"Woy! Sepatuku dimana? Siapa sih yang pindahin?"
"Udah telat gue aduh!"
"Hey kalian bangun kek bantuin teman yang lagi kesusahan!"
Pagi-pagi sekali eh bukan lebih tepatnya jam setengah delapan pagi, Adara sudah rusuh dan membuat keributan yang mengundang amarah Ankaa, Allura dan Alhena. Bagaimana tidak? Mereka masih terlarut dalam mimpi indahnya tapi malah dibangunkan dengan suara cempreng temannya, bagaimana tidak emosi coba?
Tumben temannya itu telah bangun, biasanya juga jam sembilan baru bangkit dari tempat tidur nya. Ada gerangan apa kah ini?
Dengan kesal Allura keluar dari kamarnya sambil menghentakkan kakinya sebal. Sedangkan Alhena yang memang tidur di sofa ruang tamu hanya mendudukkan dirinya tanpa berniat menghampiri Adara. Ankaa? Jangan ditanya, dia mah menyumpal telinganya dengan kapas.
"Pagi-pagi udah ribut, kenapa sih?" Allura menatap jengkel Adara yang celingak-celinguk mencari sepatunya berada. Tapi belum ditemukannya.
"Itu pak boss tempat aku bekerja udah datang jemput. Gada angin gada hujan eh ngajak pergi bareng, ntar apa kata orang di kantor tempat aku magang?" tunjuk Adara didepan rumah yang terparkir sebuah mobil dengan pria ber setelan jas khas orang kantoran.
Tak lupa dengan kotak makan dikantong plastik yang ditenteng pria itu. Tentu saja untuk mereka berdua. Sungguh baik boss tampannya itu. Oke, sisakan satu untuk pembaca.
"Gila, mimpi apa kamu semalam sampe dapat atasan yang gantengnya kelewatan itu, sih!" Allura malah terpesona dengan pria yang tidak diketahui namanya siapa.
Plak!
"Heh mata keranjang. Kamu liat sepatuku ga, sih?"
"Bukannya tadi malem kamu naruh di pintu belakang ya?" Bukan Allura yang menjawab melainkan Alhena yang sudah sepenuhnya sadar.
"Owh iya benar sekali!" Segera saja gadis itu mengambil sepatunya kemudian meminta maaf karena sudah membuat atasannya itu menunggu lama.
"Gue dukung Lo, Adara!" teriak Allura dengan terkekeh geli setelah melihat tatapan tajam dari Adara yang hendak memasuki mobil tersebut.
"Ara kenapa? Emang dia ngapain sampai kamu ngedukung gitu?" Ankaa keluar dari kamar dengan santainya.
"An, kamu ketinggalan info. Kacian deh. Itu si Adara berangkat bareng atasannya yang beuh tampan, gila!"
"Yah, lagi-lagi aku kudet. Selalu ga tau apa saja yang terjadi dengan teman sendiri,"
"Gapapa, ada kita yang bakal kasih tau kok, Sans!"
"Diem kalian berdua! Orang mo balik bobo lagi jadi jangan ganggu!" ucap Alhena sarkas.
________________
Allura dengan pakaian serba cokelat beserta tas selempang berwarna senada dengan pakaian itu sedang mencari sebuah buku di rak yang ada. Karena tidak setiap hari ia ke tempat kerja hanya berdasarkan jadwal saja yang telah ditentukan, ia memutuskan untuk refreshing dulu sejenak.
Kini Gramedia yang luasnya tidak terlalu besar maupun terlalu kecil, sangat sederhana tapi nyaman, mulai berdatangan dari kalangan anak muda sampai yang dewasa.
Padahal beberapa tahun waktu ia pernah berkunjung eh ralat waktu ia pernah tinggal menginap di rumah uncle dan aunty nya, tidak ada toko-toko yang sekarang, adanya hanya di kota. Tapi desa ini sudah banyak kemajuannya.
"Kan jadi kangen sama Uncle Sam, Aunty Anna, gimana ya kabar mereka," Allura bermonolog sendirian, mengingat kakak dari ayahnya atau Uncle Sam beserta keluarga nya sedang berada di luar negeri.
Allura lebih nyaman tinggal bersama mereka, karena tidak di kekang ataupun tidak dibentak-bentak! Berbeda dengan keadaan rumahnya, sudah lah malas bercerita tentang kehidupan sehari-hari saat di rumah, bikin sakit kepala!
"Udah, segini aja dulu," Allura memeluk tujuh buku novel yang berbeda genre itu. 4 genre Fantasy sedangkan sisanya adalah genre romance comedy.
Saat hendak ke kasir untuk membayar, mata keranjangnya melihat kaset-kaset yang dijual di samping pintu. Langsung saja, gadis itu bergegas kesana. Pokoknya seharian ini ia bakal nonton sepuasnya dan membaca novel, mumpung lagi sengang, kan.
"Eh Allura, disini juga rupanya," sapa Erion yang tepat disebelahnya. Ternyata cowok itu juga melakukan hal yang sama, memilih beberapa kaset yang menarik.w
"Hm, iya,"
"Oiya, kamu mau ikut gabung nggak sama kelompok orang-orang yang punya hobby Sama kayak kita? Sama teman-teman mu juga kalau mau,"
"Ga tau, sibuk."
"Mungkin kamu bisa mengingat kejadian dulu kalau bergabung. Ada juga beberapa teman sekelas kita dulu yang disana,"
Allura menghentikan aktivitas nya lalu menatap Erion yang balik menatapnya. "Maksudnya kelompok itu, geng-geng gitu kan?"
"Hm tidak salah juga sih tapi, lebih tepatnya disebut Perkumpulan Orang Muda Pendaki Gunung dan nama gengnya yaitu Highlighter." jelas Erion.
"Kayaknya seru! Okey deh ntar aku bilangin sama mereka buat ikut. Omong-omong itu tidak menggunakan syarat apapun buat join kan?"
"Enggak, serahkan saja pada ku biar ku urus. Hanya ada satu benda yang perlu kau bawah saat perkumpulan supaya itu membuktikan bahwa kita memang anggota."
Merasa tertarik dengan ajakan Erion, Allura pun akhirnya membujuk sahabat-sahabat nya agar join dengan perkumpulan tersebut. Awalnya ia mengira akan membutuhkan waktu untuk mengajak temannya, tak di sangkah mereka langsung mengiyakan nya.
Setelahnya ia mengeluarkan empat logo yang bergambarkan gunung dan berbagai macam yang menghiasi gunung itu agar terlihat keren, kemudian menyerahkan tiga logo lainnya kepada Adara, Ankaa, dan Alhena sedangkan yang satu lagi untuk dirinya sendiri.
"Guys, udah siap belum?" teriak Ankaa di teras rumah karena ia lebih dulu selesai bersiap-siap dan duduk di sana.
Adara datang menyusulnya ke luar lalu mengikuti temannya duduk di teras.
Seperti rencana beberapa jam yang lalu, hari ini akan ada perkumpulan rahasia itu karena seminggu sekali akan diadakan pertemuan. Apalagi ini mereka mempunyai anggota baru makanya akan ada acara penyambutan. Rasanya alay, deh.
"Siapa nama gebetanmu tadi pagi?" Ankaa tiba-tiba bertanya yang membuat Adara tersedak makanan yang disantapnya barusan.
"Yaampun An, yang tadi pagi itu boss aku. Gebetan dari mana coba?" balas Adara datar. Mengingat kejadian tadi pagi sungguh membuatnya emosi, bayangkan karyawan-karyawan yang kebanyakan mohon maaf ya ehem karyawan yang wajahnya penuh dengan make up tebal kayak badut saja. Mereka menatapnya sinis dan hampir mem-bully-nya kalau saja Adara tidak jago bela diri.
"An, Ra, kita berangkat cuy!" ujar Allura bersama Alhena kompak sembari menggandeng tangan satu sama lain. Tak dipungkiri bahwa keduanya sangat dekat dan hampir selalu bersama, karena apa? Ya karena mereka memulai kesamaan dan pemikiran yang sama. Bahkan nasib mereka, hampir sama juga.
Eits, jangan lupakan Adara dan Ankaa, mereka berempat sangat-sangat dekat sampai tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Hanya saja mereka sulit menebak isi hati Allura dan Alhena, karena tidak mengalami hal yang serupa.
Sama seperti perkataan orang diluar sana, sulit berteman dengan orang harmonis karena mereka menyimpan sejuta rahasia. Meski sedang sedih, mereka tetap akan menampilkan senyuman seakan tidak ada masalah yang dialaminya. Hanya saja, Ankaa dan Adara harus peka!
Tin! Tin! Tin!
Bunyi klakson mobil menggelegar di suasana hening nya malam. Keempat gadis itu segera berlari ke arah pintu mobil dan masuk kedalam yang menampakkan empat cowok tampan.
"Eh Alpha juga ikut join ya?" tanya Allura berbasa-basi.
"Iya, dipaksa Erion katanya aku tahu seluk beluk gunung itu," jawab Alpha polos.
Seketika semua pasang mata melirik orang yang disebut Alpha tadi, yang ditatap malah acuh tak acuh. Meski deg degan sih, hehehe!
"Tapi aku minat kok. Gabung bareng kalian supaya bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama." lanjut Alpha dengan tersenyum tulus.
"Yaampun baik amat nih anak, gimana kalau gue suka hah?" sahut Adara.
"Iya, Saia setuju mbak!" Alhena ikut menyahut.
"Alpha gue iri sama Lo!" Rigel mengacak-acak rambutnya sebal.