Aku benar-benar merasa di ambang kematian. Dimana saat itu aku merasa bahwa hari itu adalah hari terakhir ku. Aku memberanikan diri untuk mencoba buah beracun yang kupikir tidak akan masalah untuk ku jika aku menelan nya. Saat itu aku berpikir untuk segera kembali dari masa depan sehingga aku tidak memikirkan efek samping dari buah beracun yang ku makan.
Saat aku tersadar, aku mulai memikirkan apakah aku masih berada di masa depan atau mungkin di surga. Pikiran ku sungguh tidak karuan. Aku tidak bisa apa-apa selain hanya menatap ke langit-langit ruangan yang ada di hadapan ku. Aku melihat tangan ku yang sudah terpasang selang infus. Bahkan aku mendengar suara mesin yang mengukur detak jantungku saat itu.
Dimana aku? Apakah aku di rumah sakit? Apakah aku kembali sadar? Apakah aku di masa kini atau masa depan? Itulah yang ada di benak ku pada saat itu. Aku sama sekali tidak bisa mengatakan apapun lagi yang ku pikirkan hanyalah apa yang terjadi kepada ku.
Kemudian samar-samar aku melihat seorang wanita mengenakan jubah dokter berwarna putih dimana pada saat itu aku seperti mengenali orang itu. Aku berpikir itu sepertinya Juni. Aku mencoba membuka kedua mataku lebar-lebar. Dan benar saja, Juni mulai berbalik dan menghampiri ku.
" Jo, apakah kau baik-baik saja? " tanya Juni dengan cemas kepada ku. " tentu saja aku tidak apa-apa. " jawab ku dengan suara yang lemah. " istirahatlah, aku akan memeriksa mu sekarang, kau jangan banyak bergerak dulu ya. " kata Juni berpesan kepada ku.
Saat itu aku hanya menganggukkan kepala saja, terus terang, memang saat itu aku sangat merasa lemas bahkan aku seperti tidak memiliki tulang sama sekali. Ku pikir aku memang sedang tidak baik-baik saja. aku pun akhirnya menuruti apa yang di katakan Juni kepada ku. Juni mulai melakukan pemeriksaan secara menyeluruh kepada ku. Sampai pada akhirnya, Juni mulai memanggil kapten Santoso. aku mendengar bahwa Juni mengatakan kepadanya bahwa aku sudah sadar.
Tak lama kemudian Kapten Santoso mendatangi ruangan dimana aku berada saat itu. Dia pun terlihat sangat cemas. Seperti biasanya dia datang dan langsung mengomel kepada ku. Aku sangat pusing mendengarnya berbicara seolah-olah aku ini adalah seorang anak kecil yang tidak bisa menjaga diriku sendiri.
" Apakah kau bodoh? Mengapa kau bisa menenggak racun? Kau pikir dirimu aman-aman saja seperti itu? " kata kapten Santoso dengan kesal kepada ku. " aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir, lihatlah, aku masih hidup saat ini. " jawab ku dengan nyeleneh. " kau pikir dengan begitu hanya akan menyisakan bekas luka? Racun jika tertelan tidak hanya akan membekas di tubuh mu kau pun ikut lenyap di buatnya. " sahut kapten Santoso dengan kesal. " baiklah, lain kali aku akan mencari cara lain untuk kembali. " pinta ku dengan memelas. " Kau tenang saja, aku sudah memesan untuk di buatkan alat untuk mempermudah dirimu, bersabarlah sedikit lagi. Aku akan memberi mu libur panjang. Pergunakanlah untuk beristirahat. " jelas kapten Santoso kepadaku kembali. " siap kapten! " seru ku dengan senang.
Setelah mendengar ucapan kapten Santoso aku merasa lebih baik, dimana saat itu aku berpikir akhirnya aku mempunyai waktu luang, aku bisa menghabiskan waktu bersama dengan Juni sehingga aku bisa mengetahui apa yang terjadi kepadanya saat ini. Tak lama setelah kapten Santoso meninggalkan ruangan ku, aku meminta Juni untuk berada di samping ku. Juni kemudian bertanya kepada ku mengapa aku memanggilnya dan memintanya untuk duduk di samping nya.
Aku berkata kepadanya bahwa aku sudah tidak kuat untuk menahan rasa rindu ku kepadanya, aku
pun menarik tangan nya hingga dia mendekati ku, saat aku ingin menciumnya, dia pun menepisnya begitu saja. dia mengatakan bahwa saat itu ada kamera yang mengawasi nya. Aku pun sedikit merasa kesal dan mulai cemberut di hadapannya.
" Tenanglah, jangan terburu-buru seperti itu. Bukankah sudah ku bilang bahwa aku tidak bisa melakukan nya pada saat jam bekerja? " jelas Juni kepada ku.
Mendengar perkataan Juni membuat ku sedikit berpikir apakah mungkin dia merasakan hal yang sama seperti ku namun dia menahannya? Isi kepalaku mulai mengarah ke hal-hal yang sedikit cabul. Ku pikir mungkin Juni hanya menundanya saja saat ini dan akan melakukan nya dengan segera kepada ku. Aku pun mulai tersenyum-senyum sendiri saat Juni mulai meninggalkan ku dan pergi ke ruangan nya.
Apakah akan terjadi lagi hal seperti itu? Apakah dia sengaja menggoda ku? Ah, aku ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini dan menemui Juni. Ucap ku yang mulai berbicara sendiri. Tak lama kemudian, seseorang mendatangi ku. Aku belum pernah melihatnya. Dia datang untuk memeriksa tekanan darah ku. Karena merasa penasaran, aku pun bertanya kepadanya.
Aku bertanya siapa namanya dan dia di bagian apa dalam tim, bahkan aku bertanya mengapa aku baru melihatnya saat itu. Dia pun menjawab dengan ramah kepada ku. Dia mengatakan kepada ku bahwa dia adalah asisten dari Juni, aku pun hanya mengangguk saja. aku memastikan bahwa aku mengerti apa yang dia katakan.
Aku mulai merasa bosan, tidak ada yang bisa ku kerjakan saat itu selain berbaring di atas tempat tidur. Aku bahkan tidak bisa menemukan keberadaan ponsel ku saat itu. Sampai akhirnya aku memanggil seseorang yang berada di depan ruangan yang sedang menjaga ku. Saat aku memanggil seseorang, aku berharap itu Juni sehingga kami mungkin bisa berbincang-bincang.
Dan ternyata seorang prajurit datang menghampiri ku.
" Siap Letnan! Ada yang bisa saya bantu? " seorang prajurit menyapa ku.
Aku langsung merubah mimik wajah ku, ternyata tidak sesuai harapan ku. Aku pun menyuruhnya lagi untuk kembali keluar dan berjaga. Kini aku mulai merasa sangat bosan. Aku pun memilih untuk tertidur saja karena aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan saat itu.
Hari telah berlalu dengan cepat, aku mulai terbangun dan melihat Juni yang sedang memeriksa ku saat itu. Tanpa berpikir panjang aku langsung menarik tangan Juni hingga Juni terjatuh ke dalam pelukan ku. Aku tidak menyadari bahwa saat itu Juni tidaklah sendiri. Dia bersama dengan asisten nya yang lain dan juga kapten Santoso. mereka melihat ku saat itu yang sedang memeluk Juni dengan erat. Juni bahkan sudah memberikan pertanda kepada ku dengan berusaha bangkit namun aku tetap menahan nya. Kemudian terdengar suara kapten Santoso berdeham dengan cukup keras.
Aku pun melihat ke arah asal suara itu berada. Aku sangat terkejut ketika aku melihat bahwa yang berada di depan ku adalah kapten Santoso. aku sama sekali tidak menyangka bahwa yang berada di depan ku saat itu adalah kapten Santoso. aku pun langsung melepas pelukanku dari Juni. Aku mulai gugup dan tidak tahu harus berkata apa saat itu. Aku sungguh-sungguh malu. Aku berharap saat itu bisa memutar waktu. Juni pun tampak gugup dan menjadi salah tingkah di depan kapten Santoso. sedangkan kapten Santoso hanya memasang senyum kecil di sudut bibirnya seolah dia memaklumi tindakan yang di lakukan ku saat itu.