Aku merasa sangat bosan sehingga hendak mengelilingi markas sambil melihat-lihat. Aku pikir saat itu aku tidak perlu meminta izin kepada siapa pun secara tidak ada orang juga di dalam ruangan yang dia tempati kala itu. Aku mulai melihat-lihat ruangan yang membuat ku merasa takjub. Aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar orang penting di dalam markas ini sehingga keberadaan ku sangat di perlukan.
Aku melihat bahwa orang-orang sedang bekerja cukup serius. Aku melihat sebuah portal yang cukup besar, aku berpikir apakah mungkin aku adalah seorang penjelajah waktu? Aku pun terus mendekati portal tersebut. ketika aku hendak menyentuhnya, Juni berteriak cukup keras memanggil nama ku.
" JOPARDI! JANGAN SENTUH! " teriak Juni dari kejauhan.
Aku pun menoleh ke belakang. Aku melihat wanita bernama Juni dengan wajah cemasnya menghampiri ku sambil berlari. Aku memandang nya dengan keheranan. Mengapa aku tidak boleh menyentuhnya? Apakah akan terjadi sesuatu jika aku menyentuhnya? Begitulah yang ada di pikiran ku saat itu.
Juni telah berada tepat di hadapan ku. aku pun mentapa wajahnya yang begitu terlihat sangat cantik di mata ku.
" Hmh, hmh, hmh, " suara napas Juni yang terengah-engah terdengar jelas di telinga ku. Aku pun bertanya apa yang terjadi kepadanya. Juni hanya mengatakan bahwa aku tidak perlu menyentuh portal itu untuk saat ini. Dia juga mengatakan pada ku bahwa aku harus beristirahat karena kondisi ku yang tidak stabil.
Aku merasa bahwa dia adalah seorang dokter sehingga dia sangat memahami situasi ku. aku pun di tuntunnya untuk kembali ke kamar. Aku pun hanya mengangguk dan mengikuti nya saja. saat berada di kamar, aku terus saja menatap nya. Dia merasa sedikit risih ketika aku mulai mengalihkan pandangan ku terhadapnya.
" Ada apa dengan mu? Mengapa kau terus melihat ku seperti itu? " tanya Juni kepada ku.
" Ha? ti-tidak. aku hanya melihat ke arah belakang mu. " sahut ku. " apa kau akan tetap di sini? Mengapa kau tidak pergi? " tanya ku dengan penasaran.
" Aku tinggal di kamar ini. " jawab Juni.
Mendengar Juni berkata seperti itu, membuat ku mulai berpikir apakah mungkin aku dan Juni sudah menikah dan kami tinggal di kamar yang sama? Namun aku melihat begitu banyak kamera sehingga tidak mungkin jika aku menikah dengan nya namun ada kamera pengawas di dalam kamar ku. apakah kami tidak pernah berhubungan intim?
" Permisi, apakah aku boleh bertanya? " tanya ku lagi kepada Juni.
" Silakan saja. " jawab Juni.
" Apakah kau dan aku adalah suami istri? " tanya ku tanpa basa-basi.
Juni terlihat sangat terkejut mendengar pertanyaan ku. wajahnya juga memerah sambil terlihat tersipu malu. Lalu Juni seperti terlihat gugup.
" A-Apa maksud mu berkata seperti itu? Kita memang berada di kamar yang sama. Tapi tidak seperti yang kau pikirkan. " jelas Juni kepada ku lalu pergi ke tempat tidurnya.
Aku semakin tidak mengerti mengapa aku bisa melupakan hal sepenting itu. Mengapa yang ada di dalam ingatan ku hanyalah ingatan masa kecil ku? apakah aku sedang mengalami amnesia? Aku terus memikirkan nya semalaman.
Keesokan paginya.
Situasi mulai ricuh, dimana seluruh tim tengah mempersiapkan untuk keberangkatan Jopardi ke Jakarta. Juni yang saat itu tengah berada di dalam kamar nya mendengar suara seseorang yang terus saja bolak-balik di depan kamarnya. Aku pun bangkit dari tempat tidur ku dan melihat Juni keluar dari kamar.
Aku melihat orang-orang yang sibuk mondar-mandir melewati kamarnya. Juni kemudian berlari menghampiri ruangan kapten Santoso. Juni kemudian bertanya kepada kapten Santoso apa yang sebenarnya saat ini terjadi.
" Kapten! " seru Juni ketika baru saja memasuki ruangan kapten Santoso.
Kapten Santoso hanya terdiam sambil menatap Juni. Dia pun seolah-olah mengacuhkan keberadaan Juni di ruangan nya. Ketika kapten Santoso hendak pergi keluar, Juni menarik tangan nya secara refleks. Dia mengatakan kepada kapten Santoso apa yang hendak dia lakukan kepada Jopardi. Kapten Santoso pun melepaskan tangan Juni yang menggenggam lengan nya cukup keras.
" Juni, saat ini Jopardi berada di naungan ku. kau tidak berhak untuk melarang apalagi melawan kehendak ku. " ucap kapten Santoso dengan ketus kepada Juni.
" Tidak! aku berhak sebagai dokternya! " jawab Juni. " kapten, saat ini situasi Jopardi sangat lah lemah, bahkan dia tidak bisa mengingat ku." kata Juni berusaha mencoba untuk mencegah kapten Santoso.
" Apa maksud perkataan mu? " tanya kapten Santoso dengan penasaran.
" Ya, Jopardi kehilangan memori nya tentang apa yang dia lakukan selama ini di sini. " terang Juni kepada kapten.
" Apa? Mengapa kau baru memberitahu ku sekarang? " tegas kapten dengan kesal.
Juni kemudian menundukkan wajahnya di depan kapten Santoso. Juni berharap dengan dia berkata seperti itu, kapten Santoso tidak akan membawa Jopardi dalam percobaan yang akan di lakukan di Jakarta. Tapi itu semua hanyalah angan-angan belaka bagi Juni. Kapten Santoso tetap bertahan dengan pendirian nya. Kapten Santoso kali ini terlihat sedikit kejam.
Dia pun berkata kepada Juni bahwa dia akan tetap membawa Jopardi ke Jakarta untuk melakukan percobaan sekaligus pemeriksaan. Juni merasa pengorbanan nya sia-sia selama ini. Dia bersusah payah membuat kapten Santoso memberikan keringanan kepada Jopardi namun ternyata kapten Santoso bersikap begitu dingin kepada Jopardi dengan memaksa membawanya ke Jakarta.
Juni berpikir bahwa kapten Santoso sangat egois. Dimana dia lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibanding keamanan aset negara yaitu Jopardi. Juni berpikir bahwa dia harus ikut pergi ke Jakarta demi melindungi Jopardi. dia akan pergi secara diam-diam tanpa di ketahui oleh kapten Santoso. karena dia sudah mendapatkan peringatan dari kapten bahwa dia tidak akan bisa ikut bersama nya ke Jakarta. Karena mulai saat ini Sohee lah yang akan menjaga Jopardi.
Juni memiliki beberapa pistol yang sebelumnya dia ambil dari ruang senjata secara diam-diam. Dia mulai memasukkan nya kedalam sebuah ransel. Karena kali ini Jopardi akan naik helikopter, Juni berpikir mungkin akan sulit untuk bersembunyi di dalam helikopter. Jadi dia hendak membajak helikopter pengikut yang akan menjadi pemandu helikopter yang di tumpangi oleh Jopardi dan kapten Santoso.
Sempat terjadi baku hantam di pangkalan. Juni berpakaian layaknya tentara yang mengemudikan helikopter. Dia juga cukup pandai berkelahi sehingga dia berhasil membajak helikopter yang akan memadu helikopter kapten Santoso. Juni sebelumnya baru bisa mengendarai helikopter. Saat ini kali kedua dia mengemudikan nya. Juni hanya berharap perjalanan nya saat itu berjalan mulus tanpa hambatan. Juni hanya ingin agar bisa menjaga Jopardi. dia hanya takut bahwa Jopardi akan kehilangan nyawanya ketika dia melakukan percobaan kembali. Karena yang dia takutkan saat itu Jopardi kehilangan semua ingatan nya dan membuat saraf di dalam otaknya tidak bekerja lagi.