Di Jakarta, dimana saat ini aku berada di sebuah gedung yang sangat besar dengan peralatan yang begitu lengkap membuat ku merasa semakin berdebar-debar. Aku berpikir betapa hebatnya diriku saat ini. Bahkan aku pun di agung-agungkan hanya karena aku adalah satu-satunya orang yang bisa menjelajahi waktu. Sejujurnya dengan menghilangnya ingatan ku, aku sedikit takut dengan apa yang akan ku alami di masa depan.
Juni sempat berkata kepada ku bahwa hanya aku saja yang bisa melewati lubang hitam dan menelusuri masa depan maupun masa lalu. Aku mempercayai Juni karena Juni adalah orang yang paling terdekat dengan ku. mendekati masa percobaan, Aku mulai menyusun strategi. Sebenarnya aku sama sekali tidak memikirkan apa yang harus ku lakukan. Dengan arahan dari kapten Santoso, aku pun menyiapkan peralatan yang akan ku gunakan pada saat aku melintasi waktu.
Pada waktu malam tiba, kapten Santoso mengajak ku bertemu untuk membicarakan apa yang harus ku lakukan nanti dan apa yang akan ku bawa sebagai bekal pergi ke dimensi lain. Kapten Santoso menerangkan kepada ku dari awal lagi. Dia memberitahu ku apa yang harus ku lakukan dan apa saja yang harus ku bawa.
Kali ini mereka menyuruh ku untuk membawa sebuah truk peluncur roket. Aku merasa bahwa sepertinya percobaan ini terlalu berlebihan untuk ku. Aku sangat terkejut mendengar bahwa aku harus mengendarai sebuah truk besar.
" Kapten, apakah tidak terlalu berlebihan jika aku langsung membawa truk itu? Ku pikir sebaiknya aku hanya perlu membawa senjata saja. " kata ku kepada kapten Santoso.
" Tenang saja, Kau akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu tentang bagaimana cara mengendarai truk tersebut. " jelas kapten Santoso kepada ku.
" Tapi kapten- " sahut ku lagi sambil menghentikan perkataan ku sejenak.
Kapten Santoso mencoba meyakinkan ku. dengan segenap kemampuan nya dia mengatakan kepada ku bahwa aku sudah pernah membawa sebuah mobil melewati lubang hitam. aku pun tercengang mendengar nya. Kapten Santoso tidak mungkin berbohong kepada ku soal ini. Akhirnya aku mencoba untuk mempercayai nya. Dia memberikan ku waktu satu minggu untuk berlatih mengendarai truk tersebut.
Setelah selesai berbicara dan berdiskusi dengan kapten Santoso aku segera kembali ke ruangan ku. Sebelum aku kembali, aku ingin menghampiri Juni lebih dulu. Aku ingin memeriksa keadaan nya sebelum aku kembali ke kamar ku. saat aku berada di depan kamarnya, ku lihat Juni sedang membongkar isi tas nya. Aku melihat dia memiliki sebuah pistol dan juga satu buah granat. Aku pun segera masuk dan menanyainya.
" Juni? apa yang sedang kau lakukan? " tanya ku saat masuk kedalam kamarnya. Juni terlihat terkejut ketika melihat ku yang tiba-tiba masuk tanpa dia ketahui. Juni pun segera membereskan apa yang ada di hadapan nya saat itu.
" Juni, katakan lah pada ku. sebenarnya apa yang sedang terjadi? " tanya ku lagi dengan penasaran.
" Tidak ada apa-apa Jo, sahut Juni. Ada apa kau kesini? " tanya Juni kepada ku.
Juni kembali tertutup kepada ku. aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan hanya berkata bahwa
aku merindukan nya. Juni pun hanya tersenyum kepada ku. kemudian aku mengatakan kepada Juni bahwa aku akan melakukan percobaan setelah satu minggu. Juni pun bertanya kepada ku apa saja yang akan ku lakukan dan apa yang akan ku bawa. Aku menjelaskan kepada Juni bahwa aku akan membawa sebuah truk peluncur roket. Juni terkejut mendengar nya. Dia tidak menyangka bahwa aku akan melakukan secepat itu.
Juni mengatakan bahwa hanya orang terpilih saja yang bisa mengendarai truk tersebut. Juni menjelaskan kepada ku hanya orang yang memiliki surat izin khusus yang di dapatkan dari Jenderal yang bisa mengendarai truk tersebut. Aku terlihat kebingungan.
" Kapten memberiku waktu satu minggu untuk berlatih mengendarai truk tersebut. " jelas ku kepada Juni.
" Apa? Hanya satu minggu? Apa aku tidak salah mendengar? " tanya Juni dengan terkejut.
" Ada apa memangnya? Mengapa kau sangat terkejut? " jawab ku.
" Hanya saja aku merasa itu terlalu cepat. Biasanya mereka yang telah mendapatkan surat izin untuk mengemudikan truk membutuhkan cukup banyak waktu sekitar satu bulan lamanya. " jelas Juni.
" Benarkah? " seru ku dengan terkejut.
" Ya, tentu saja. " kata ku.
Aku semakin ragu untuk melakukan percobaan yang akan berlangsung ssatu minggu lagi. apa yang harus ku lakukan sekarang? Tiba-tiba saja aku merasa ragu. Aku tidak tahu apakah aku harus mempercayai kata-kata kapten Santoso atau kah Juni.
***
Hari pertama latihan
Ini adalah hari dimana aku akan melakukan pelatihan untuk mengendarai truk. Aku memang memiliki berbagai macam jenis surat izin mengemudi, namun ternyata untuk bisa mengendarai truk tersebut memerlukan surat izin khusus. Itulah sebabnya saat ini aku di minta oleh kapten Santoso untuk berlatih lalu melakukan test. Barulah saat itu aku bisa dengan resmi mendapatkan izin dari jenderal dan mengendarai nya.
Saat pertama kali aku mengendarai nya, aku merasa berdebar, bahkan jantungku seperti ingin terlepas dari tubuh ku. hati ku begitu senang seperti seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru dari orangtuanya. Aku mulai memegang stir yang cukup besar terpampang di hadapan ku. kemudian, seseorang datang dan naik serta duduk di sebelah ku.
Ternyata orang tersebut adalah orang yang akan mengajari ku mengendarai truk. Aku pun mulai menyalakan mesin truk nya. Tangan ku gemetar karena ini pertama kalinya aku mengendarai sebuah truk yang cukup besar. saat aku hendak mengendarainya, tiba-tiba saja aku mendengar suara Juni berteriak cukup keras di depan truk.
Aku pun melihat dari jendela truk tersebut. Juni memanggil-manggil ku dan menyuruh ku untuk turun. Akhirnya aku memutuskan untuk turun dan menghampiri Juni. dalam benak ku banyak sekali pertanyaan. Apa yang Juni lakukan? Dan apa yang membuat Juni sampai menghampiri ku? aku berpikir bahwa Juni mungkin saja berusaha mencegah ku untuk bisa mengendarai truk dan kembali ke masa lalu.
" Ada apa Juni? " tanya ku kepada Juni.
" Jangan! Jangan mengendarai truk itu? " ucap Juni.
" Ada apa? Mengapa tidak boleh? " tanya ku dengan penasaran.
Juni pun terdiam sejenak, dia seolah-olah terdiam saat melihat ku menghampiri nya. Wajahnya yang cantik mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan. Aku menunggu nya untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikiran nya.
" Juni, ada apa sebenarnya? Kau tidak perlu cemas, kau bisa mempercayakan semuanya kepada ku. " kata ku lagi kepada Juni.
" Sebenarnya, ada satu hal yang ku takutkan jika kau kembali ke masa lalu. aku hanya tidak mau kau terjebak di masa lalu. " kata Juni kepada ku.
Aku semakin dilema mendengar apa yang dikatakan oleh Juni. wajah nya yang sendu membuat ku tidak tega melihat nya. Haruskah aku mengikuti kemauan Juni?