dok, Kakak saya mengatakan dia tak dapat mengingat saya. Tolong periksa beliau."

"Baik. Sementara kami melakukannya, tolong tunggu di luar sebentar."

Aku pun berjalan keluar dan berdiri di dekat pintu. Aku mengeluarkan handphoneku saat mendengar suara pintu ditutup. Jariku sibuk mengetik pesan kepada seseorang.

-Terima kasih. Terima kasih banyak atas bantuanmu.

Segera, sebuah pesan balasan dari MNV 861 datang.

[Tak masalah. Selamat,ya. Aku turut senang.]

-Tapi...Kenapa dia tak mengingatku?

[Maaf....Sepertinya karena kerusakan di otaknya sudah parah. Sehingga saat ramuannya bekerja, ramuannya mereset ulang ingatannya supaya otaknya bisa pulih sepenuhnya.]

-Ah...begitu ya.

[Aku turut berduka. Tapi...itu tidak penting kan? Yang penting kau bisa melihatnya sehat lagi.]

-Ya...Aku sangat senang melihat harapanku terkabul. Tapi...ingatan kami selama ini....Kenangan kami....

[Hei, jangan pikirkan itu. Kamu selalu bisa membuat ingatan baru kan?]

-Yah...Kau benar. Aku tak sabar melakukannya.

[Tapi, ingat kesepakatan kita. Waktumu sebentar lagi.]

Aku tersentak. Aku hampir lupa akan hal itu. Kulirik timer yang melayang di depanku.

[49:11]

Baru sebentar aku melihatnya bangun, sekarang aku harus meninggalkannya? Berpisah lagi dengannya? Bahkan saat dia tak lagi bisa ingat denganku? Ingin sekali aku tetap tinggal, tapi aku tak bisa.... Ini harga atas keajaibannya. Ya, ini sudah cukup.

Saat aku melamun dan tenggelam dalam pikiranku, pintu terbuka dan suara dokter memanggilku.

"Saudari Indah?"

"Ya, Dok? Bagaimana kabar Kakak saya?

" Ini sungguh keajaiban. Aku sungguh tak percaya, tapi tubuh saudara Risky benar benar telah pulih. Tak ada bekas luka atau kerusakan apapun di tubuhnya, semua organnya sehat, seolah olah beliau terlahir kembali. Tapi ada satu masalah, dia telah mengalami amnesia permanen."

"Tak apa apa Dok, saya akan membawanya pulang sekarang."

"Eh, tak mau diterapi dulu disini?"

"Terima kasih Dok, tapi lain kali saja. Kami harus segera pulang sekarang."

Ya, harus. Waktuku tak banyak yang tersisa. Segera aku menghambur ke dalam dan memegang tangan pria itu.

"Kak, kita pulang sekarang ya."

"Eh? Baik dik..."

"Indah kak. Nama adikmu ini Indah."

"Oke dik Indah. Maaf ya karena Kakak tak bisa mengingatmu." Dia tersenyum canggung. Ah,senyumnya itu! Senyum yang selalu kunanti dan kurindukan selama ini. Walau sedikit canggung, itu lebih dari cukup.

"Haha, bukan masalah kok Kak." Ya, sungguh bukan masalah. Melihatnya bangun lagi pun cukup. Apalagi karena kami harus berpisah lagi. Akan lebih mudah baginya untuk melupakanku dan hidup normal kembali.

Aku menarik tangannya keluar untuk berjalan pulang ke rumah. Untungnya, dia cukup penurut. Sepanjang jalan, mulutku sibuk bercerita tentang kenangan kami selama ini, sementara pria itu sibuk mendengarkan sambil tersenyum.

Akhirnya, kami sampai di rumah. Aku melirik timer, tersisa 10 menit. Waktuku sangat singkat. Aku pun segera menyeret Kakak untuk duduk di kamarnya, sementara aku mengambil sesuatu di dapur.

"Tadaaaaa! Lihat Kak, pempek buatanku sendiri. Coba makan deh."

Matanya berbinar dan tangannya mengambil satu makanan itu untuk dimasukkan ke mulutnya. Aku melihatnya dengan jantung berdebar dan perasaan bahagia yang tak terkira. Semua harapanku akhirnya terkabul.

"Mmmh....enak. Kamu sangat pintar memasak ,Dik."

"Ya dong, Kan Kakak sendiri yang ngajarin."

"Aku juga bisa memasak?"

"Lebih jago daripada aku malah."

"Ah, begitu ya. Andai aku masih bisa mengingatnya." Kilatan sedih terlihat di wajahnya. Aku segera mengalihkan topik pembicaraan.

"Ah Kak, tolong terima ini. Aku selalu ingin memberikan ini padamu." Aku memberikan sebuah buku tabungan padanya. Itu hasil tabunganku dari streaming selama 3 tahun ini. Jumlahnya memang tak terlalu banyak, tapi itu bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari hari selama sekitar 8 tahun.

Mata pria itu melebar saat melihat isinya, "Apa ini, Dik? Ini uangmu kan? Hebat, kamu bisa mengumpulkan sebanyak ini. Kakak bangga."

Ah...Kata kata yang selalu kunantikan. Aku tersenyum bangga.

"Hehe, aku mendapatkannya dari streaming selama ini Kak. Ini berkat kamu yang selalu sabar mengajariku, walau aku akhirnya cuma bisa game horor,hehe. Aku mengikuti jejakmu, Kak."

"Tapi...Maaf Kakak tak bisa memenuhi kewajiban Kakak beberapa tahun terakhir ini." Wajahnya berubah sedih. Ah, tidak. Jangan merubah suasananya seperti ini.

"Gak papa kok Kak. Itu di luar kehendakmu. Itu juga terjadi karena kamu menyelamatkanku."

Kulihat timer, tersisa 3 menit lagi. Aku harus bergegas.

"Ah, semua uang itu kuserahkan padamu Kak. Maaf karena kita harus berpisah lagi."

"Loh, kamu mau kemana? Bawalah uangmu ini, aku bisa mencari uang sendiri."

"Tidak Kak, aku tak membutuhkannya. Pergunakan saja sesukamu. Dan maaf, aku harus pergi."

"Tidak! Kamu mau kemana?"

Pria itu menarikku mendekatinya dan memelukku dengan erat. Ah, kehangatan ini. Air mataku tumpah.

"Indah harus pergi ke suatu tempat Kak. Indah sudah janji. Dan kakak harus hidup dengan baik ya. Semua kebutuhan sudah tersedia di rumah ini. Dan sejak awal, rumah dan semua benda ini milikmu, Kak."

"Tidak! Aku ingin menebus semua kesalahanku padamu. Jangan tinggalkan aku."

"Indah juga tak ingin pergi, tapi Indah harus pergi, Kak. Terima kasih sudah merawat Indah selama ini, dan Kakak juga tak pernah berbuat salah sedikitpun. Indah sangat beruntung bisa dirawat orang baik seperti Kakak."

"Kau...Kau akan kembali kan?"

"Pasti, Kak. Tolong hidup dengan baik dan sehat sampai aku pulang ya Kak..."

"Ya, Kakak janji. Dan kamu juga harus janji untuk hidup dengan baik dan kembali lagi ya,Ndah."

"Tentu, Kak". Aku merasakan kecupan di dahiku, dan aku membalas mencium pipinya. Air mata kami bergabung menjadi satu.

Aku melihat timer. Gawat! tinggal satu menit lagi!

"Indah pamit ya,Kak. Terima kasih selama ini dan maafin Indah yang banyak salah ini. Sampai jumpa lagi, Kak." Aku mengucapkan salam perpisahan sambil mencium tangan pria itu.

Setelah itu, aku bergegas keluar rumah, tanpa melihat ke belakang. Aku lari dan masuk ke semak di belakang rumah. Aku tak ingin Kakak melihatku menghilang.

Kulirik timer, tersisa waktu 40 detik lagi. Jantungku berdebar. Apakah aku akan benar-benar masuk ke dunia game itu? Bagaimana caraku kembali?

Tring!

Suara notifikasi terdengar dari handphone di saku celanaku. Aku membuka handphone hanya untuk melihat pesan dari MNV 861.

MNV 861

[Kerja bagus. Kau berpamitan dengan baik. Sekarang bersiaplah untuk petualangan baru.]

Dahi ku berkerut. Bagaimana dia bisa mengawasi ku? Tapi, tak ada waktu memikirkan itu. Segera aku menulis pesan balasan.

-Apakah aku bisa kembali pulang?

[Aku tak bisa menjanjikan nya. Tapi tentu saja bisa, asal kamu berusaha keras.]

-Saat aku tiba di sana, Apakah aku bisa bertemu denganmu?

[Tidak,Indah. Kita akan berpisah di sini. Aku tak akan bisa menemui atau melihatmu lagi setelah ini. Inilah perpisahan kita. Senang bisa mengenalmu.]

Aku terdiam. Apa maksudnya? Bukankah aku akan pergi ke dunia tempat dia tinggal? Terus kenapa kita tak akan bertemu? Ini aneh.

Tit!

Aku kaget dan melihat timer di atas.

[00.00]

[Waktu telah habis! Anda akan dikirim ke dimensi 'The Another World' sekarang!]

Seketika tubuhku diselimuti cahaya kombinasi antara putih dan hitam. Jiwaku terasa ditarik keluar dengan paksa. Tubuhku tidak bisa digerakkan dan terasa berat. Aku jatuh dan terbaring lemas di tanah.

Sesaat sebelum kehilangan kesadaran, aku melihat pesan terakhir dari MNV 861

[Selamat tinggal, Indah. Semoga berhasil.]

Dan semua menjadi gelap.