Sang Surya perlahan mulai menampakkan dirinya disebelah timur, udara segar berlalu tanpa adanya asap-asap yang kotor. Halaman dipenuhi oleh rumput hijau, diatasnya terdapat empat tenda yang bervariasi warnanya.
"Akhirnya semua selesai, sekarang aku mau jalan-jalan dulu!" seru Allura usai mendirikan tenda ungu kesayangannya itu, dibantu Alhena karena mereka akan menempatinya bersama.
"Ikut!" ujar Alhena, ia langsung mengambil camera di tas ranselnya hendak menyusul Allura.
"Tunggu!" tiba-tiba Hoshi menghalangi jalan Alhena yang hampir jatuh, kaget karena seseorang muncul dengan dadakan.
"Apa?"
"Itu..." Hoshi diam-diam melirik Rigel yang tengah memberinya isyarat dengan gaya aneh, untung dia sudah lama mengenal Rigel maka itu dia bisa mengetahui isyarat konyol itu.
Alhena masih setia menunggu begitupun Allura yang berjarak 2 meter darinya.
Hais, kenapa pula harus Hoshi yang melakukannya? Dia itu tidak pandai berbicara ataupun mengajak seseorang.
"... Bisa temani aku mencari air bersih untuk kebutuhan seperti memasak ataupun mencuci peralatan dapur?"
"Heh? Mengangkat ember itu berat, kenapa enggak kalian saja para cowok?" heran Alhena.
"Ok." Hoshi hendak berpaling akan tetapi Rigel menahannya, terpaksa Rigel ikut campur deh, sebenarnya Rigel malas tapi ya sudah lah.
"Kami sibuk mengurus hal lain, jadi tolong ya," paksa Rigel.
Merasa aneh dengan tingkah mereka, Alhena merasa mereka memaksa kehendak mereka padahal dia lemah fisik!
"Kalau gue gak mau jangan maksa! Ntar gue yang bakal nyusahin dia," tunjuk Alhena pada Hoshi yang diam, "udah ya gue mau jalan sama Allura, bye!"
"Tapi, dia sudah pergi sejak tadi." ucap Hoshi dan Rigel kompak.
"Lah?" benar saja, saat Alhena menoleh dia sama sekali tak menemukan Allura disekitarnya. Kok jahat, dia ditinggalkan begitu saja.
Dengan berat hati dan terpaksa ia membantu Hoshi mencari sumber air tentunya setelah dituntun oleh Alpha dimana letak mata air berada.
Disisi lain...
Entah kemana Erion akan membawah Allura, gadis itu hanya menyuarakan segala macam pertanyaan dibenaknya. Lagipula ia tidak harus waspada pada Erion karena cowok itu baik padanya.
Padahal tadi Allura ingin menawarkan diri Menganti Alhena mencari air bersih, temannya itu mempunyai mental baja tapi tidak dengan kekuatan fisik. Allura jadi cemas jika terjadi sesuatu padanya.
"Omong-omong kenapa kau menenteng skateboard itu?" tanya Allura, melirik dua buah skateboard dengan gambar burung Phoenix.
"Nanti juga kau akan tahu."
__________________________
Kata Alpha jaraknya tak begitu jauh, tapi apa ini? Alhena mengira hanya sekitar 27 meter, ternyata tidak jarak yang mereka tempuh sudah 100 meter. Ini baru jalan tanpa membawah beban lho sudah capek, apalagi jika mengangkat ember sudah pasti tenaganya tidak cukup kuat.
Kalian mau tau Saat bertanya di Handytalking apa yang dikatakan Alpha? Katanya, 'Maaf kukira itu dekat karena udah biasa melakukannya, kalau kalian itu sangat jauh ya. Aku minta maaf.'
Tak apa.
"Masih sanggup?" tanya Hoshi sambil menatap Alhena yang ngos-ngosan. Sudah ketiga kalinya mereka berdua menimba air dengan jarak yang jauh.
Menoleh sekilas, "Tentu, aku tuh strong woman." Jawab Alhena kemudian. Tentu saja dia bohong, sebenarnya ia tidak punya tenaga lagi.
"Ok." Aish, tak peka sama sekali si Hoshi.
Sungguh hari yang buruk! Seperti nya dia harus minum obat supaya tidak kambuh.
Dalam perjalanan menuju tenda mereka, Hoshi terlihat kuat dengan dua ember yang ditentengnya sedangkan Alhena hanya menenteng satu saja mengingat dia perempuan. Gadis itu memelankan langkahnya mengambil posisi dibelakang punggung Hoshi, kemudian beristirahat sebentar sembari merenggangkan otot kakunya.
Tepat saat Hoshi menengok padanya, segera Alhena berpura-pura menyapu permukaan kulitnya yang kotor. Akting.
"Lelah? Apa perlu kita berhenti dulu?" ucap Hoshi dengan senyuman. Hanya senyum tipis tapi mampu membuat Alhena tak berkutik, baru kali ini ia melihat senyum Hoshi. Ya ampun, Alhena dibuat terpesona...
Ekhem.
"Tidak, aku masih kuat kok. Kita lanjut saja, mereka kan nungguin kita," balas Alhena seraya menggerakkan anggota tubuhnya untuk menyakinkan bahwa ia memang masih sanggup.
"Kalau begitu... Cepatlah menyusul." setelahnya Hoshi langsung berlalu dari sana meninggalkan Alhena yang bersiap mengejarnya.
Dari kejauhan nampak beberapa tenda terlihat, syukurlah mereka akan sampai dan bebas dari tugas merepotkan ini. Alhena pengen cepat-cepat berkumpul dengan para sahabatnya.
Tapi...
Tiba-tiba gadis itu mendengar suara desis hingga membuatnya merasa tidak aman, karena telinganya sangat sensitif. Atau Indra pendengaran nya saja yang tajam, mungkin?
Deg!
Mata keduanya langsung terbelalak melihat sesuatu dari samping Hoshi, itu ular hewan yang berbahaya! Astaga mereka tak menyangka akan berjumpa dengan ular, doushita no?
"Awas!"
Ketika Hoshi tak bergerak sama sekali karena takut di patuk si ular sialan itu, entah kenapa Alhena malah menarik kuat cowok itu menjauh sampai kaki gadis itu keseleo karena menginjak dahan pohon akibatnya keduanya jatuh. Ending yang tak memuaskan.
Hoshi Memutar bola matanya malas, gadis itu berhasil membuatnya jantungan dengan aksi dadakannya itu. Kalau saja itu Rigel sudah pasti Hoshi meninju temannya itu.
"Lari!" ujar Alhena menyentak Hoshi pun segera mengikuti instruksi dari Alhena.
Namun langkahnya terhenti mendengar seruan gadis itu yang sepertinya tengah kesulitan berjalan, "Tunggu, Hoshi! Aku gak bisa lari kakiku terkilir, hiks."
Aneh, padahal Alhena yang menyuruh untuk berlari tetapi dirinya sendiri yang tak bisa. Ada-ada saja deh. Tanpa ba-bi-bu lagi Hoshi menggendong Alhena kemudian langsung berlari layaknya pelari profesional mengingat ada seekor ular dibelakang mereka.
Bentar, sepertinya ada yang kelupaan deh? Kira-kira apa itu?
"Anjir! Ember nya ketinggalan, Hoshi!" ingat Alhena.
"Bakka, itu tidak ada harganya bila kita digigit ular, nyawa kita dipertaruhkan. Urusan ember maupun air itu belakangan!"
Ah benar juga. Eh tadi cowok itu bilang apa? Bakka? Ngatain Alhena bodoh hah? Tak tau kalau dia paling pintar dari ketiga sahabatnya yang bobrok itu.
"Guys, kalian semua harus hati-hati jika ingin pergi kesana, ada ular yaampun!"
Habis kabur dari marabahaya itu, kini keduanya heboh memberitahu yang lain tentang hewan yang berbisa itu. Ralat, Alhena yang geger sendiri. Sekali lagi Hoshi mah kalem-kalem saja orangnya, tak suka membuat keributan macam Alhena.
"Masa? Tapi kata Alpha disini aman kok." sahut Rigel, lantas mereka langsung menatap cowok polos itu dengan tatapan menuntut.
"Maksudnya apa ini?"
"Eh anu... Setahuku daerah ini aman tapi sekarang mungkin ada yang sengaja pelihara ular di hutan sini deh." jelas Alpha, agar teman-temannya tidak asal menuduhnya.
Hening menyelimuti mereka dan entah dari siapa mereka mulai menghitung jumlah anggota. Hasilnya terdapat enam orang. Kini semua saling tatap muka...
Menjentikkan jarinya, "Allura dan Erion kemana? Kalau terjadi sesuatu pada temanku, maka..." Adara berlagak seperti ingin memukul preman, "... Temanmu yang akan mendapat ganjarannya."
Lah?!