Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Unexpected Surprise

Valentine_Veska
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.1k
Views
Synopsis
Allura memiliki hobby mendaki gunung dengan tiga temannya yang lain karena menyukai pemandangan dan suka menjelajah, siapa tau dapat pengalaman yang menarik! Suatu hari ia bertemu dengan empat cowok asing ditengah hutan yang membantu mereka. Erion, Hoshi, Rigel, dan Alpha. Cowok yang bernama Erion bahkan mengatakan kalau Allura lah yang selama ini ingin ia temui. Dan berusaha membantu Allura mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Tapi nihil, gadis itu tidak mengingat apapun. Akan tetapi, setelah datang sesuatu yang menimpah mereka akhirnya Allura tersadar dan menjadi ingat kembali ingatan yang hilang dari benaknya itu. Tapi percuma semua sudah terlambat. Akankah persahabatan antara kedelapan manusia itu awet ataukah terpecah belah menjadi beberapa bagian? Tidak ada yang tahu kecuali Author, hahaha.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chp. 1

Pandangan seorang gadis terhalang oleh embun yang menutupi seluruh pemandangan alam yang berada dihadapannya itu. Wajar saja, hari masih sangat subuh nan gelap tapi gadis itu tetap kekeuh pada keinginannya untuk mendaki sebuah gunung yang telah lama tidak ia kunjungi itu.

Sebenarnya ia tidak sendirian melainkan ditemani dengan para sahabatnya yang mempunyai hobby atau kebiasaan yang sama pula.

Empat gadis itu menerobos masuk ke dalam hutan untuk menjajah seluruh sudut gunung yang lumayan luas. "Wah kangennya!" seru Allura agak sedikit berteriak, seolah memberitahu alam bahwa ia telah kembali. Entahlah.

"Jadi kamu pindah ke desa ini hanya untuk mengunjungi tempat yang pernah kau datangi waktu kecil?" tanya salah satu sahabat nya yang mengambil duduk di sebuah batang kayu, beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang masih jauh.

"Iya betul sekali, seratus untukmu, Adara!"

Gadis dengan Surai cokelat itu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak tau kenapa Allura tiba-tiba ingin mengunjungi gunung yang terpencil seperti ini.

Meskipun hobby mereka merepotkan karena mendaki gunung, tapi mereka akan mencari tempat yang aman dari bahaya. Ingat mereka adalah perempuan! Pasti akan ada rasa takut di benak mereka.

"Jangan istirahat terus! Kita tinggalin baru tau rasa hm." semprot Alhena kepada Adara yang enggan untuk beranjak dari tempatnya, padahal yang lain telah beberapa meter didepannya.

"Tarik," ucap Adara sembari menengadah kan tangan guna mengisyaratkan bahwa Alhena segera menariknya untuk melanjutkan perjalannya yang sempat tertunda itu.

"Manja amat jadi anak." meski begitu Alhena tetap membantu Adara berdiri, kemudian menyusul yang lain.

Disisi lain, Allura sibuk menuntun Ankaa yang berjalan sambil membaca Novel nya. Sangat merepotkan. Temannya itu tidak bisa lepas dari hal yang seperti itu, jadi dimaklumi saja.

Saking sibuknya mengurus temannya itu hingga Allura tidak memperhatikan petunjuk arahan. Seharusnya ia berbelok ke kanan, ia malah melangkah ke haluan yang sebaliknya.

'Dilarang Masuk, Bahaya!'

Itulah kata yang terpampang jelas di atas petunjuk panah itu.

_____________________

Diwaktu yang sama namun ditempat yang berbeda, kumpulan remaja laki-laki tengah bersiap untuk berangkat ke tempat tujuan dengan semangat yang menggebu-gebu. Eh bukan, lebih tepatnya salah satu dari tiga cowok itu terlihat paling semangat daripada yang lain.

Dua temannya masih menguap bertanda masih mengantuk.

"Kalian berdua cepat bergegas, ntar aku tinggalkan mau?" seru Erion sambil mengikat tali sepatu nya.

"Mau " jawab mereka serempak.

"Lah, tadi katanya bakal ditinggal, kok ini main tarik segala!" Protes Rigel karena tadi cowok itu hendak masuk kembali kedalam ruangan akan tetapi diseret oleh Erion.

Hoshi, cowok tampan asli Jepang yang bersurai abu-abu itu nampak mengangguk mengerti dengan tingkah laku temannya yang satu itu.

"Kau yakin kali ini akan bertemu dengannya?" tanyanya disela-sela kesibukan mereka yang tengah menyingkirkan daun-daun yang menghalangi jalan menuju sebuah gunung yang jarang akan pengunjung.

Menoleh sekilas. "Tentu saja, feeling ku mengatakannya seperti itu, nanti arahan angin yang akan menuntun kita kesana!" jawab Erion semangat empat lima.

Hoshi menghembuskan nafas berat. "Untuk yang kesekian kalinya aku mendengar alasan yang sama." Ia tidak pernah tau apa isi pikiran Erion yang bisa dibilang, unik.

"Ya, semoga saja."

"Ngomong-ngomong soal orang yang ingin kau jumpai itu, rupanya seperti apa? Kau masih mengingat wajahnya? Setahuku sudah 8 tahun berlalu pasti semua orang mengalami perubahan, yakan?" Rigel mengingat bahwa Erion menceritakan seorang gadis yang pernah menyelamatkannya waktu kecil, tapi itu sudah lama sekali.

"Kalau soal itu sih tentu saja aku masih ingat orangnya ya walaupun sekarang sudah samar-samar," Erion meneguk habis air di botolnya.

Plak

Kepala Erion dipukul sedikit keras, membuat cowok itu mengadu kesakitan. "Heh, sakit!' Erion membalas apa yang dilakukan Rigel padanya.

"Dasar goblok! Gimana mau bantuin kalau kau saja tidak menjelaskan secara detail dia itu orang seperti apa! Kalau gini bakal susah nyarinya!" semprot Rigel. Dia orangnya sedikit cerewet, sih.

Ditengah-tengah pertengkaran kedua orang itu, Hoshi malah memperhatikan jejak kaki seseorang, ralat beberapa orang yang sepertinya datang terlebih dahulu ketimbang mereka.

"Tunggu!" ujar Hoshi kepada temannya yang hendak berbelok ke arah kanan.

"Hah? Kenapa? Kau lihat something kah?" tanya Rigel serius. "Apa kau dapat kasus baru, beritahu saya!" Ya karena dia mempunyai impian untuk menjadi detektif makanya ia menyukai hal-hal yang berbau misterius.

Namun yang didapatinya hanyalah tatapan tajam Hoshi yang menunjuk jejak kaki orang lain yang berada di haluan sebelah.

"Lihat, disini tertulis dilarang masuk karena bahaya," ucap Erion.

"Apa jangan-jangan mereka sedang mencari harta Karun? Kalau begitu, kita juga gaskeun."

Erion berdehem sejenak, menyita perhatian kedua temannya. "Itu bukan urusan kita, mending kita pergi."

________________

"Kudaki-daki daki daki gunung yang tinggi, kuseberang sebrang sebrang luas samudra melintasi Padang rumput hijau terbentang Tuhan beserta ku~,"

Allura bernyanyi sepanjang jalan sedangkan temannya yang lain mendesah panjang akibat terlalu khawatir karena berpikir bahwa mereka salah jalan karena sudah tidak ada lagi tanda-tanda yang menuntun jalan mereka.

"Allura, kita tersesat loh ini," ucap Adara heran mendengar nyanyian temannya itu seperti tidak ada rasa cemas sedikitpun.

"Halah baru tersesat aja takut--. Adududu sakit jangan dijambak dong kepalaku!" Allura mengelus rambutnya dengan lembut setelah mendapat perlakuan yang kejam tadi.

"Makanya jangan asal ceplos gitu," Alhena berkacak pinggang kesal dengan sikap Allura yang menyebalkan.

Sekilas Ankaa menatap sekelilingnya dan mendapat kesan bahwa hutan yang mereka datangi ini sangat err menyeramkan, bahkan buku kuduknya berdiri, merinding.

"Aku merasa hawa dingin dan aneh apalagi ada suara-suara aneh di sana," tunjuk Ankaa di arah Utara yang terdapat pagar besi yang menghalangi penglihatan mereka untuk melihat dalamnya.

Lantas Allura, Adara dan Alhena segera merapatkan tubuh masing-masing merasa takut karena ucapan Ankaa. "Jangan bilang kau tahu dari--"

"Iya, melalui gelombang ku." ucap Ankaa santai hendak mendekati tempat yang misterius itu tapi malah di cegah oleh Alhena yang menatapnya serius.

"Jangan!"

"Watashi wa ki ni narimase!" balas Ankaa menggunakan bahasa Jepang yang berarti 'Aku sangat Penasaran!'. Kalau sudah begini, tidak ada yang bisa menahan Ankaa karena rasa keponya yang lebih besar.

Sekedar informasi bahwa gelombang yang dimaksud Ankaa adalah feeling atau firasatnya tapi dia lebih nyaman memakai gelombang sebagai kata gantinya. Dan sialnya, gelombangnya selalu tepat sasaran membuat sahabatnya merinding.

Pernah tempo hari Ankaa mengatakan bahwa ada sesosok putih yang melewati mereka pada saat itu, dan Allura dkk langsung ngacir guna meninggalkan tempat itu juga. Bakat Ankaa terkadang serem, sih.