"I'm fine." gadis yang tengah mengepel lantai yang luasnya bukan main itu melakukan nya dengan sabar dan tenang. Namun didalam hati ia sedang bersungut-sungut karena kesal.
Haduh, sial. Karena begadang nonton dengan Alhena berhasil membuatnya terlambat dan alhasil mendapat ganjaran atau hukuman.
Kata Erion ia tidak boleh pilih kasih kepada semua karyawan yang bekerja oleh sebab itu ia lebih dulu minta maaf sebelum memberinya hukuman kecil. Allura yang merasa tak enak deh!
"Menyesal karena nonton film tadi malem, hm?" Tanya Erion yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Entah kenapa ia tidak terkejut sama sekali mungkin efek dari menghayal.
Menoleh sekilas, "Ah, itu tidak sepenuhnya benar. Aku suka film itu apalagi pemeran utama prianya beuh sangat tampan!" ujar Allura seketika rasa lelahnya tergantikan dengan semangat akibat mengingat karakter cowok semalam.
Sungguh!
"Owh benarkah, beruntung sekali pria itu berhasil mencuri perhatianmu, ya. Aku jadi penasaran dengan rupanya," balas Erion menanggapi.
"Kalau mau lihat noh samperin si Alhena sana,"
"Di kamu gak ada kah?"
"Belum sempat download."
Percakapan mereka pun berlanjut sampai pekerjaan, ralat, hukuman Allura belum selesai saking asiknya bercerita panjang lebar.
Entah kenapa Allura merasa nyaman dengan Erion, eh maksudnya bercanda ria bersama cowok itu guys!
Dan kalian pasti tau kan selanjutnya apa yang terjadi? Sedang asyik-asyiknya menikmati obrolan tiba-tiba datanglah seorang penganggu. Memang hal yang biasa.
"Pak! Vian buat keributan lagi sama pelanggan!" seruan salah satu maid disana, melaporkan kepada atasannya.
"Apalagi sekarang, ada-ada saja kelakuannya. Allura sampai ketemu pulang nanti!"
"Oh, iya."
Kok dia melihat Erion sebagai guru dan... Siapa tadi? Ah Vian itu anak bandel di sekolah. Aduh, jadi ingat masa putih abu-abu dulu berasa nostalgia.
Cukup lama berdiam diri hingga gadis itu teringat sesuatu yang penting, "sial! Lantainya makin kotor karena jejak mereka!" erang Allura, pekerjaan bertambah, lagi.
Jujur saja Allura mempunyai fisik lemah oleh sebab itu hampir pekerjaan rumah dilakukan bersama (para sahabatnya) agar cepat selesai.
"Rasanya pengen bolos." guraunya kemudian.
Kalau diingat-ingat lagi Allura sudah lama tidak bolos jadi kangen masa sekolahnya dulu yang sering kabur dari pelajaran yang tak disukainya. Karena sekarang sudah kuliah, kebiasaannya itu pun ditinggalkan karena tugas yang mengejarnya tuh bukan main banyaknya.
Seandainya jika waktu bisa berputar kembali, Allura lebih memilih bekerja dibanding kuliah. Sangat berat. Kebutuhan ekonomi juga kadang tak terpenuhi makanya ia bekerja sambilan guna membantu orangtuanya.
"Aha! Bodo amat udah gak tahan!" ujarnya ketika mendapat sebuah ide yang menarik agar bisa bebas.
________________________
"Pak! Saya tidak bisa menerima ini semua. Aku---saya bukan cewek matre," ucap Adara, sedikit kaku dengan bahasa formal.
Kini ia menatap tak minat pada tas berisi beberapa jas yang belakangan ini sangat trend tentu dengan harga yang tak murah. Bahkan Adara tak mampu.
Entah apa yang merasuki tubuh direktur nya itu sampai membelikannya barang-barang mahal, padahal belum ada sebulan kenal. Apa boss nya ini orangnya sangat boros ya?
Ia akui bahwa akhir-akhir ini mereka hm sedikit akrab; membahas hal random.
"Saya ditolak?" tanya Darren selalu pemimpin perusahaan tempat Adara bekerja.
Heh?
"Lah, emang bapak kapan nembak saya?" celetuk Adara heran.
Nampak seringaian terukir di wajah pria tampan di depannya itu. Kali ini bukan wajah serius yang sering Darren tunjukan saat menegur pekerjaan karyawan, sekarang mirip para badboy kebanyakan. Tolong, Adara menyukai cowok seperti itu. My tipe ideal.
Lanjut...
"Kamu mau saya nembak sekarang?" Darren berjalan mendekati gadis yang membeku di tempatnya, mungkin tadi ia salah bicara deh.
"B-bukan gitu pak..."
Di situasi seperti ini apa yang harus Adara lakukan? Jujur ya dia berasa jadi pemeran utama dalam novel yang sering dibaca Allura kalau tidak salah judulnya ada tentang CEO gitu,... Lupakan ia tidak begitu mengingatnya.
"Emangnya bapak mau pacaran dengan perempuan seperti saya? Tidak mungkin kan, diluar sana masih banyak wanita yang selevel dengan bapak." balas Adara cepat.
Makin lama makin panas cuy!
Tersenyum tipis, Darren berhasil mengunci pergerakan Adara yang tengah menyilangkan kedua tangan didepan dadanya, hanya sekedar berjaga-jaga.
Kini gadis itu duduk manis di kursi dengan Darren yang meletakkan tangan di sisi kursi agar Adara tak kemana-mana. Hayoo kalian pasti berpikir bahwa Adara membentur dinding dibelakangnya lalu pria itu mengunci nya, no no no!
"Tapi, bagaimana kalau saya maunya sama kamu?"
Gak papa kok pak hihi, aku mau-mau saja kalau orangnya tampan dan dewasa. Batin Adara tertawa.
Berdehem sejenak guna menetralisir detak jantungnya yang berdegup, Adara merubah letak kacamatanya dari atas hidung kini berpindah keatas kepala, kayak bando.
"Ya, terserah."
Darren semakin menatap lekat karyawannya itu. Gadis itu semakin cantik bila tak menggunakan benda itu, bisa dibilang kecantikannya bertambah 2x lipat.
"Mau jadi teman hidup saya tidak?"
"Huh?! Sebenarnya bapak nembak atau ngelamar saya, sih?"
"Dua-duanya."
"Anu... Gimana kalau pendekatan dulu pak?"
"Kan sudah kemarin-kemarin,"
Heol.
Adara hendak berbicara mencari alasan tapi tak dibiarkan sama sekali oleh lawan bicara. Hm.
"Mulai sekarang panggil saya dengan nama atau bisa dengan sebutan sayang. Bebas, terserah kamu saja."
__________________________
Allura bersenandung senang dengan sedikit meloncat-loncat kegirangan karena berhasil bolos diam-diam tanpa ketahuan siapa pun. Tanpa punya tujuan ia berjalan terus menjauh dari tempat kerjanya.
Dari kejauhan Allura bisa menangkap dua sosok temannya yang sepertinya sedang mengintip dari jendela cafe. Ngapain coba? Jadi stalker dadakan gitu?
Perlahan Allura mulai mendekati mereka lalu mencoba melakukan apa yang dilakukan temannya. Cukup lama meneliti pengunjung di cafe itu, seketika matanya melotot mendapati hal yang mengejutkan didalam sana.
"What the hell?!"
"Akh! Lidahku sakit." keluh Alhena karena tanpa sadar telah mengigit nya akibat terkejut.
"Eh ayam!" Ankaa terlonjak kaget mendengar suara cempreng dari belakangnya apalagi dekat kupingnya.
"Allura ternyata Lo!"
"What?! Adara disuapi siapa tuh? Bukannya pria itu adalah boss nya?!" pekik Allura kemudian, tanpa memperdulikan tatapan mematikan Ankaa dan Alhena yang hampir jantungan dibuatnya. Tapi karena perkataan Allura kini mereka kembali fokus ke satu titik, yaitu Adara.
"Benar! Wah, hebat sekali Adara, sekali dapat langsung yang tajir. Bikin iri ihhh!" ujar Alhena.
"Ngomong-ngomong Alhena kan kerja bareng, pasti tau dong hubungan mereka di kantor," sahut Allura.
"Gak merhatiin! Saking sibuknya! Aku tuh belum pernah ketemu sama pak boss, baru tadi pagi sekertaris kasih tahu!" semprot Alhena.
"Astaga..."
Oke jadi gini, Alhena dan Adara itu kerja satu perusahaan yang sama sedangkan Allura dan Ankaa tidak. Allura menjadi maid lalu kadang jadi koki kalau kekurangan orang di restoran, sementara Ankaa kerja sambilan di supermarket.
Saat tersadar sesuatu Allura menunjuk Ankaa, "Trus, Ankaa kenapa bisa ada disini?" tanyanya.
"Aku yang manggil dia, buat temenin aku stalker." bukan Ankaa yang menjawab melainkan Alhena.
"Wah parah! Kok nggak ngajak aku juga? Untung lagi bolos," ceplos Allura.
"Haha, sama-sama bolos kalian!" Alhena tertawa.
Ankaa yang sedari tadi mengacuhkan mereka, langsung tersentak lalu menusuk-nusuk lengan mereka seperti ingin mengatakan sesuatu, "Eh, Guys!"
"Apa?"
"Itu... Kita ketahuan sama orangnya, tuh." tunjuk Ankaa pada Adara yang menyipitkan matanya kearah si penguntit ya siapa lagi kalau bukan mereka?
"Gawat!"
Sontak hal itu membuat semuanya langsung ngacir kabur setelah Adara memberi peringatan sebelum mengejar mereka. Darren semakin dibuat bingung saat melihat Adara mengejar tiga gadis yang tak diketahui namanya siapa, yang sedang terbahak-bahak entah karena apa.
"Sini kalian! Gue gak bakal gigit kok!" ujar Adara.
"Gak mau!"
"Serius!!!" tentu Adara tak akan mengigit mereka, hanya mencakar mereka kok.
"Tunggu gue infokan dulu sama Tante Vania, mumpung tadi sempat ngambil gambar!" ledek Allura seraya melambaikan handphone-nya diatas.
"Woi, jangan! Nanti emak gue langsung interogasi gue! Kalian tau kan gimana sifatnya!" hiks, rasanya gadis itu mau nangis kalau ibunya sampai tau.
Hanya mau bilang, Tante Vania itu cantik-cantik tapi galaknya tak bisa dikalahkan. Ia melarang anaknya pacaran jika masih kuliah, nanti udah sukses baru diizinkan.
Ini temannya mau masukin dia dikandang singa, hah? Kok kejam banget. Hidoi Yo!